2 - Penglihatan Gaib (2)

78 7 0
                                    

Sesampainya di kelas, Dea tidak bisa bernafas dengan lega, karena kelasnya kosong. Teman-temannya belum ada yang datang.

Perempuan itu mendaratkan bokongnya di kursi sambil mengatur nafasnya yang masih belum stabil. Ia tidak mungkin keluar dari kelas. Karena di luar lebih menyeramkan. Ruang dosen yang lumayan ramai berada cukup jauh dari kelasnya. Sementara di deretan kelas ini, memang sangat sepi. Karena mahasiswa lain belum ada yang datang.

Hening. Saking heningnya, Dea sampai bisa mendengar deru nafasnya sendiri. Selain itu, suara detak jam dinding mengudara bersahut-sahutan dengan deru nafas Dea.

"Kamu mau jadi temanku?" bisik sebuah suara dari belakang Dea. Suara itu sangat lirih sekali.

Deg!

Dea tahu, ia hanya sendirian saja di kelas ini. Otomatis suara tadi adalah ... suara makhluk halus.

Dea menggeleng pelan, ia tidak mau melihat makhluk halus tersebut. Karena kalau ia berkontak mata dengan makhluk tersebut, maka makhluk halus tersebut akan tahu kalau Dea bisa melihat mereka.

"Kamu mau jadi temanku?" Suara lirih itu kembali muncul.

Dea masih diam saja. Ia masih pura-pura tidak tahu. AC ruangan dan keadaan yang menyarankan membuat tubuhnya menggigil.

Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Dea, makhluk halus tersebut menarik rambut Dea cukup keras. Sehingga membuat Dea berteriak nyaring.

"Arrgghh!"

Dengan refleks, Dea menoleh ke belakang. Dan tatapan keduanya bertemu.

Makhluk tersebut menyeringai senang. Sedangkan Dea, langsung memejamkan matanya kuat-kuat. Perempuan itu mengatur nafasnya yang tidak karuan.

"Aku tau kamu bisa melihat aku. Sekarang kita berteman, ya?" Makhluk menyeramkan tersebut berbicara dengan suara lirih yang basah.

Karena tak kunjung mendapat respon dari Dea, makhluk tersebut mendekatkan wajahnya ke wajah Dea. Perlahan-lahan, hingga wajah itu menempel pada wajah mulus Dea.

Sontak saja Dea langsung membuka matanya dan berteriak histeris. Perempuan itu lari tunggang langgang ke luar dari kelas.

Bruk!

Dea berhenti saat menabrak sesosok laki-laki yang tengah memegang ponsel. Dan ponsel tersebut terhempas ke pasir sisa pembangunan gedung. Untunglah jatuhnya bukan ke tempat yang keras. Sehingga ponsel tersebut tidak rusak, jadi Dea tidak harus ganti rugi.

"Ma-maaf, saya nggak sengaja." Dea bicara dengan terbata-bata karena ia masih shock. Dengan tangan gemetar, ia memungut ponsel yang jatuh tersebut.

Laki-laki tersebut langsung menarik ponselnya yang ada di tangan Dea. Ia tidak mengeluarkan suaranya, dan lantas berlalu menuju kelas.

Dea terdiam beberapa saat. Ia masih berjongkok sambil menatap punggung laki-laki tersebut. Ia tidak kenal dengan laki-laki tersebut, tapi laki-laki tersebut masuk ke dalam kelas yang sama dengan dirinya. Siapa laki-laki itu? Dosen kah? Atau teman kelasnya?

Maklumlah, Dea ini masih anak baru. Ia baru satu minggu menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bhineka Tunggal Ika. Jadi belum terlalu kenal dengan semua dosen dan teman kelasnya.

Mungkin itu adalah teman kelasnya, dan laki-laki itu baru masuk hari ini. Pikir Dea.

Perempuan itu lalu berjalan pelan menuju kelasnya. Ia sudah berani masuk ke sana karena di sana ada laki-laki tadi. Jadi ia tidak sendirian.

"Hai ... kamu anak kelas sini juga, ya?" tanya Dea dengan nada rendah. Perempuan itu duduk di sebelah laki-laki dingin tersebut.

Laki-laki itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia menatap ke depan dengan pandangan datar.

"Nama kamu siapa? Aku Dea."

"Matahari," jawab laki-laki itu dengan tanpa menoleh ke arah Dea.

"Eh?" Dea mengerutkan keningnya samar. Matahari? Namanya Matahari? Serius?

Matahari tidak menyahut apa-apa.

"Oke, Mata ... em ... kenapa kamu baru masuk hari ini? Kelas kita kan udah mulai sejak seminggu yang lalu." Dea mencari topik pembicaraan apa saja. Ia merasa tidak nyaman hanya berdiam-diaman saja.

"Hari!"

"Eh?"

"Panggil aku Hari!"

"Oh ... oke oke!" sahut Dea dengan segera.

Dea masih ingin mengeluarkan suaranya lagi, tapi ia urungkan karena teman-temannya sudah pada berdatangan. Mereka datang secara berkelompok. Sekali datang langsung enam orang. Sepertinya mereka teman satu geng.

🍁🍁🍁

Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang