10 - Hantu Kiki (2)

46 5 0
                                    

Setelah kelasnya selesai, Dea tak langsung pulang. Perempuan itu sengaja menunggu kelas kosong. Ia ingin bicara berdua saja dengan Kiki. Ia sudah bosan diganggu oleh hantu perempuan kurang kerjaan itu.

"Apa mau kamu?" tanya Dea setelah kelas menjadi kosong. Ia berani masih berada di kelas sendirian karena kelas tetangga masih ada isinya. Ia bisa mendengar suara dosen yang menerangkan materi dengan suara keras.

Kiki menyeringai sambil melayang-layang di depan kelas. "Aku cuma mau menjadi temanmu," jawabnya dengan lirih.

"Aku nggak mau!" sahut Dea dengan ketus.

"Aku nggak minta persetujuan kamu."

Dea memejamkan matanya kuat-kuat. Ia menggeram kesal. Sepertinya bernegosiasi dengan hantu tidak akan mudah. Perempuan itu lalu memutuskan segera pulang saja. Sia-sia ia bicara dengan Kiki. Sekali hantu ya tetap hantu. Menyabalkan!

Begitu sampai di luar kelas, Dea menghentikan langkanya saat melihat Matahari masih duduk di depan kelas.

Matahari sendiri sengaja menunggu di sana, karena ia tahu Dea sedang berbicara dengan Kiki di dalam kelas. Ia berjaga-jaga di sana, siapa tahu Dea kembali diganggu oleh hantu perempuan itu.

"Kamu belum pulang?" tanya Dea.

"Aku nunggu temanku di kelas sebelah," jawab Matahari asal. Ia tidak mau menjawab jujur, nanti Dea bisa ge-er.

Dea ber-oohh panjang. Perempuan itu lantas duduk di sebelah Matahari dengan santainya. Ia masih betah berada di kampus, karena masih ada temannya. Kalau sendiri ya tidak betah juga.

Matahari menjadi tidak nyaman saat Dea ikut duduk di sebelahnya. Laki-laki itu menatap pintu kelas tetangga dengan gelisah. Gawat ini, kalau Dea tidak lekas pergi, bisa-bisa ketahuan kalau ia tadi berbicara bohong.

Daripada malu ketahuan bohong, akhirnya Matahari memutuskan untuk segera pergi dari sana.

"Eh ... eh!" Dea berlari kecil mengikuti langkah kaki Matahari yang lebar. "Katanya mau nunggu teman kamu?" tanya Dea.

"Nggak jadi, dia masih lama," sahut Matahari dengan suara datar dan terus melangkah lebar. Ia ingin segera sampai di rumah dan istirahat.

"Kamu tadi liat kan Kiki ngisengin aku?" lirih Dea. Ia sengaja berbisik karena takut pembicaraannya akan di dengar oleh Kiki.

"Iya," sahut Matahari singkat, padat dan jelas.

"Kamu mau nggak bantuin aku nyari tau tentang Kiki. Aku bosan digangguin dia mulu. Kayaknya dia masih di sini karena ada yang belum tuntas, deh," ujar Dea sambil mensejajarkan langkahnya dengan Matahari.

Matahari memelankan langkahnya. Ia tertarik dengan pembicaraan ini. "Terus kalau sudah tau tentang Kiki? Kamu mau apa? Nolongin dia kayak di kisah-kisah horor?" tanya Matahari sedikit sinis.

Kalau boleh jujur, Matahari tidak setuju dengan orang yang membantu hantu. Selama ini, Matahari belum pernah membantu hantu. Sahabat tak kasat matanya dulu selalu melarang Matahari untuk membantu hantu. Kata sahabatnya itu, sekali kita membantu hantu, maka hantu lain akan meminta tolong juga. 

Dea mengangguk pelan. "Iya. Aku bosan digangguin Kiki. Masalahnya dia nggak cuma gangguin aku, tapi dia juga gangguin anakku." Tanpa sadar Dea keceplosan tentang Delaci.

"Kamu sudah punya anak?" tanya Matahari. Ia yang awalnya tidak tertarik berbicara dengan Dea, entah mengapa tiba-tiba saja menjadi kepo.

"Eh ... iya. Ya, aku sudah punya anak," sahut Dea sambil terus berjalan. Sebenarnya Dea sedikit malas saat memberitahukan kepada orang-orang kalau ia sudah memiliki anak, pasalnya banyak orang akan mengira kalau ia menikah karena kebobolan. Ditambah lagi kalau mereka tahu Dea sudah tidak memiliki suami. Pasti orang-orang akan berfikir negatif.

Dea menikah karena kebobolan dan sekarang sudah bercerai dengan suaminya. Kira-kira begitulah cibiran yang terlontar dari mulut orang-orang menyebalkan ketika tahu ia adalah janda.

Padahal nyatanya tidak seperti itu. Dea memang ingin menikah muda, dia tidak kebobolan sebelum menikah. Dan suaminya meninggal dunia, bukan bercerai talak.

Matahari hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Ia tidak berniat mewawancarai Dea lebih jauh.

Mereka sudah sampai di parkiran. Dea dan Matahari lantas berpisah. Dea langsung masuk ke dalam mobilnya, sedangkan Matahari langsung nangkring di atas motor matic-nya. Keduanya lantas menuju rumah masing-masing.

🍁🍁🍁

Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang