33 - Mengikhlaskan

33 5 0
                                    

Pak Arya tengah duduk di meja kerjanya. Dosen muda itu duduk menghadap laptop. Lembar kerja microsoft word terbuka dan masih kosong. Niatnya ia ingin mengerjakan tugas, tapi tiba-tiba otaknya menjadi blank. Tidak bisa diajak untuk berfikir.

Tiba-tiba saja laptop tersebut mengetik sendiri. Pelakunya adalah Kiki. Tapi Pak Arya tidak bisa melihat keberadaan Kiki.

Ini aku. Sebentar lagi aku akan pergi untuk selama-lamanya. Terimakasih, kamu sudah membuktikan semuanya. Kamu tidak lagi menangisiku. Kamu selalu mengirimkan do'a untukku.

Aku mencintaimu. Selalu mencintaimu. Jika suatu saat kamu menemukan perempuan yang baik, kamu boleh menikahinya. Semoga nanti kita bisa bertemu di surga.

Kiki

Pak Arya mengucek matanya beberapa kali. Ia memastikan sekali lagi, apakah yang ia lihat nyata atau hanya halusinasi.

"Ternyata ini nyata," gumam Pak Arya.

Laki-laki itu melihat sekeliling. Ruangan dosen tersebut sepi. Hanya ada dirinya sendiri. Rekan dosen yang lainnya sedang ada kelas. Sementara ia, hari ini kosong.

"Kiki? Kamu di mana, Sayang?" lirih Pak Arya sambil melihat sekeliling. Walaupun ruangan tersebut sepi, tapi ia tak berani untuk bicara kuat-kuat. Takut jika tiba-tiba ada yang mendengarnya.

Kiki mengetik lagi di laptop tersebut.

Aku masih di sini. Setidaknya sampai beberapa hari ke depan.

"Aku ingin melihatmu," ujar Pak Arya lirih.

Nggak bisa, Bang. Kamu nggak memiliki kemampuan untuk melihat golongan kami.

"Tapi ...."

"Permisi, Pak Arya. Saya mau bimbingan."

Suara seorang laki-laki muda mengagetkan Pak Arya. Dosen muda itu langsung menguasai dirinya. Ia mempersilakan mahasiswanya untuk duduk. Sebelumnya mahasiswa tersebut memang sudah mengabari via chat Wattsapp. Dan mahasiswa tersebut lah alasan Pak Arya datang ke kampus hari ini.

Dosen muda itu lantas sibuk memeriksa skripsi mahasiswanya. Dan ternyata ... cukup banyak kesalahan. Baik pada penulisan, dan juga pada isinya.

Pak Arya lalu mencoret-coret skripsi tersebut menggunakan tinta yang tebal. Membuat mahasiswa yang duduk di depannya menelan saliva-nya dengan susah payah.

Buset! Banyak banget salahnya, ujar mahasiswa tersebut dalam hati.

"Riko, perbaiki semuanya, ya. Pelajari lagi cara penulisan. Ini spasinya salah. Dibaca lagi panduan penulisan skripsi yang sudah dibagi. Jangan cuma disimpan aja," ujar Pak Arya sambil menatap mahasiswa yang bernama Riko itu.

Riko mengangguk patuh. "Baik, Pak."

Pak Arya juga menjelaskan tentang isi skripsi Riko yang banyak salahnya. Dosen muda itu juga memberikan saran dan masukan. Sehingga membuat Riko paham.

"Saya permisi, Pak." Riko membungkuk sopan di depan Pak Arya.

Pak Arya mengangguk. "Cepat diperbaiki. Kalau sudah siap mau bimbingan lagi, kabari saya."

"Baik, Pak."

Sepeninggal Riko, Pak Arya menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Laki-laki itu menatap layar laptopnya. Tulisan dari Kiki tadi sudah hilang.

"Pulanglah dengan tenang, Sayang. Aku akan selalu mendo'akanmu. Semoga kita bisa bertemu di surga nanti," lirih Pak Arya sambil menunduk. Menyembunyikan wajah sendunya.

🍁🍁🍁

Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang