Dea terkekeh sambil menggeleng. "Bukan kok. Mukaku malah nggak pernah muncul di sana. Aku buat konten yang nggak nampilin muka. Dan aku dapat followers sebanyak itu dari bayar iklan. Soalnya dari awal aku main sosmed, tujuannya cuma buat jualan. Bukan jadi artis."
Matahari mengangguk paham. Laki-laki itu tampak berfikir sejenak. "Aku mau ikutin jejak kamu. Aku mau bayar iklan juga. Biar postingan aku di rekomendasiin sama Instagram."
"Kabari aja kalau udah mulai. Di internet banyak kok informasi cara gabung affiliates marketing. Cari aja di sana, pelajari baik-baik. Kalau udah paham, baru mulai."
"Baik. Baik, Ibu guru," sahut Matahari sambil terkekeh.
"Ternyata aslinya kamu rame juga. Aku kira kamu dingin kayak salju."
"Maaf kalau kesan pertama kamu tentang aku nggak mengenakkan."
"Dimaafkan," sahut Dea.
Krek! Krek! Krek!
Suara pintu dari kamar mandi perpustakaan terdengar seperti dimainkan. Dibuka tutup dengan gerakan lambat.
"Kamu denger?" bisik Dea sambil mencengkram lengan Matahari dengan erat.
Matahari mengangguk sebagai jawaban.
Suara pintu tadi masih terdengar jelas. Bunyinya berirama. Seperti menggunakan ketukan. Lalu terdengar juga bunyi gemericik air dari dalam sana.
Toilet tersebut berada tak jauh dari tempat duduk Dea dan Matahari saat ini, sehingga suara itu terdengar sangat jelas sekali. Dea tahu betul, kamar mandi itu sudah lama tidak berfungsi. Bahkan air pun tidak ada di dalam sana.
Pustakawan dan mahasiswa yang datang ke perpustakaan, tidak pernah menggunakan toilet yang ada di dalam perpustakaan. Mereka biasanya menggunakan toilet yang ada di luar perpustakaan.
Waktu pertama kali datang ke perpustakaan, Dea ingin buang air kecil. Dan saat menuju toilet, ternyata toilet tersebut sudah tidak berfungsi.
"Kita ke kelas aja, yuk," ajak Dea sambil berbisik. Wajah perempuan itu sudah pucat. Ia tidak mau jika harus melihat hal-hal mistis lagi.
Matahari mengangguk.
Keduanya lalu buru-buru menuju kelas. Mereka jalan dengan langkah lebar, ingin segera sampai di kelas.
Sesampainya di kelas, Dea menghembuskan nafas lega. "Aku nggak mau lagi liat yang aneh-aneh. Nyeremin."
"Sebenarnya aku juga nggak mau. Tapi gimana lagi, aku nggak tau caranya buat nutup penglihatan ini," sahut Matahari yang duduk di sebelah Dea.
"Kamu liat nggak, tadi itu siapa?"
"Nenek-nenek yang badannya penuh darah," jawab Matahari lirih.
Dea bergidik ngeri. "Untung aku nggak liat."
Perempuan itu mengelus dadanya sambil menghembuskan nafas lega.Matahari melihat jam dinding yang ada di depan kelas. Sudah jam dua, tapi kok belum ada yang datang? Jangan bilang hari ini libur.
Baru selesai Matahari membatin, satu persatu teman kelasnya berdatangan. Laki-laki itu menghembuskan nafas lega. Syukurlah tidak libur.
Matahari melirik Dea yang sedang berbincang dengan seorang perempuan yang duduk di sebelahnya. Mereka membicarakan drama Korea. Sungguh Matahari tidak mengerti pembicaraan mereka.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)
HororPart masih lengkap. Dea memiliki keistimewaan bisa melihat makhluk halus, akan tetapi ia merasa sangat terganggu dengan keistimewaan tersebut. Pasalnya melihat makhluk halus yang bentuknya menyeramkan, cukup menganggu. Apalagi akhir-akhir ini Dea se...