"Kamu nggak kuliah, De?" tanya Anis saat melihat putrinya masih ada di rumah. Padahal sudah jam tujuh malam.
"Enggak, Mak. Lagi libur," jawab Dea sambil fokus pada ponselnya. Ia sedang mencari informasi di grup kampusnya yang ada di Facebook.
"Libur? Ini kan bukan hari libur." Anis mengerutkan keningnya samar.
"Dosennya lagi nggak bisa masuk. Jadi bakal diganti lain waktu," beritahu Dea.
Anis mengangguk. Maklumlah, ia ini tidak kuliah. Jadi tidak tahu tentang dunia perkuliahan. Setahunya dulu waktu masih SMA, tidak ada hari libur kecuali tanggal merah.
Keluarga kecil tersebut sedang berkumpul di ruang keluarga. Si kecil Delaci sedang sibuk sendiri, membolak-balik halaman buku tentang binatang.
Gubrak!
Suara keras dari arah depan membuat Anis dan Dea saling berpandangan. "Biar Dea yang periksa, Mak. Mamak di sini aja, jaga Dela," ujar Dea dengan suara pelan.
Anis mengangguk paham.
Dea jalan mengendap-ngendap ke depan. Perempuan itu melihat ruang tamu. Kosong. Tidak ada siapa-siapa.
Lalu ia mengintip ke luar rumah melalui jendela. Dan perempuan itu langsung menutup gorden dan berkumpul dengan ibu serta anaknya. Sosok yang membuat keributan itu adalah hantu kakek-kakek yang Dea tidak tahu itu siapa. Hantu itu sangat menyeramkan. Tubuhnya penuh luka.
Dea tidak mau berurusan dengan hantu manapun. Ia tidak mau melakukan kontak mata dengan hantu tersebut. Bisa gawat nantinya kalau hantu kakek-kakek tersebut tahu ia bisa melihat makhluk halus.
Dea tidak mau bertambah pusing. Cukup Kiki saja yang membuatnya pusing.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)
TerrorPart masih lengkap. Dea memiliki keistimewaan bisa melihat makhluk halus, akan tetapi ia merasa sangat terganggu dengan keistimewaan tersebut. Pasalnya melihat makhluk halus yang bentuknya menyeramkan, cukup menganggu. Apalagi akhir-akhir ini Dea se...