Terhitung sudah tiga hari Cea mediamkan Angga dan Alvin, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Cea untuk Ayah dan anak itu. Ia tetap menjalankan perannya sebagai istri dan ibu. Setiap pagi Cea tetap menyajikan sarapan dan mengurus pekerjaan rumah tangga, hanya saja ia mengerjakan itu semua tanpa berkomunikasi atau berbicara pada anak dan suaminya.
"Yang, udah tiga hari loh kamu diamin suami kamu, apa nggak takut berdosa kamu yang" Angga hanya mampu merajuk dan ini sudah hari ketiga ia melakukannya.
Cea yang serius membaca mangga menutup bacaanya, meletakan di nakas dan segera menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya. Jangankan untuk menanggapi, menatap suaminya saja ia sangat ogah untuk saat ini. Kekesalanya belum reda, masih membara di dalam dada. Dan sesantai itukah suaminya dalam membujuknya,tanpa ada usaha untuk meluluhkan hatinya. Jangan harap semudah itu Cea diluluhkan hatinya hanya dengan kata-kata merajuk yang tiga hari ini di lakukan oleh sang suami.
Drt, drt, drt....
Ponsel Angga berbunyi menandakan ada pesan masuk. Ia segera mengubah posisi menjadi duduk dari berbaringnya. Menuliskan sesuatu di layar pipih itu kemudian meletakan benda itu di atas nakas. Baru beberapa menit, handphonenya kembali berbunyi, mau tak mau ia mengabil benda pipih itu dan mendekatkan ke telingganya.
"Iya nes, ada apa? "
" ......."
"Maaf nes, aku nggak bisa ini udah malam"
"......"
"Ok. Aku kesana sekarang"
Angga mengakhiri sambungan telponnya, segera ia bangkit dari ranjang Cea yang mendengar percakapan suaminya,tidak bisa diam begitu saja. Benar saja sekarang ia tengah cemburu lebih tepatnya terbakar api cemburu.
"Mau kemana kamu malam-malam begini mas"
Angga yang sibuk mengenakan jaketnya terhenti seketika.""Aku ada urusan sebentar, nggak lama. Kamu lanjut tidur lagi aja."
"kamu ada urusannya sama laki-laki atau sama perempuan?. "
Ya Tuhan, haruskah Angga berkata jujur jika orang yg akan ia temui malam-malam begini sang mantan kekasih.
"Nggak bisa jawab kan kamu mas"Angga ngelagapan, anatara jujur dan berbohong.
"Maaf, aku akan menemui Nesa sebentar"
Cea langsung berdiri, menghampiri Angga. Dengan langkah pasti ia langsung memeluk Angga dengan erat.
"Nggak, mas nggak boleh kemana-mana mas harus temanin aku di rumah."
"Tapi,_"
"Oke, aku kasih pilihan sama mas Angga, malam ini mas tetap ketemuan sama mantan mas itu, tapi ketika mas pulang ke rumah, mas nggak akan bisa bertemu dengan aku lagi! "
"Pilihan ada di tangan mas sekarang, pilih mantan kamu atau aku yang jelas-jelas istri sah kamu!"
"Please Cea, jangan egois. Mas menemuinya bukan untuk berselingkuh. Ayolah, jangan mempersulit mas dengan pilihan kamu itu."
"Oh, jadi mas tetap bersikeras mau ketemuan sama mantan mas itu, fine mari kita sama-sama ke laur dari rumah ini, bedanya kita, aku keluar dari rumah ini tapi nggak akan pernah balik lagi."
Cea bergerak dengan pasti ke arah lemari pakaian, mengeluarkan tas besar dan mulai mengemasi pakaian yang akan ia masukan ke dalam tas. Sendangka Angga hanya terpaku di tempat ia berdiri.
"Stop Cea, selama kamu masih jadi istriku. Tanpa seizinku kamu tidak boleh meninggalkan rumah ini, mengerti kamu!"
Angga yang baru sadar dari ke terpakuannya segera meraih tas besar yang ada di tangan sang istri, dengan penuh penekanan di setiap ucapannya, Angga menarik paksan dan menghepaskan tas besar itu kelantai.
"Sekarang, kamu kembali tidur. Aku keluar sebentar"
Cea hanya diam tanpa ada niat untuk membantah ataupun berdebat. Ia pasrah jika suaminya benar-benar pergi bertemu dengan sang mantan kekasih. Katakan saja Cea posesif atau otoriter dalam hubungan suami istri dengan Angga. Semakin ke sini semakin ia yakin bahawa sekarang ia sudah jatuh cinta dengan ayah dari anak dalam perutnya ini.
***
Suasana di meja makan kali ini jauh berbeda dari beberapa hari yang lalu, dimana jika beberapa hari yang lalu, Cea hanya mediamkan bapak dan anak itu tetapi sekarang sikap dan tindakannya jauh lebih ekstrim lagi dari sebelumnya. Jika kemarin ia masih menyiapkan dan memasak sarapan pagi untuk anak dan suaminya, sekarang tidak lagi. Ia hanya meyiapkan roti tawar dan selai roti di meja makan beserta segelas susu hangat. Setelah menyiapkan hidangan itu ia langsung beranjak dari ruang makan menuju taman depan rumah."Pah, tante Cea lagi kenapa sih pah. Masih marah soal mie kemarin ya ?"
"Hmhm"
''Sana kamu bujuk mama kamu biar nggak diemin kita lagi, mau kamu vin tiap hari sarapannya roti tawa terus"
Alvin yang tadinya meneguk susu hampir saja menyemburkannya ke wajah sang papa jika ia tidak berusaha menutup mulut dengan tanganya.
"Yang bener aja pa, wong papa kok yang buang mie buatan tante Cea ampe dia diemin kita,kenapa mesti aku yang bujukin tante Cea. Ngaco nih si papa"
Angga tak menanggapi rutukan dari putranya ia tetap fokus mengunyah roti yang sudah di hidangkan oleh sang istri.
Di halaman depan rumah Cea tengah sibuk merapikan tumbuhan yang di tanama oleh sang mertua."Tante, ada lihat kaos kaki bola aku nggak? Kemarin udah di cuci tapi nggak ada ketemu di lemari aku. "
"Nggak tahu, cari aja sendiri"
"Dasar tante Cea nyebelin. "
***
"Hai, Angga. Thank ya bantuannya kemarin. Untung ada kamu kalau nggak aku nggak tahu harus minta bantuan sama siapa lagi ,udah larut malam juga."
"Iya, aku ikhlas bantu kamu kemarin, masalahnya sekarang itu istri aku jadi ngambek karena cemburu sama kamu."
"Upps, maaf. Lagian istri kamu itu aja yang terlalu baperan, ceburuan. Posesif banget sih jadi istri. "
"Oh iya, hampir aku lupa. Kamu belum sarapan kan? Ini aku ada bawa sarapan buat kamu, makan kesukaan kamu. "
Nesa meletakan paper bag berisi makanan kesukaan Angga di meja kerja Angga."Yaudah, kamu sarapan dulu ya baru kerja lagi, atau mau aku suapin? "
Angga yang sedari tadi tidak fokus hanya menanggapi dengan Anggukan kepala."Oke lets do eat Angga, Aak buka mulut kamu"
Beberapa kali suapan di berikan oleh Nesa membuat Angga terbawa suasana. Sehingga tidak menyadari bahwa ada sang istri yang menyaksikan adegan romantis mereka.
Praaaggg.....
Bunyi suara yang nyaring di depan pintu kerjanya menyadarkan Angga akan suatu hal, dan....
"Cea, tunggu kamu harus dengar penjelasan dari mas dulu"
"Bulishit, brengsek kamu mas, ok kalau kamu masih mencintai mantan pacar kamu itu, aku nggak masalah mau kamu nikahin dia aku bakal kasih izin. Tapi nggak dengan cara seperti ini yang aku mau mas!"
"Tolong kalau kamu nggak bisa menghargai aku sebagai istri, tolong harga aku sebagai ibu dari anak kamu! "
Cea tetap melangkahkan kakinya ke luar dari rumah sakit, niat hati ingin berdamai dengan sang suami, sepertinya tidak akan ada lagi. Cukup sampai disini ia harus bersabar dan mengalah seolah-olah ia yang bersalah di sini. Posisi Nesa di hati sang suami tidak akan mudah di palingkan hanya dengan status istri dan calon ibu dari anaknya.
"Aku pulang ke rumah orang tuaku, tolong jangan temui aku, selama kamu belum bisa move on dari mantan kamu itu, silahkan kamu lanjutkan hubungan asmara kamu yang sempat terputus karena menikahiku.
Aku titip Alvin ,urus dia dan rawat dia dengan sebaik yang kamu bisa, aku sudah mengangap Alvin sebagai darah dagingku sendiri. Jika kamu sudah menetukan pilihan anatara kehidupan rumah tangga kita atau kamu kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasih kamu itu mas, aku siap dengan segala keputusan akhir dari kamu. Aku tunggu ke putusan dari kamu mas"*********
Sorry lama update. Aku kerja 12 jam sehari tanpa ada libur bahkan buat lanjutin cerita ini aja aku curi² waktu. Semoga para pembaca bisa mengerti dan memahami itu. Sekian maaf dan terima kasih. ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Mom For Me (TAMAT)
Ficção GeralCea Marinka, gadis cantik yang terjebak dalam kesalahan pahaman, membuatnya harus rela melakukan pernikahan dengan duda tampan beranak satu. Sanggupkah, Cea Marinka menghadapi rumah tangga barunya dengan kenakalan sang anak tiri bernama Alvin? Maaf...