27 - Informasi Penting Untuk Pak Arya (3)

39 5 0
                                    

Kiki tersenyum lebar. Perempuan itu lantas berdiri tepat di hadapan Pak Arya. "Akhirnya kamu percaya kalau ini aku."

"Tapi ... tapi kenapa kamu masuk ke tubuh perempuan ini?" Pak Arya masih belum hafal nama Dea. Maklum lah, mereka baru melakukan pertemuan sebanyak dua kali.

"Ya, aku sengaja meminjam tubuh Dea. Karena aku nggak bisa berkomunikasi secara langsung denganmu. Aku butuh seseorang untuk kumasuki. Dan untunglah, Dea baik."

"Aku kangen kamu, Ki." Pak Arya hendak memeluk Dea. Tapi Kiki lantas buru-buru mundur dan menghindar.

"Jangan! Ini tubuh Dea, bukan aku."

Pak Arya menunduk lemas.

"Aku mohon, kamu jangan terus-terusan menangisiku, please! Aku hanya butuh do'a darimu, Bang. Bukan air mata. Air matamu itu membuat aku nggak bisa pergi dari dunia ini. Sehingga selama dua tahun ini aku masih terombang-ambing," lirih Kiki.

"Maafkan aku, Ki. Aku ... aku minta maaf," sesal Pak Arya. Butiran bening keluar dari sudut mata  Pak Arya.

Matahari mengerjapkan matanya tak percaya. Dosen galaknya menangis? Serius?

"Aku bilang jangan nangis, Bang. Please!"

"Maaf." Pak Arya menghapus air matanya dengan segera. "Aku janji nggak akan nangis lagi. Aku janji akan selalu kirim do'a untuk kamu."

Kiki tersenyum lega. "Terimakasih, Bang. Aku pergi sekarang. Kalau suatu saat kamu bertemu dengan perempuan yang cocok sama kamu, kamu boleh menikah lagi. Aku pergi sekarang."

"Enggak, Ki! Jangan pergi dulu. Kiki ...."

Asap putih keluar dari tubuh Dea, dan hal itu membuat Dea langsung lemas dan hampir terjatuh di lantai yang kotor. Untung saja Matahari bergerak dengan cepat. Laki-laki itu menangkap Dea dengan gesit. Sehingga tubuh Dea aman.

Dalam pelukan Matahari, perlahan-lahan Dea membuka matanya. Perempuan itu lalu menjauhkan Matahari dari dirinya. Ia terduduk lemas di lantai yang kotor.

Sementara itu, Pak Arya duduk termenung di kursi kotor tadi. Pandangan matanya kosong. Ia menatap lurus ke depan.

Dea dan Matahari saling berpandangan bingung. Dosen galaknya tengah menunjukkan sisi yang sesungguhnya.

"Makasih," lirih Pak Arya tanpa menoleh ke arah Dea dan Matahari. Hal itu membuat Matahari dan Dea bingung, Pak Arya sedang mengucapkan terimakasih untuk siapa?

"Pak Arya ... sebenarnya kami masih ingin membahas tentang Mbak Kiki, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat. Kalau begitu kami pamit pulang dulu, lain kali kami akan datang lagi," ujar Matahari dengan sopan.

Pak Arya hanya mengangguk saja tanpa menoleh ke arah kedua tamunya. Dosen muda itu masih menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.

Setelah berpamitan dengan sang tuan rumah, Matahari dan Dea lantas segera pergi dari rumah tersebut.

"Rumah Pak Arya serem, tapi kok nggak ada penunggunya, ya?" ujar Dea saat mereka sudah berada di atas motor.

"Mungkin selama ini selalu dijagain Kiki," sahut Matahari.

Matahari melajukan motornya dengan pelan, sehingga mereka masih bisa berbicara tanpa harus berteriak-teriak.

"Ya, bisa jadi." Dea mengangguk setuju. Kalau ada Kiki, bisa jadi makhluk halus lainnya tidak ada yang berani bermarkas di sana.

🍁🍁🍁

Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang