"Papa, mau makan dimsum"
"Mas, mau makan siomay"
Dua manusia yang kini tengah merajuk, saling menarik lengan pakaian kerja suami dan papanya. Padahal dia baru saja pulang dari bekerja, belum hilang lelahnya bahkan sepatu kerja pun belum terlepas dari sarangnya saja, dia sudah di palak oleh kedua orang yang sangat berarti di kehidupannya saat ini, sambil merengek keduanya meminta makan yang berbeda, dan tak ada yang mau mengalah dari salah satunya.
"Beli siomay aja, dimsum jauh papa kamu baru pulang kerja" Cea mengambil alih, dirinya tengah mengidam siomay terenak yang selalu mangkal di pom bensin di jalan raya sana. Jika harus membeli siomay mungkin tak akan sanggup dia menahan hasrat ingin makan siomaynya ini.
"Pokonya Alvin mau makan dimsum papa, harus!"
Dengan tubuh gontai, Angga meraih kunci mobil dan berjalan ke arah di mana ia memarkirkan mobilnya di depan rumah mereka."Enggak jadi beli?" Tanyanya pada kedua manusia yang masih berdebat itu.
"Beli siomay dulu mas, pokoknya siomay dulu, dekbay yang kepengen siomay."
"Beli dimsum juga pah. Alvin ikut" ucap Alvin tak mau kalah.
Sekarang mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Cea yang mengidam tak sempat berdandan pun menganti pakaian, dia hanya memakai daster dengan lingkar lengan yang cukup besar.
"Kamu jangan turun." Ucap Angga memperingati.
"Kenapa? Ada yang salah sama pakaianku mas?" Cea merasa tak terima, ia merasa jika suaminya kini tengah body shaming
"Lihat lengan pakaian yang kamu kenakan Cea, lengannya"
"Kan aku enggak sempat ganti mas, lagian juga aku enggak akan angkat tangan juga pas beli siomaynya, udah ih turun gih beli siomay dulu." Tidak mau perdebatan ini semakin rame, Angga si suami siaga pun bisa apa selain mengalah.
"Mag, siomaynya masih lengkap enggak?"
"Masih neng."
"Mang, saya pesan tiga bungkus tapi di pisah ya. Satu di bungkus enggak pake kol rebus, satu bungkus lagi enggak pake kentang, satu lagi di kasih semuanya mang"
"Kamu pesan tiga?"
"Iya, buat jadiin cemilan ntar malem."
"Kan ini udah malam Cea, nggak baik juga kamu makan malam yang terlalu banyak, entar perutnya begah lagi seperti kemarin." Angga mengingatkan Cea pada insiden minggu lalu, yang mana karena makan terlalu banyak membuat perutnya jadi tak enak.
"Iiiih, mas diem aja. Aku yang pesan pun mas yang repot, kalau masnya enggak mau bayar, aku bisa bayar sendiri." Angga selalu berhasil merusak moodnya Cea. Walaupun pada kenyataannya apa yang di ucapkan sang suami demi kebaikannya sendiri.
"Berapa mang?"
"20rb neng"
"Ini uangnya mang, terima kasih ya" setelah memberikan uang pada kang siomay, Cea berlalu pergi tanpa menoleh lagi pada sang suami, dia masih kesal dan tak ingin berbicara dulu dengan suaminya itu.
"Pa, sekarang kita beli dimsum. Aku mau makan di restoran disumnya langsung. Papa harus temani aku makan, tante Cea enggak boleh ikut"
"Siapa juga yang mau ikut, pergi sana sama papamu. Aku akan tunggu di dalam mobil." Cea yang masih kesal dengan suaminya memilih untuk tidak turun. Dan lagi, dia juga tidak ingin makan dimsum.
Hampir satu jam Angga dan Alvin di dalam restoran, apakah mereka tak ingin pulang? Sudah cukup lama Cea menunggu di dalam mobil dan dia pun juga sudah kelaparan. Sebenarnya, bisa saja Cea memakan siomaynya di dalam mobil, tapi jika di makan di mobil dia tidak akan bisa menambah perasan jeruk nipis dan kecap berserta sausnya. Terpaksa ia sabar menunggu di dalam mobil dulu.
"Dimsumnya enak ya pa, papa aja ampe nambah satu porsi lagi" ucap Alvin saat sudah berada di bangku penumpang.
"Kasihan deh tante Cea, udah nunggu lama, makan juga belum hahahhaha" ucapnya jumawa.
"Alvin enggak boleh gitu" tegur Angga.
Cea yang mendengarnya pun mencoba tak peduli, meski dia kini kesal sekali.
"Mau pulang langsung, atau ada yang mau di beli lagi?
"Pulang!"
"Super market dulu pah beli cemilan, cemilan Alvin udah habis buat nemenin bikin pr."
"Alvin setan, gue laper!" Umpatan demi umpatan Cea ucapkan dalam hati, peduli setan dia tengah hamil saat ini yang tidak boleh berkata kasar.
Tanpa membantah, Angga memarkirkan mobilnya di halaman super market yang berada di arah jalan pulang, kali ini Cea tak akan tinggal diam di dalam mobil, dia tak akan kalah dengan Alvin. Akan dia buat suaminya itu bangkrut di super market nanti, lihat saja.
"Aku ikut, aku juga mau cemilan dan semua cemilan yang aku beli, mas yang bayar. Awas enggak di bayar siap-siap tidur di luar" ancamnya yang segera di iyakan oleh Angga, lebih baik keluar uang daripada keluar dari kamar itu jauh lebih menyeramkan.
Setibanya di dalam super market, Cea dan Alvin kian semangat saling mengambil cemilan yang ada di rak supermarket, tak jarang juga mereka saling berebut karena cemilan yang mereka berdua inginkan hanya tinggal satu.
"Buat aku, tante yang rasa lain aja. Biasanya aku beli ya rasa ini" kini, mereka berdua tengah memperebutkan pocky-pocky dengan varian rasa banana cokelat yang hanya tinggal satu kotak saja di raknya.
"Buat aku, kamu ngalah. Sama orang tua juga. Adek kamu yang pengen ini" semenjak hamil Cea lebih sering menjadikan calon anaknya untuk memenuhi keinginannya sendiri, tapi lebih sering beneran ngidam sih.
"Enggak mau, ini punyaku." Tanpa ba-bi-bu lagi Alvin melongok pergi dengan sekotak pocky-pocky.
Cea benar-benar mengerjai suaminya. Bahkan total belanjaan hampir menginjak nominal satu juta jika saja Angga tidak menghentikan aksi gila istirnya.
Setelah membayar lalu mereka pulang, setibanya di rumah Cea membawa belanjaannya ke dalam kamar, kembali ke luar mengambil piring dan segelas air untuk menikmati siomay yang dia pesan tadi.
Angga yang baru keluar dari kamar mandi, melihat sang istri dengan khitmat menyantap siomaynya.
"Mau coba" Angga mendekatkan wajahnya agar sang istri bersedia menyuapinya.
"Beli sendiri" ucap Cea jutek ia masih kesal dengan Angga karena kejadian tadi.
Tidak ingin membuat mood istrinya rusak, Angga menjauhkan wajahnya dan berjala ke lemari pakaian menganti baju setelah mandi.
Tak tega melihat ekspresi kecewa sang suami, akhirnya Cea berdiri dan berjalan membawa piring berisi siomay ke arah Angga yang belum menyadari keberadaannya."Aaa" Cea mengarahkan sendok berisi siomay ke mulut Angga ketika si empunya sudha berbalik dari lemari pakaian, dengan senang hati Angga menerima suapan dari sang istri.
"Enak" ucapnya.
"Mau lagi?" Tanya Cea yang langsung di angguki oleh sang suami.
Tengah malamnya Cea merasa perutnya lapar lagi, ingat dengan belanjaannya yang di beli di supermarket tadi. Seger turun dari ranjang dan mengambil berbagai macam cemilan. Asik mengunyah keripik yang menimbulkan kebisingan membuat sang suami terbangun dari tidur lelapnya.
"Boleh mas minta?"
Sepertinya dimsum yang di makan sang suami tidak cukup membuat perutnya kenyang semalam."Enggak boleh, ini semua aku punya"
Sepertinya Cea masih kesal sampai larut malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Mom For Me (TAMAT)
Aktuelle LiteraturCea Marinka, gadis cantik yang terjebak dalam kesalahan pahaman, membuatnya harus rela melakukan pernikahan dengan duda tampan beranak satu. Sanggupkah, Cea Marinka menghadapi rumah tangga barunya dengan kenakalan sang anak tiri bernama Alvin? Maaf...