"Aduh, siapa nih yang lempar gue pakai kaleng minuman haah?"
setengah berteriak, aku menelusuri setiap tempat terdekat dari penglihatanku dan pandanganku tertuju pada seorang remaja yang tengah duduk di teras rumahnya kebetulan berhadapan langsung dengan kamar kosanku. Dari seragam putih biru yang dia kenakan, aku bisa memastikan dia seorang remaja labil yang masih dalam masa pencarian jati diri. Dan sepersekian detik kemudian, aku berjalan menghampiri bocah berseragam putih biru itu dengan penuh kejengkelan."Loe yang barusan timpuk gue pakai kaleng minuman ini ya?!" aku mengarahkan kaleng minuman bersoda kedepannya, sejujurnya aku bukanlah wanita yang suka beramah tamah dan berbahasa basi jika sudah berada pada kondisi yang membuat kekesalanku membuncah seperti sekarang ini.
"Tante baru ngekos di sini ya?" katanya.
Ada apa dengan remaja labil ini, aku tidak suka pertanyaanku di jawab dengan pertanyaan kembali. Dan satu lagi, aku juga tidak suka di setiap yang terlibat pembicaraan denganku selalu mengalihkan pembicaraan, sepertinya anak bau kencur satu ini tidak tahukah dia bagaimana cara berkomunikasi dengan baik."Iya gue baru ngekost disini," balasku cuek.
"owh jadi tante penghuni baru di kosan aku?" Serunya, aduh dari pertanyaannya saja aku sudah bisa menduga bahwa bocah ini belagu.
Ah, ya satu hal yang baru aku ketahui hari ini dan baru terjadi satu kali dalam perjalananku menyewa rumah. Bahwa pemilik kosan adalah abge labil yang suka semena-mena dengan penghuni kosnya.
"Ya suka-suka aku dong tante, tadi juga mau buang sampah di tempat sampah tante itu, sayangnya meleset Tante yang kena, hehehe." Dia menunjuk tempat sampah yang ada di sebelah pintu kosanku.
"Emang harus ya buangnya pake melempar segala, jadi nggak masuk itu ke tempat sampahnya." Aku menunjuk arah kaleng yang berada di depan pintu kosanku, sepertinya ini bocah tidak ahli dalam hal lempar melempar, buktinya sampah yang dilemparnya saja tidak masuk ke tempat yang semestinya.
" kalau aku lempar masalah gitu buat tante? Tante mau apa!" Kini giliran dia yang meneriaki aku.
Mau gue tonjok hidung mancung loe biar pesek sekalian rutukku kesal, setidaknya aku harus belajar bersabar dengan anak belagu satu ini.
Dari dalam rumah keluar wanita paruh baya. Membawa nampan berisi es jeruk. Ia Wanita yang mengajakku untuk ngekos disini beberapa hari lalu.
" Eh, ada nak Cea" Bu Ranifah meletakan nampan berisi es jeruk di meja tempat aku berdiri.
"Ada apa nak Cea?" Tanyanya dengan ramah.Begini kan enak, Bu kosnya ramah dan pengertian beda banget sama cucunya belagu dan menyebalkan.
"Oh ini buk, adek ini tadi buang sampah sembarangan depan kamar kos saya," ujarku,
biarin aku aduin sekalian.Abege labil itu tampak kesal dengan apa yang aku lakukan padanya, ia menatapku dengan ekspresi yang menantang. Dikira aku takut, tentu tidak yang punya kosan juga bukan dirinya mengapa harus takut.
" Alvin, kamu buang sampah sembarangan aja, mesti berapa kali nenek bilang sampah minuman kaleng kamu itu buang pada tempatnya." Bu Ranifah mulai mengomeli cucunya, syukurin di omelin kan loe.
Owh, namanya Alvin toh. Cakep sih ini bocah, lah kok aku jadi muji dia, sarap emang nih mulut. Dilihat lihat ini bocah emang ganteng banget, kulit putih bersih, hidung mancung, rambut hitam tebal. Tapi sayang jadi bocah ngeselin banget.
"Maaf ya nak Cea, Alvin cucu saya kadang seperti itu."Bu Ranifah menatap cucunya dengan jengkel.
"Ya bu, Saya maafkan," awas aja nih bocah ngulang lagi gue jadiin telor dadar loe Vin. Dengan senyum dipaksakan aku menatap alvin dengan wajah ramah. Diih kalo ini bocah adek gue udah gue ceburin ke empang, ngeliatin gue kayak mau ngajakin tawuran.
"Duduk dulu nak, ini ibuk bawa es jeruk enak diminum panas-panas begini." Bu Ranifah menawarkan segelas minuman segar ke padaku.
Kebetulan juga aku lagi haus, bagaimana tidak dari tadi suaraku keluar hanya untuk beradu argumen dengan cucunya. Ini baru awal pertemuan sudah diawali dengan pertengkaran.
"Iya Bu, makasih." Aku duduk dmengabil es jeruk, lumayan buat dinginin suasana hati gue yang lagi panas gara-gara bocah satu ini.
Alvin yang tengah duduk di sebelah neneknya menatap minuman yang berada di tanganku penuh minat . Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, ekspresinya seolah tidak terima. Baru satu tegukan minuman itu masuk tenggorokanku, Alvin tiba-tiba memprotesnya.
"Nek, kok es jeruk aku di kasih ke tante sih nek aku kan haus." dih merajuk nih ceritanya.
"Oh iya nenek sampai lupa, ya udah kamu tunggu dulu nenek buatkan lagi" Bu Ranifah berdiri dan masuk kedalam rumah lagi meninggalkan ku bersama bocah rese ini.
Seharusnya ini bocah nggak perlu di bikinin jus, kasih jus air kobokan aja biar sikap manja dan suka memerintahnya itu ilang, iya kali air kobokan bisa merubah sikap seseorang, air yang udah di ruqyah baru bisa. Aku yang sibuk dengan pikiran ngelanturku, tak segaja memperhatikan wajah ganteng Alvin, sampai suara bocah itu menyadarkanku.
"Tante nggak usah lihatin aku ampe segitunya," dia bersuara.
" Dih, siapa yang menatap loe, geer bingo loe ya," aku mencoba menetralkan debaran jantungku. Masa iya aku bisa salting gini sama anak belasan tahun.
"Tante umurnya berapa? apa nggak salah pakai celana itu, kekecilan buat tante emang nggak malu?
Barusan dia bilang apa? Aku pakai celana kekecilan perasaan celanaku biasa aja masa iya aku harus pakai celana sleboran kan nggak lucu.
Sepertinya Ini bocah terlalu mendramatisir keadaan."Yang sopan kamu Vin. Ngatain orang yang lebih tua, celana aku kan nggak terlalu pendek kamu aja yang rese. Dia hanya cuek tak mengacuhkanku.
Minuman yang diberikan Bu Ranifah telah aku habiskan, tidak mau berlama-lama dengan Alvin aku segera kembali ke kamar kosan setelah sebelumnya berpamitan dengan Bu Ranifah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Mom For Me (TAMAT)
General FictionCea Marinka, gadis cantik yang terjebak dalam kesalahan pahaman, membuatnya harus rela melakukan pernikahan dengan duda tampan beranak satu. Sanggupkah, Cea Marinka menghadapi rumah tangga barunya dengan kenakalan sang anak tiri bernama Alvin? Maaf...