Si Ganteng Itu Bokapnya?

10.6K 536 10
                                    

Malam ini sudah menjadi jadwalku bekerja di sebuah club malam. Jangan berfikir yang tidak-tidak dulu, aku bekerja di sana bukan untuk memuaskan para hidung belang yang ada di club malam itu, aku bertugas mejadi sopir bagi tamu dan pelanggan club. Tugasku di sini hanya mengantar mereka jika sudah tidak sanggup lagi mengendarai kendaraanya untuk pulang karena pengaruh alkohol. Dengan pakaian serba hitam, aku menuju tempat kerjaku.

 **

" Woi, Cea lo baru datang jam segini?" Nacil teman satu profesiku melirik jam yang melingkar ditangannya. Harus ku akui saat bekerja di malam hari aku sering tidak tepat waktu.

"Iya maaf gue tadi ketiduran capek banget." Bagaimana tidak akan capek dan ketiduran baru juga menghuni kos baru  sudah ada saja yang membuatku terusik. Duh lelah Ntiin babang.

Aku dan Nacil sudah berada di dalam club, malam ini tidak begitu ramai pengunjung yang datang. Mataku terfokus pada pengunjung yang baru saja memasuki club dari yang aku lihat ada tiga cowok ganteng yang  aku taksir usianya sudah memasuki kepala tiga.
Ketiga laki-laki itu pun duduk di kursi sebelahku dan Nacil. Dua dari mereka mulai beranjak dari tempat duduknya  menghampiri wanita penghibur yang ada di club ini. Tanpa sengaja mataku bertemu dengan mata laki-laki yang duduk sendiri di meja sebelahku. kami saling bertatapan beberapa detik dan saling melempar senyum. Aku dapat melihat Ia tengah gelisah, sambil mengusap bagian dadanya. Ada apa dengan pria ini, seperti orang yang sedang mengalami alergi saja. Aku kembali fokus dengan Nacil. Tanpa aku sadari, ada tangan yang menyentuh bahuku, reflek aku menoleh dan aku sedikit kaget saat melihat siapa yang telah menepuk bahuku. Ternyata laki-laki yang duduk di sebelahku tadi.

"Maaf mbak bisa bantu saya," sapanya ramah.

"iya," jawabku berbarengan.

Pria itu duduk di sebelahku, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas kerjanya.

"Mbak bisa olesi obat ini. " Dia mengulurkan obat berbetuk salep itu padaku.

"Iya bisa mau di olesi dimana ya Mas?" Sku mengambil obat dari tangannya.

" Di punggung sama dada saya." Ia menepuk bahu dan dadanya.

Haah, nggak salah ini orang baru kenal udah minta tolong yang nggak-nggak begini. Aneh!

"mbak" Dia melambai lambaikan tangannya di depan wajahku.

Aku yang termenung sebentar memikirkan apa yang barusan ia mintai tolong pun kembali tersadar.

" Iya mas. "

Ku ajak ia menuju toilet club, sebenarnya aku merasa tidak nyaman membantunya dalam  kondisi yang  seperti ini, dimana semua mata bisa saja mengarah kepadanya dan berfikir yang tidak-tidak kepadaku. Aku cukup tau posisiku di club ini, aku tidak ingin ada orang yang menyamakan pekerjaanku ini dengan para bitch yang bekerja di sini.

" Di mana saya harus mengolesi salapnya mas?" Tanyaku, tampak ia kesusahan membuka dasinya.
Setelah beberapa detik dia  sibuk dengan dasinya pria itu kini membuka satu persatu kancing bajunya. Terpampang lah bodi atletis dari bagian tubuhnya. Aku yang jarang-jarang melihat tubuh seperti itu sulit rasanya bernafas, oksigen seakan habis dalam ruangan ini.
Aku mulai mengolesi punggung, bahu dan dadanya yang memerah. Aku beranikan diri untuk bertanya.

"Mas badannya kok merah- merah gini?" Kutunjuk beberapa bagian dari tubuhnya yang memerah.

" Nggak papa mbak ini alergi makanan dan angin aja. " Dia tersenyum dan segera memakai baju kemejanya kembali.

" Kita belum kenalan, nama saya Angga franstyo"Dia mengulurkan tangannya.

"Cea Marinka" ku sambut uluran tangannya.

Kami telah berada kembali ke ruangan club. Dia mengajakku untuk menemaninya tapi, karena aku dalam masa tugas, ku tolak dengan halus ajakannya. Jujur aku sangat suka dengan wajahnya, selain ganteng dia juga kalem, tipe aku banget dia.

                            *****

Pagi ini terpaksa aku harus bangun lebih pagi karena aku ada kelas pagi ini. Aku bangun pukul setengah tujuh. Baru keluar dari kamar mandi setelah mencuci muka, perutku sudah berdemo minta di isi aku baru sadar semalam sebelum bekerja aku belum makan hingga pagi ini, pantas saja perutku keroncongan. Sialnya, aku belum sempat memasak ataupun membeli makanan. Terpaksa aku harus keluar mencari makanan dulu, siapa tau ada yang jual makan di dekat-dekat sini.

Baru keluar dari kosan, Bu Ranifah menyapaku.

"Nak Cea mau kemana pagi pagi begini?" tanyanya padaku aku yang berniat keluar seketika aku urungkan.

"Ini buk saya mau cari makan buat sarapan pagi." Jelasku memberi tahu maksud dan tujuanku pagi begini keluar dari kosan.

"Sarapan di rumah ibu saja nak Cea, Alvin dan papanya juga mau sarapan bareng  aja yuk." Tanganku di tarik bu Ranifah masuk dalam rumahnya. Aku menurut, tidak enak juga untuk menolak takut pemilik kos aku ini tersinggung dan kecewa atas penolakan ku.

Disinilah aku sekarang, di meja makan bersama bu Ranifah, Alvin dan...Haah, bukannya cowok ini yang kemarin aku tolong? Aku menatap pria yang duduk di depanku. Kini dia juga menatapku, dan ekspresi yang kami tunjukkan sama-sama kaget.

"Angga kenalin ini Cea, mahasiswi yang ngekos di depan rumah kita" Bu Ranifah mengenalkan aku pada laki-laki itu.

"iya ma," jawabnya singkat.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk sedikit, bingung harus bersikap seperti apa, pura-pura tidak kenal kenyataannya baru tadi malam bertemu.

" Pa, nanti papa datang ya di acara sekolah Alvin." Alvin anak itu menyentuh tangan papanya.

What, jadi cowok ganteng ini papanya si alvin bocah rese ini?!. Wah  bener-bener nggak nyangka gue cowok seganteng ini udah punya anak
dan parahnya anaknya si Alvin lagi, iya sih sama-sama ganteng sayang anaknya nyebelin banget orangnya.

Perfect Mom For Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang