Rachelia Jasmine

2K 99 6
                                    

Hari berproses menjadi Minggu, lalu menjelma menjadi bulan, bulan  berkahir menjadi tahun. Semua terasa berlalu dengan cepat, setiap putaran jarum jam yang berjalan. Tidak terasa waktu membawaku menjadi seorang ibu yang luar biasa, menurutku. Merawat dan membesarkan anak dengan kelainan jantung bukan perkara yang mudah. Setiap saat jantungku akan berdebar tidak karuan ketika anak perempuanku merintih kesakitan atau parahnya lagi hilang kesadaran. Bayi perempuanku yang malang, sekarang sudah menginjak umur 7tahun. Rachelia Jasmine namanya, gadis yang selalu ceria, tidak pernah melihatkan kesediaannya. Dia tahu, dia tidak seperti teman-temannya yang lain. Bebas melakukan apapun yang mereka suka, tidak mengkonsumsi obat-obatan seperti dirinya.

Bagiku, anakku sama seperti anak-anak di luar sana. Aku bahagia dan bangga menjadi ibu dari gadis cantik bernama Rachelia Jasmine.

"Bunda, poni Rachel udah nutupi mata Bun!." Adu putriku keluar dari kamar, masih mengenakan piyama bergambar Upin dan Ipin kesukaannya.

"Sini, bunda potongin poninya." Aku meraih tubuh anakku.

"Enggak mau, bunda nggak jago potong rambut."

"Kita ke salon aja gimana?"

"Mau, tapi ke salonnya bareng bang Al ya Bun."

"Emang bang Al mau nemanin Rachel? Coba tanya bang Al."

"Oke,.." Rachel putriku berlari menuju kamar Alvin di lantai dua, tujuan tahun terkahir ini, banyak sekali perubahan yang terjadi. Tidak hanya aku, tapi rumah ini pun mengalami banyak perubahan.

"Rachel udah bangun Bun?" Angga mengambil susu yang sudah tersedia di meja makan.

"Udah yah, itu lagi merajuk sama bang Al."

Ini tahun ke tujuh aku mengarungi hidup berumah tangga bersama Mas Angga, beruntungnya aku memiliki dia.
Dia bagaikan obat paling mujarab dalam mengatasi perasaan gundah ku ketika di hadapkan dengan kegalauan mengurus anak-anak mereka.

"Mas, bantu bujuk Alvin dong temani Rachel potong poni di salon. Dia enggak mau aku yang motongin poninya."

Angga menghentikan kegiatan membaca korannya, moncomot roti bakar yang sudah istrinya siapkan. Tak langsung memberikan tanggapan, Cea merebut roti bakar di tangan sang suami lalu memakannya.
"Mas, bujukin." Meneguk susu hingga tandas, Angga bangkit dari duduknya.

"Maaciih sayang."  Kecupan manis mendarat di pipi Angga.

****

"Bang Al bangun.!" Rachel menggoyang-goyangkan tangannya di lengan Alvin, berharap si Abang segera bangun.

"Apaan sih, masih ngatuk juga. Keluar sana, ganggu tidur orang aja.!" Alvin menghempas tangan Rachel, lalu bangkit dari rebahnya.

"Bang Al." Rajuknya manja.

"Apa?!" Alvin yang masih mengantuk berniat kembali melanjutkan tidurnya, sebelum itu terjadi. Dengan lincah Rachel menaiki tempat tidur dan duduk di paha Alvin.

"Astaga Rachel, lo berat. Dasar cimol montok.! Teriak Alvin kesakitan.

Memang, bobot tubuh Rachel melebihi berat badan anak-anak seusianya. Rachel sangat menyukai cemilan seperti cimol, bakso dan pretelan berbahan daging sapi lainnya.

"Abang tukang cimol, mari-mari sini Rachel mau beli..." Rachel bergoyang-goyang di atas pangkuan Alvin sembari menyanyikan lagu Abang tukang cimol.

"Tukang bakso Chel, bukan cimol ngawur lo ah." Alvin memaksa Rachel turun dari tubuhnya.

"Bangun bang, mandi. Temani Rachel nyalon biar makin cantik." Anak seusia Rachel saha sudah mengerti dengan kata cantik, jelas saja ini akibat pengaruh dari si Tantenya Nacil yang meracuninya dengan bedak dan peralatan kecantikan. Maklum, anak yang di lahirkan Nacil berjenis kelamin laki-laki, padahal ia sangat ingin sekali memiliki anak perempuan.

Perfect Mom For Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang