31 - Semakin Akrab (1)

35 5 0
                                    

Dea dan Matahari telah membicarakan lebih lanjut tentang Kiki kepada Pak Arya. Mereka sepakat untuk menjilid skripsi Kiki lalu memasukkannya ke perpustakaan. Juga Pak Arya sudah membicarakan tentang ijazah Kiki kepada ketua jurusan akuntansi. Dan syukurlah, pihak kampus menyetujui hal itu.

Ijazah Kiki akan diberikan berbarengan dengan wisuda tahun ini. Tepatnya enam bulan lagi.

Misi tentang Kiki membuat Dea dan Matahari menjadi dekat. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama, baik di kampus maupun luar kampus.

Beberapa hari terakhir ini Dea dan Matahari sibuk mondar-mandir mengurus semuanya. Mulai dari menjilid, sampai meminta tanda tangan kepada para dosen.

"Ya ampun, aku lega banget." Dea menghembuskan nafas lega sambil meregangkan tubuhnya.

"Aku juga lega. Itung-itung ini pemanasan buat kita besok. Ternyata begini rasanya menyusun skripsi," sahut Matahari sambil membolak-balik skripsi Kiki yang sudah rapi. Skripsi tersebut sudah masuk ke perpustakaan. Siap bergabung bersama skripsi mahasiswa-mahasiswi lainnya.

Saat ini mereka tengah berada di perpustakaan, mereka tengah menunggu mata kuliah yang masih akan dilakukan setengah jam lagi.

Suasana perpustakaan sangat sepi. Pengunjung hanya mereka berdua. Sedangkan sang pustakawan, sedang menonton film menggunakan earphone.

"Nggak kerasa, dari Sabtu ketemu Sabtu lagi. Ngurus skripsi buat aku lupa hari," celoteh Dea.

"Kalau aku nggak mungkin lupa. Setiap hari harus apel, dan itu nggak mungkin bisa dilupain."

"Cita-cita kamu pengen kerja kantoran, ya? Sekarang honor dulu, besok ikut tes CPNS."

Matahari mengedikkan bahunya. "Nggak juga. Sebenarnya kalau boleh milih, aku lebih pingin kerja freelance aja. Gampang, bisa kerja dimana aja."

"Aku freelancer," sahut Dea antusias. "Dan ... benar kata kamu tadi, bebas. Bisa kerja dimana aja. Bisa juga sambil ngurus anak."

"Oh, ya? Kamu freelance apa?" Matahari menoleh ke arah Dea. Ia sangat tertarik dengan topik ini. Siapa tahu ia bisa mengikuti jejak Dea. Pasalnya ia kurang nyaman berkerja jadi tenaga honorer. Kerja dari pagi sampai sore, tapi gaji menyedihkan.

"Jualan online sama affiliates marketing."

"Affiliates marketing?" Matahari mengerutkan keningnya samar. Rasa-rasanya ia pernah mendengar nama itu. Tapi kapan dan dimananya ia lupa.

"Penjelasan singkatnya, kita jualin produk orang, terus nanti kita dapat komisi. Lumayan loh, kalau kita berhasil jual banyak, bisa dapat puluhan sampai ratusan juta."

"Serius?" tanya Matahari tak percaya.

Dea mengangguk. "Mending kamu pelajari affiliates marketing deh. Siapa tau kamu jodoh di sana."

"Apa aja syaratnya?" tanya Matahari antusias.

"Hehe ... lupa. Soalnya aku gabung udah lama banget. Yang aku ingat, ada minimal jumlah followers. Tapi minimalnya berapa, aku lupa juga." Dea meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Wahh ... berarti sekarang followers kamu banyak, ya?"

"Lumayan. Di TikTok ada dua puluh ribu. Di Instagram ada sepuluh ribu. Di FP ada tiga puluh ribu."

Matahari mengerjapkan matanya takjub. "Kamu seleb medsos?"

Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang