Terhitung sudah dua minggu aku menjadi seoarang istri dan ibu. Semenjak mas Angga papa Alvin menikahiku dua minggu lalu, status dan kehidupanku jauh berubah. Dulu, sewaktu masih melajang aku bebas pergi kemanapun yang aku mau bahkan bekerja di club malam pun tidak ada yang melarangku, tapi semejak menikah, mas Angga melarangku untuk bekerja, ia ingin aku menjadi ibu rumah tangga saja mengurus keluarga di rumah. Sudah pukul sepuluh malam mas Angga belum juga pulang, sebenarnya kalau aku mau aku bisa saja tidur duluan tapi aku harus menunggu mas Angga pulang, aku ingin bicara dengannya.
"Assalamualaikum" Baru aku akan menelfon mas Angga, tapi dia sudah pulang."
"Kok malam banget mas pulangnya" Aku membawa Jas dan tasnya ke dalam kamar.
"Jadwal operasi untuk hari ini lumayan padat" mas Angga mulai membuka satu per satu kancing kemejanya.
"Kenapa belum tidur? Kamu nungguin saya?"
"Iya"
"Ada apa?" Mas Angga duduk di tepi ranjang tempat aku duduk.
"Mas beneran mau punya anak dari aku?"
Aku mengigit bibirku sakin gugupnya, jujur sampai saat ini aku belum bisa mencintai suamiku aku belum bisa move on dari Razil. Razil adalah cinta pertamaku di bangku kuliah tidak mudah bagiku melupakan Razil begitu saja."Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa kamu keberatan punya anak dari saya?"
Angga menatap intens pada istri yang baru dua minggu ia nikahi, dalam dua minggu ini Angga mencoba mengalah dengan egonya. Ia seorang laki-laki normal dan juga seorang dokter ia tahu betul apa saja yang dibutuhkan oleh seorang pria yang sudah menikah, ia menikah tidak hanya untuk mempertanggung jawabkan kesalah pahaman antara dia dan mamanya, tapi ia juga ingin di penuhi kebutuhan biologisnya Itulah alasan Angga mau menikah lagi. Tapi sampai detik ini Angga dan Cea belum melaksanakan kewajiban mereka sebagai suami istri."Bukan gitu mas, aku belum siap buat punya anak."
"Kalau kamu belum siap punya anak, apa kamu juga belum siap menjalankan kewajiban kamu sebagai seorang istri?"
"Maksudnya mas?"
"Saya tahu kamu belum siap punya anak, tapi apa kamu juga belum siap melayani saya sebagai suami kamu?"
"Maksut mas, mas mau minta nafkah batin dari aku?"
"Iya, itu pun jika kamu tidak keberatan."
"Mana mungkin aku keberatan, mas sudah menjadi suamiku sekarang, dan sudah menjadi tugasku untuk melayani mas Angga."
Sebenarnya aku masih belum siap memberikan haknya mas Angga yang ada pada diriku,tapi jika menolak aku pasti akan berdosa dan aku juga tidak mau membuat mas Angga kecewa."kalau saya minta hak saya malam ini, apa kamu mau memberikannya?"
Cea tampak gugup, haruskah malam ini ia menyerahkan hidupnya sepenuhnya pada laki-laki yang belum ia cintai. Tapi melihat wajah Angga yang penuh harap membuat Cea tak tega mengecewakanya.
"Iya mas, aku akan menjalankan tugasku sebagai seorang istri malam ini."
Angga yang baru mendapatkan izin dari istrinya, segera Angga mendekati Cea. Menatap wajah istrinya yang masih tampak belia, ia pandangi sampai tatapannya berhenti di bibir tipis Cea. Angga memirikan kepalanya bersiap menyatukan bibirnya dengan bibir sang istri, Cea yang tau maksut dari tindakan sang suami reflek memejamkan matanya. Belum sempat berciuman, terdegar suara ketukan pintu dari luar.
Tok,tok,tok
"Papa, pa. Buka pintunya!"
Alvin mengendor-mengendor pintu kamar Angga.Angga yang akan melakukan itu dengan istrinya terpaksa menghentikan kegiatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Mom For Me (TAMAT)
Algemene fictieCea Marinka, gadis cantik yang terjebak dalam kesalahan pahaman, membuatnya harus rela melakukan pernikahan dengan duda tampan beranak satu. Sanggupkah, Cea Marinka menghadapi rumah tangga barunya dengan kenakalan sang anak tiri bernama Alvin? Maaf...