Sepanjang hari ini Cea hanya berbaring di tempat tidur tanpa melakukan kegiatan apapun, menutup mata meresapi kehangatan dan aroma yang ditimbulkan oleh minyak angin aromatherapy yang ia gunakan untuk meringankan rasa pusing dan mualnya karena kondisi tubuhnya yang kurang fit, semua pekerjaan rumah di ambil alih oleh ibu mertuanya mulai dari memasak sarapan pagi, membersihkan rumah, mencuci pakaian kotor semua di kerjakan sendiri oleh Ranifah. Angga yang dikabari tentang keadaan sang istri, memilih pulang lebih awal dari biasanya.
"Mah, Cea dimana?" Angga yang sudah sampai rumah menghampiri Ranifah yang tengah menyirami tanaman di halaman rumah.
"Di kamar, istri kamu dari tadi pagi hanya tidur tidak mau makan ia juga mengeluh pusing dan perutnya terasa mual, coba kamu periksa dulu apa mungkin istrimu menderita maag."
Angga segera memasuki kamar mereka dengan peralatan medis di tangannya, Angga membuka pintu kamar dengan pelan di dalam kamar ia menemukan Cea tengah tertidur dengan gelisah terlihat dari posisi tidurnya yang tidak nyaman."Cea."
"Hm, mas kok udah pulang?" Cea berusaha duduk dari berbaringnya namun segera di cegah oleh Angga.
"Iya, saya mau memeriksa keadaan kamu."
Angga mulai mengeluarkan peralatan medis yang biasa ia gunakan untuk memeriksa pasien." Aku nggak papa mas, cuma sedikit pusing dan mual"
Cea mencoba meyakikan suaminya bahwa dirinya tidak apa-apa. Ia tidak mau Angga khawatir dengan keadaanya sehingga ia terpaksa mengabaikan pekerjaannya."Nggak papa apanya, wajah kamu terlihat pucat dan tekanan darahmu juga rendah Cea."
Angga menatap wajah pucat sang istri dengan serius ia berusaha mengendalikan emosinya. Tidak etis jika seorang dokter memperlakukan pasiennya dengan kasar sekalipun itu kepada istrinya sendiri."Apa kamu sudah makan" Cea hanya menunduk ia tidak berani menatap wajah Angga Cea hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Sekarang kamu makan?"
Cea kembali menggeleng, ia tidak berselera makan setiap makanan yang masuk ke dalam mulutnya pasti berkahir dengan kembali memuntahkan makanan itu lagi."Kenapa kamu tidak mau makan, apa kamu tidak sayang dengannya?" Angga mengubah posisi duduknya, meraih tangan cea untuk menyentuh perutnya sendiri.
"Maksut mas apa?"
"Ia sudah hadir disini Cea" Cea mengalihkan perhatiannya ke arah tangan Angga yang mengelus lembut permukaan perutnya.
"Maksut mas aku,_"
"Iya, kamu hamil anak kita" Mata Cea berkaca-kaca antara terharu mendengar dirinya yang akan menjadi ibu sekaligus sedih, ia takut Alvin tidak menerima bayi yang ada di perutnya saat ini.
"Tapi mas, Alvin"
"Alvin pasti bisa menerima adiknya" Ucap Angga mantap tanpa keraguan.
***
"Pah,pergi liburan yuk"Ajak Alvin manja.
"Nggak bisa, mama kamu belum boleh berpergian dulu"Angga masih fokus pada leptopnya. Sedangkan Cea masih fokus dengan mengupas buah mangganya
"Emang tante Cea kenapa sih pah, cuma nggak enak badan aja di bikin lebay." Alvin menatap tajam ke arah Cea, sedangkan Cea pura-pura serius mengupas mangga.
Di ruang keluarga,Alvin menatap kedua orang tuanya yang fokus dengan kegiatannya masing-masing dengan raut kecewa sekaligus marah Alvin meninggalkan kedua orang tuanya dengan amarah tertahan, dulu sebelum papanya menikahi Cea,apapun permintaan Alvin akan Angga penuhi selagi permintaan Alvin positif. Tapi semua berubah setelah Cea hadir di kehidupannya.
"Mas, Alvin,_" Cea menghampiri Angga yang masih saja serius dengan leptopnya.
"Alvin sudah remaja Cea,tidak semua keinginannya harus di penuhi, apa lagi kamu tengah hamil." Angga menutup layar leptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Mom For Me (TAMAT)
General FictionCea Marinka, gadis cantik yang terjebak dalam kesalahan pahaman, membuatnya harus rela melakukan pernikahan dengan duda tampan beranak satu. Sanggupkah, Cea Marinka menghadapi rumah tangga barunya dengan kenakalan sang anak tiri bernama Alvin? Maaf...