7 - Gangguan Dari Makhluk Gaib (3)

52 6 0
                                    

Namanya Matahari. Hanya Matahari. Tidak ada nama belakang. Ayahnya memberi nama itu karena ingin anaknya tumbuh menjadi seperti Matahari, yang menerangi dan menghangatkan seluruh isi bumi.

Sedangkan ibunya? Entah pergi ke mana. Sejak bayi, Matahari hanya tinggal bersama ayahnya saja. Kalau kata kakek dan neneknya, ibunya pergi bersama laki-laki lain.

Pria itu sejak kecil sudah bisa melihat makhluk tak kasat mata. Bahkan ia pernah memiliki sahabat dari golongan mereka. Tapi sekarang sahabatnya itu sudah pergi untuk selamanya. Sahabatnya itu sudah sadar, kalau ia dan Matahari berbeda alam. Tidak seharusnya mereka bersama selamanya.

Matahari teringat dengan teman kelasnya tadi. Dea. Perempuan yang ternyata sama seperti dirinya. Sama-sama bisa melihat makhluk halus.

"Hantu perempuan tadi siapa, ya? Kenapa dia seperti mengenal Pak Arya?" Matahari bermonolog.

Sudah hampir pukul satu dini hari, tapi ia masih terjaga. Bukan, bukan ia sibuk memikirkan makhluk halus, tapi tadi dirinya sibuk mengerjakan pekerjaan kantornya.

Ya, kalau pagi sampai sore ia bekerja. Sedangkan kalau malam ia kuliah. Laki-laki itu bekerja sebagai staf tata usaha di sebuah instansi pemerintah. Ia bisa bekerja di sana berkatat bantuan dari pamannya yang anggota DPR.

Nepotisme! Ya, Matahari sadar itu nepotisme dan tidak baik. Tapi ia tidak punya pilihan lain. Ia benar-benar butuh pekerjaan untuk membiayai kuliahnya. Ia tidak mungkin menodong uang pada ayahnya yang hanya sebagai guru SD.

Awalnya Matahari menolak tawaran pekerjaan tersebut, ia lebih memilih mencari pekerjaan sendiri. Tapi ternyata mencari pekerjaan itu sulit. Apalagi ia hanya memiliki ijazah SMA.

Brak!

Matahari langsung bangun dan duduk di atas kasur saat mendengar suara benda jatuh dari luar kamarnya. Laki-laki itu mengendap-ngendap keluar dari dalam kamar. Ia membuka pintu kamarnya dengan perlahan. Di tangan kanannya, tergenggam palu berukuran cukup besar. Siapa tahu itu maling. Jadi ia harus waspada.

Matahari menghembuskan nafas kasar saat melihat sosok melayang di ruang tv. Sosok itu menyeringai kepada Matahari.

"Selamat malam, Bang," ujarnya dengan lirih dan dengan mulut yang tertutup rapat.

Sosok itu adalah tetangganya yang baru meninggal dua minggu yang lalu. Konon katanya, seseorang yang meninggal, arwahnya masih akan bergentayangan di sekitar rumahnya selama tiga puluh hari.

Dan hantu bocah laki-laki sepuluh tahun itu, masih ada di sekitar rumahnya dan sering menampakkan dirinya di depan Matahari.

Bocah laki-laki bernama Wisnu itu meninggal akibat penyakit kangker kepala yang menyerangnya. Dan ia hanya mampu bertahan dengan penyakitnya itu selama satu tahun saja.

Rumah Wisnu terletak persis di sebelah rumah Matahari. Malahan letaknya berdempetan. Hanya dipisahkan oleh dinding batu bata saja. Ya, perumahan mereka memang bukan perumahan mewah yang antara rumah satu dengan lainnya terletak berjauhan.

"Jangan ganggu Abang! Abang mau tidur," ujar Matahari dengan tegas.

Matahari langsung kembali masuk ke dalam kamar. Laki-laki itu membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling dengan erat. Ia memaksa memejamkan matanya, ia ingin segera tidur. Besok pagi ada banyak pekerjaan yang menunggunya.

Eh? Kok gulingnya dingin? Laki-laki itu membuka matanya perlahan-lahan.

Matahari berdecak kesal saat mendapati yang ia peluk adalah Wisnu. Bocah laki-laki itu meringis ke arah Matahari.

"Aku bosan, Bang. Capek ngomong sama Ayah Mamak. Mereka nggak ada yang dengar," celoteh Wisnu.

"Ya wajar mereka nggak bisa dengar. Alam kalian sudah beda," sahut Matahari dengan malas.

"Tapi Abang bisa."

"Abang beda. Abang manusia pilihan." Matahari memunggungi Wisnu. Ia malas menatap wajah hantu kecil tersebut. Memang sih tidak seram, tapi wajah pucatnya sedikit menganggu mata Matahari.

"Abang jangan tidur dulu, dong! Wisnu bosan, nih!" rengek Wisnu persis di telinga Matahari.

Matahari berdecak-decak kesal. "Wisnu! Kamu pilih pergi sendiri atau Abang usir?"

Sekarang giliran Wisnu yang berdecak-decak kesal. Hantu cilik tersebut lantas pergi dari kamar Matahari. Ia memilih pergi ke rumah orangtuanya saja. Menyaksikan orangtunya yang terlelap dalam damai.

Sepeninggal Wisnu, Matahari lantas memejamkan matanya dengan relaks. Dan dak lama, ia sudah terlelap ke alam mimpi.

🍁🍁🍁

Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang