Jadwal kuliah Dea adalah dari Senin sampai Sabtu. Untuk Senin sampai Rabu, hanya ada satu mata kuliah, dimulai pukul tujuh malam dan selesai pukul setengah sepuluh.
Sedangkan untuk Kamis libur. Jum'at mulai pukul satu siang dan selesai pukul setengah sepuluh malam. Dan untuk hari Sabtu, mulai pukul satu siang dan selesai pukul setengah enam sore.
Sebenarnya Dea ingin mengambil kelas pagi saja. Kalau kelas pagi, hanya kuliah hari Senin sampai Kamis. Mulai pukul sembilan dan selesai pukul dua siang.
Tapi Dea tidak bisa mengambil kelas pagi, karena tidak ada yang menjaga Delaci di rumah. Kalau pagi sampai sore ibunya bekerja, dan hanya bisa menjaga Delaci saat malam saja. Kalau untuk menitipkan Delaci pada babysitter, Dea masih ragu.
Dea melangkahkan kakinya menuju kelas dengan malas. Malam ini seperti malam-malam sebelumnya, seram. Lampu hanya remang-remang.
Tapi kali ini sudah banyak mahasiswa yang berlalu lalang. Sehingga ia tidak terlalu takut.
Sesampainya di kelas, Dea menjadi lemas, karena kelasnya itu masih kosong. Karena takut sendirian di dalam kelas, akhirnya Dea memilih untuk menunggu di depan kelas saja.
Perempuan itu duduk di depan kelasnya sambil memainkan ponsel. Kelas sebelah sudah cukup ramai. Hanya kelasnya saja yang masih sepi.
Tak lama, muncul Matahari yang masuk ke dalam kelas. Dea tersenyum sumringah. Perempuan itu lantas ikut masuk juga ke dalam kelas. Bersama Matahari, ia menjadi sedikit tenang. Mungkin karena mereka sama-sama bisa melihat makhluk halus.
"Tadi malam aku didatangi Kiki," ujar Dea. Perempuan itu mendaratkan bokongnya di sebelah Matahari. Lagi lagi di barisan paling depan.
"Kiki?" Matahari mengerutkan keningnya samar. Ia tidak kenal siapa itu Kiki. Kiki siapa yang dimaksud Dea?
Dea melihat sekeliling. Syukurlah, tidak ada Kiki di dalam kelas. "Hantu perempuan itu namanya Kiki. Riski ... Riski Meladiana," ujar Dea saat ia berhasil mengingat nama lengkap Kiki.
Matahari hanya mengangguk sekilas. Ia tidak tertarik untuk membahas Kiki. Baginya itu tidak penting.
Satu persatu teman-teman kelas mereka berdatangan. Mahasiswa di kelas Dea ini tidak banyak. Hanya ada dua puluh orang saja.
Untuk jurusan akuntansi angkatan tahun ini, baik kelas pagi dan kelas malam, sama-sama hanya ada satu kelas saja. Yang kelas pagi malah lebih sedikit jumlah mahasiswanya, hanya ada lima belas orang saja.
Awalnya Dea ingin kuliah di Universitas Jambi, tapi ia tidak lulus di sana. Dan akhirnya Dea memilih Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bhineka Tunggal Ika, karena perguruan tinggi ini terletak tak jauh dari rumahnya. Selain itu, di STIE Bhineka Tunggal Ika juga ada kelas malamnya. Sangat cocok dengan jadwal Dea yang ... bisa dibilang sibuk. Sibuk mengurus anak.
Dulunya Dea hanya ingin kuliah dengan beasiswa saja, tapi sepertinya kalau menunggu beasiswa, ia tidak akan segera kuliah. Karena sudah beberapa kali mendaftar beasiswa, selalu saja gagal.
Berhubung sekarang keadaan ekonomi dirinya sudah lumayan membaik, akhirnya ia memutuskan kuliah dengan biaya sendiri saja. Uang dari hasil jualan online dan bisnis affiliate marketing sangat lumayan. Sangat bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan sang buah hati.
Monolog di kepala Dea berhamburan saat seorang dosen perempuan muda nan cantik masuk ke kelasnya. Perempuan itu lalu memfokuskan dirinya pada mata kuliah malam ini. Ia tidak mau melamun, takut kesambet hantu Kiki.
Saat sedang fokus menyimak materi kuliah, tiba-tiba saja hantu Kiki kembali muncul. Kali ini Kiki tampil cantik. Tidak menyeramkan seperti saat pertama kali Dea melihatnya.
Kiki melayang-layang di muka kelas. Hantu perempuan itu menatap Dea dan menyeringai. Perlahan-lahan, hantu itu mendekati Dea dan ... menarik kaki Dea dengan keras. Sehingga membuat Dea jatuh terperosok dari kursinya.
"Aw!" teriak Dea sambil memegangi punggungnya yang sakit akibat terhantam kursi. Kursi yang ia duduki ikut terjatuh dan menghantam punggungnya.
Semua pasang mata tertuju pada Dea. Perempuan itu meringis sambil kembali duduk ke posisi semula. Ia masih memegangi pinggangnya yang sakit.
"Kamu kenapa?" tanya dosen perempuan itu dengan nada rendah. Dosennya ini selain cantik, juga baik. Dea suka yang begini.
"Anu ... em ...." Dea kebingungan untuk mencari alasan yang tepat. Kan tidak mungkin ia mengaku ditarik hantu. Bisa-bisa ia ditertawakan.
Sementara itu di sudut ruangan depan kelas, Kiki terkikik geli melihat wajah Dea yang kesakitan dan kebingungan.
"Ya sudah, kita lanjutkan lagi materinya. Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya dosen cantik nan baik tersebut sambil menatap ke arah Dea.
Dea mengangguk dengan cepat. "Saya nggak papa," jawabnya.
Dosen cantik nan baik tersebut kembali melanjutkan materinya. Sedangkan Matahari yang duduk di samping Dea, melirik sekilas ke arah Dea dan Kiki. Laki-laki itu tahu kalau Dea jatuh akibat ditarik oleh Kiki.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)
HorrorPart masih lengkap. Dea memiliki keistimewaan bisa melihat makhluk halus, akan tetapi ia merasa sangat terganggu dengan keistimewaan tersebut. Pasalnya melihat makhluk halus yang bentuknya menyeramkan, cukup menganggu. Apalagi akhir-akhir ini Dea se...