26 - Informasi Penting Untuk Pak Arya (2)

37 3 0
                                    

"Ada apa? Saya sibuk, tidak punya banyak waktu," ujar Pak Arya dengan ekspresi khas-nya.

"Kami ingin bicara soal Mbak Kiki. Riski Meladiana," kata Matahari.

Mendengar nama istrinya disebut, Pak Arya langsung menegang. Ia menatap tajam pada kedua tamunya.

Sebelum Pak Arya bicara, Matahari kembali mengeluarkan suaranya. "Mbak Kiki sering mendatangi kami. Beliau menitipkan pesan buat Bap ...."

Belum selesai Matahari bicara, Pak Arya langsung berdiri dan menendang pot bunga yang bunganya sudah mati karena tidak pernah disiram. Dosen muda itu menggretakkan giginya. "Kalian jangan macam-macam!" Ia menunjuk Matahari dan Dea dengan telunjuknya.

Sontak saja Dea menjadi semakin takut. Perempuan itu tidak bisa mengeluarkan suaranya barang sepatah kata pun. Lidahnya mendadak kelu.

Tiba-tiba saja datang angin yang sangat dingin. Dan lalu muncul Kiki dalam wajah manusia normal. Ekspresi wajah Kiki sangat sedih. Ia menatap suaminya dengan iba.

"Aku pinjam tubuhmu sebentar, ya? Aku ingin bicara dengan suamiku," lirih Kiki sambil menatap Dea.

Tanpa sadar Dea mengangguk.

Dan dengan perlahan Kiki masuk ke dalam tubuh Dea. Ia menguasai Dea sepenuhnya.

Dea alias Kiki menatap Pak Arya dengan sendu. "Bang ... ini aku. Aku datang ... aku ... aku rindu kamu," lirih Kiki yang ada di dalam tubuh Dea.

Pak Arya menatap Dea dengan garang. "Jaga bicaramu! Saya ini sudah punya istri," geram Pak Arya dengan nada tinggi.

"Bang ... ini aku, Kiki." Kiki lalu berdiri tepat di hadapan Pak Arya. "Aku sudah nggak ada lagi di dunia ini. Jadi sekarang kamu laki-laki bebas. Kamu sudah nggak punya istri lagi. Aku mohon ... lupakan aku, agar aku bisa pulang dengan tenang," lirih Kiki.

Pak Arya mengerutkan keningnya samar. Ia sangat familiar dengan suara tersebut. Kiki?

Apa benar sosok didepannya ini Kiki? Ah, tidak mungkin. Kiki sudah meninggal dua tahun yang lalu. Pasti ini hanya kerjaan mahasiswanya saja. Berani sekali mereka mengerjai dosen sendiri.

Sementara itu, Matahari hanya menyaksikan adegan tersebut tanpa suara. Laki-laki itu masih duduk di tempat tadi. Kursi kayu yang penuh dengan kotoran cicak.

"Ini aku, Kiki," lirih Kiki.

Pak Arya tertawa sinis. "Kalian ini kurang ajar sekali, ya? Berani-beraninya mengerjai dosen sendiri. Jangan salahkan saya kalau kalian dapat nilai D."

Kiki ingin memeluk Pak Arya, tapi tidak mungkin. Karena saat ini ia tengah menggunakan tubuh Dea. Perempuan itu lalu duduk di lantai sambil menunduk. Ia menggambar di lantai yang tebal dengan debu. Ia menggambar roti tawar, telur mata sapi dan susu kental manis.

Matahari mengerjapkan matanya takjub. Gambar Kiki sangat sempurna sekali. Sama persis dengan aslinya. Mirip foto.

"Kamu masih ingat ini, kan? Sarapan kesukaan kamu. Aneh, tapi kamu suka. Sandwich isi telur mata sapi dan susu kental manis." Kiki tertawa lirih. "Setiap hari kamu selalu sarapan ini. Tapi aku heran, kok kamu nggak muntah, ya?" Kiki terkekeh sambil menatap Pak Arya.

Sontak Pak Arya langsung mengerutkan keningnya dalam sekali. Pasalnya hanya Kiki yang tahu kebiasannya itu. Tidak ada orang lain selain Kiki yang mengetahui keanehannya itu.

Otomatis yang ada di depannya ini adalah ...  Kiki?

"Kiki?" lirih Pak Arya.

Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang