Menanti kehadiran Buah hati

1.8K 93 8
                                    

" Mas, bangun.
Badanku pegel-pegel, pijatin."
Semenjak hamil bulan ke delapan ini, tubuhku terasa pegal-pegal sekali. Mudah capek, dan juga mudah lapar. Banyak sekali perubahan yang aku rasakan di masa-masa kehamilan ini. Tapi, moment seperti ini aku tidak akan menyesalinya karena, moment ini tidak akan selalu aku alami.

Masih dalam keadaan mengantuk, mas Angga bangun dari posisi tidurnya. " Iya, ada apa, kamu kenapa? Yang mana yang pegal?"

"Punggungku pegal banget mas, nggak nyaman di bawa tidur." Aku sudah seperti Alvin yang merengek-rengek ketika meminta sesuatu.

"Iya, itu normal terjadi pada ibu hamil. Besok kita ke tukang urut yang sudah berpengalaman menangani ibu hamil."

" Beneran mas?"

Mas Angga mengambil minyak zaitun dari dalam laci samping ranjang kami dan mulai membuka tutup botol minyak zaitun. " Hadap kesamping dan angkat baju kamu sampai atas"

Tanpa banyak tanya aku langsung melaksanakan perintah pak suami. " Enak mas"

"Semoga ini membantu ya, sekarang kamu tidur lagi."

Memang lebih mendingan sih, nggak pegal-pegal lagi. Tapi rasa lapar kini menyerang lambungku, ingin membangunkan mas Angga, tapi aku tak tega juga.

"Baiklah Dede bayi yang sabar ya nak. Kita masak sesuatu dulu di dapur untuk kita makan tengah malam ini"

Aku mulai membuka kulkas, di dalam sana banyak bahan yang bisa aku masak, maklum semenjak hamil tua begini aku tidak di perbolehkan lagi berbelanja ke pasar, dan beruntung mertuaku baik. Beliau yang berbelanja ke pasar dan tak di izinkannya aku memasak di dapur, bukannya tidak ada makanan yang bisa aku makan, tapi bayiku ini ingin memakan makanan olahan tanganku sendiri.

Tidak butuh waktu lama membuat tumis kangkung dan tempe goreng. Dua makanan sederhana itu sudah tersaji di meja makan, mula-mula aku ambil dulu nasi dari dalam rice cooker dan mengambil satu gelas jus jeruk dingin dari dalam kulkas dan tak lupa dengan cemilan sehat ibu hamil yang mas Angga belikan tempo hari.

"Bismilah, selamat makan anak mama yang di dalam perut."
Aku menyuapkan tumis kangkung beserta tempe goreng ke mulutku, sungguh enak sekali. Makanan yang aku masak yang memang enak atau akunya saja yang tengah kelaparan, aku tak peduli yang penting perutku harus terisi sehingga aku dapat tidur dengan nyenyak malam ini.

******
"Enakan enggak tidurnya tadi malam?" Mas Angga keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk dan celana pendek, berhubung hari ini tidak ada jadwal praktek dan operasi, jadi mas Angga bisa menemaniku seharian di rumah.

"Alhamdulillah enak mas, apalagi perut kenyang sebelum tidur tadi malam aku masak dulu dan makan dulu baru tidur" Mas Angga tampak heran dan duduk di samping aku yang tengah melipat kain yang sudah di cuci kemarin, maklum bumil mageran jadi enggak langsung di lipat kainnya setelah kering di cuci hehehehe.

"Kamu makan dulu sebelum tidur kemarin? Kenapa enggak bangunin mas, kamu enggak ngidam?"

"Ngidam sih enggak cuma kemarin aku masak dulu mas, bikin tumis kangkung dan tempe goreng. Aku enggak tega bagunin mas lagi"

Mas Angga membantuku meletakan pakaian yang sudah aku lipat ke dalam lemari, sungguh mas Angga laki-laki yang bertanggung jawab, aku tidak menyesal dinikahinya. Meskipun sampai saat ini Alvin belum sepenuhnya menerimaku menjadi ibu sambungnya.

"Karena hari ini mas libur, bagaimana jika kita berbelanja perlengkapan bayi?"

Wah, benar juga ya. " Iya mas aku mau kita beli perlengkapan bayi dan strollernya ya mas sekalian."

"Iya, sekarang kamu bilang dulu ke Alvin dia mau ikut atau di rumah aja"

"Iya mas, aku ke kamar Alvin dulu."

Dalam perjalanan menuju kamar Alvin, aku mencium aroma asap rokok dari balik kamar mandi yang ada di samping dapur. Setahuku di rumah ini tidak ada yang merokok apalagi mas Angga. Dia seorang dokter mana mungkin dia merusak tubuhnya dengan merokok.

"Alvin, kamu di,_"

Aku kaget bukan main karena tidak sengaja langsung membuka kamar mandi yang tidak sepenuhnya tertutup, hanya di tutupi oleh gorden yang berada di luar pintu kamar mandi.

"Apa yang kamu lakukan! Kamu merokok Alvin" ucapku hampir saja berteriak.

"Bukan urusan tante jangan campuri urusan aku! " Ucapnya begitu keras, Mas Angga yang mendengarnya pun menghampiri kami.

"Kamu kenapa Alvin jangan berteriak begitu, enggak sopan"

"Dia kenapa Cea?"

"Alvin mas, Alvin merokok" Tidak dapat di tutupi wajah merah penuh amarah mas Angga, hampir saja tangannya mendarat di wajah Alvin jika saja aku tidak menahannya.

"Berani-beraninya kamu merokok Alvin, dan kamu melakukan di rumah. Ada papa di sini, dan kamu berani merokok. Siapa yang mengajarkan kamu melakukan itu, jawaaab!"

"Udah mas, jangan terbawa emosi. Mungkin Alvin korban salah pergaulan saja."

"Peduli apa papa sama Alvin, papa sibuk dengan calon anak baru papa.!"
Ucapnya lantang, ada kekecewaan mendalam yang tersirat dari balik tatapan tajam Alvin.

Apa ini dampak dari kecemburuan Alvin terhadap calon adiknya, kenapa Alvin belum bisa menerima kehadiranku dan anakku ini. Aku sudah berusaha untuk menjadi ibu sambung yang baik untuknya, apa sebegitu tidak terimanya Alvin memiliki adik beda ibu dengan anakku ini.
Aku terluka, aku tidak menyangka Alvin sejauh ini melakukan tindakan tidak terpuji seperti ini, padahal mas Angga selalu mengajarkan dan mencontohkan yang baik-baik kepada Alvin anaknya.

"Alvin mau kemana kamu, papa belum selesai bicara, ALVIN!"

"Udah mas, udah biarin Alvin tenang dulu baru kita bicara lagi sama dia"

Akhirnya aku bisa membujuk mas Angga dengan alasan aku ngidam ke mall untuk makan sosis bakar dan pop corn yang ada di mall. Sekalian membeli perlengkapan bayi kami.
Aku bisa melihat raut kekecewaan di wajah mas Angga, sepertinya mas Angga masih memikirkan Alvin di rumah. Aku bukan bermaksud memperkeruh keadaan dengan tetap mengajak mas Angga membeli perlengkapan bayi kami, tapi jika mas Angga masih di rumah aku tidak yakin mas Angga tidak menindaklanjuti kesalahan yang Alvin lakukan.

"Mas, aku mau baju bayi yang ini"

"Prediksi dokter kan bayi kita perempuan Cea, itu banyunya anak cowok."

"Tapi aku suka mas, pokonya kita tetap beli baju ini." Aku segera mengambil baju yang sedari tadi mencuri hatiku.

"Ya, kita ke kasir sekarang, apa ada lagi yang di butuhkan?"

"Ada, pompa asi mas"

" Buat apa? Kamu enggak mau kasih ASI eksklusif buat anak kita nanti?

"Eh, bukan gitu. Ya harus dong, masa anak aku nggak nyusu sama aku sih mas, jaga-jaga aja mas kalau nanti payudara aku membengkak dan sakit saat bayi kita menyusu bisa di kasih susu dalam botol aja dulu.

Setelah berbelanja, kita menuju stan yang menjual sosis bakar dan membeli pop corn. Hari ini aku puas berbelanja perlengkapan bayi di mall bagiku anak pertamaku ini begitu special jadi aku harus update kebutuhannya dari popok, baju, perlengkapan mandi dan lainnya.

Sesampainya di rumah, aku tidak melihat keberadaan Alvin, apa dia masih mengurung diri di kamarnya ya.
Aku segaja membelikannya ayam goreng kesukaannya bentuk permintaan maaf ku jika karena akulah dia jadi begitu, mungkin ini enggak berarti apa-apa untuknya tapi setidaknya aku sudah berusaha.

Perfect Mom For Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang