Matahari mengerjapkan matanya saat mendapatkan pukulan di bahunya dari Yuda.
"Jangan ngelamun! Ntar kesurupan. Rumornya kampus ini serem," ujar Yuda. "Banyak penunggunya," lanjutnya.
Matahari menoleh sekilas ke arah Yuda, dan kemudian ia menoleh lagi ke arah Kiki berada. Tapi ... Kiki sudah tidak ada di sana. Saat Matahari melihat ke semua penjuru kelas, Kiki tetap tidak ada. Ke mana perginya hantu perempuan itu?
"Nyariin aku, ya?"
Sebuah suara lirih terdengar tepat di samping telinga kiri Matahari. Begitu ia menoleh, ia melihat Kiki tengah berada dalam posisi terbalik, kaki di atas, sedangkan kepala di bawah. Kaki perempuan itu menapak pada plafon, sedangkan kepalanya tepat di sebelah telinga Matahari.
Laki-laki itu menahan nafasnya karena kaget. Hampir saja ia berteriak, tapi untunglah ia masih bisa mengendalikan dirinya. Ia tidak berteriak.
Matahari menoleh ke arah papan tulis. Laki-laki itu enggan melihat wajah Kiki.
"Kamu kenapa lagi, sih? Kayak habis liat hantu aja. Muka kamu pucat banget," ujar Yuda lagi-lagi sambil menepuk bahu Matahari.
"Aku memang habis liat hantu," lirih Matahari tanpa sengaja. Tapi sedetik kemudian ia meralat ucapannya. "Eh ... maksudnya ... tadi di rumah habis nonton film hantu."
Yuda terkekeh. "Di dunia ini nggak ada hantu. Adanya jin dan iblis. Yang kamu liat itu pasti iblis, bukan hantu."
"Kan cuma film."
"Ya itu ... film yang penuh kebohongan. Dibuat berdasarkan imajinasi penulis skenario dan sutradaranya. Nggak real. Masa ada suster ngepot, suster mandi .... Aduh! Pusing. Bohong semua itu. Nggak ada yang begitu-begitu. Orang meninggal mah meninggal aja. Rohnya ketemu Tuhan, bukan gentayang. Nggak ada yang namanya hantu gentayangan. Kamu jangan mau di bohongi film."
Yuda ceramah panjang kali lebar. Sedangkan Matahari semakin bergeming saat melihat Kiki melayang di hadapannya, Kiki dalam wujud menyeramkan. Hantu perempuan itu menyeringai lebar sekali. Bibirnya terbelah hingga ke pipi.
Kemudian, hantu perempuan itu mendekati Yuda. Lalu ia meneteskan darah segar di atas pangkuan Yuda. Sontak saja hal itu membuat Yuda kaget.
Yuda lalu mendongak, dan ia mendapati sosok Kiki yang menyeramkan tengah menyeringai di hadapannya. Sontak saja Yuda langsung berteriak histeris dan lari tunggang langgang keluar kelas.
"Arrgghh! Hantu! Hantu!"
Kiki mengikuti Yuda yang lari ketakutan. Hantu perempuan itu masih belum puas menakut-nakuti Yuda. Ia tidak suka Yuda tidak menganggap keberadaannya. Ia harus menunjukkan eksistensinya supaya Yuda tidak bicara sembarang lagi.
Matahari menarik kecil sudut bibirnya. Lucu sekali. Belum ada satu menit Yuda ceramah kalau di dunia ini tidak ada hantu, sekarang laki-laki usia kepala empat itu teriak 'hantu'.
"Biar Pak Yuda nggak asal ngomong lagi." Matahari bermonolog. Laki-laki itu memakai tas punggungnya, ia ingin pulang juga. Nanti pukul empat baru datang lagi ke kampus. Tapi syukur-syukur kalau jadwal nanti kosong juga. Ia sedang malas kuliah. Sepertinya tidur siang lebih menggoda.
Saat Matahari sampai di parkiran, Yuda masih ada di sana. Laki-laki buncit itu terduduk lemas di tanah sambil memijat kakinya.
"Kenapa, Pak Yuda?" tanya Matahari.
"Keseleo." Yuda menjawab sambil meringis.
Matahari ingin tertawa, tapi takut dosa. Laki-laki itu melihat sekeliling, sudah tidak ada lagi si Kiki.
"Ada yang bisa dibantu, Pak?" tanya Matahari.
"Nggak usah. Makasih."
Dengan tertatih-tatih, Yuda menuju parkiran motornya. Sepertinya kaki laki-laki itu sudah cukup membaik. Keseleo-nya sudah tidak terlalu sakit.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)
HorrorPart masih lengkap. Dea memiliki keistimewaan bisa melihat makhluk halus, akan tetapi ia merasa sangat terganggu dengan keistimewaan tersebut. Pasalnya melihat makhluk halus yang bentuknya menyeramkan, cukup menganggu. Apalagi akhir-akhir ini Dea se...