"Haduh, Mad! Hampir setiap hari aku diganggu Kiki. Capek banget rasanya. Aku bosan banget hidup digangguin hantu," keluh Ade sang tukang kebun.
"Untunglah aku nggak indigo kayak kamu," kekeh Mamad sang pustakawan.
Mamad dan Ade adalah teman dekat. Ade sering mengunjungi Mamad di perpustakaan. Bukan untuk meminjam buku, tapi untuk ngadem.
Ade mendengus kesal. Beruntung sekali si Mamad tidak bisa melihat makhluk halus. Pasti hidupnya tidak sengsara seperti dirinya. Hampir setiap hari selalu diteror makhluk tak kasat mata.
Dea yang sedang membaca sebuah komik, mengerutkan keningnya samar. Perempuan itu duduk tak jauh dari meja penyimpanan, di mana tempat Ade dan Mamad tengah duduk berdampingan.
Perempuan itu berdiri dan melongok ke arah meja peminjaman. Ia melihat dua orang lelaki kira-kira berusia awal tiga puluhan.
Dengan keberanian dan tekad yang bulat, perempuan itu menghampiri keduanya. Ia tersenyum manis lalu memperkenalkan dirinya. Dan kemudian langsung to the point pada intinya. Ia menanyakan siapa itu Kiki pada keduanya.
"Kamu diganggu Kiki juga?" tanya Ade antusias. Ia merasa senang karena memiliki teman yang sama-sama diganggu hantu. Sekarang ia tidak merasakan malang sendirian, ada orang lain juga yang merasakan ketidaknyamanan seperti dirinya.
"Iya, Bang. Malahan dia sampe ngikutin ke rumah," keluh Dea. Perempuan itu berdiri di depan meja peminjaman sambil memeluk komik yang batal ia baca.
"Kiki itu dulunya mahasiswa di sini. Jurusan akuntansi. Dia mahasiswa yang pintar dan cerdas. Kuliah selalu dapat beasiswa. IPK-nya sempurna. 4.00. Tapi sayang, umurnya nggak panjang. Kiki meninggal ditabrak fuso. Persis di depan kampus kita ini. Saat itu Kiki sudah lulus. Tinggal bimbingan sekali lagi terus cetak skripsi. Tapi ya itu tadi ... umurnya nggak panjang," tutur Ade dengan wajah murung. Laki-laki itu ikut sedih atas meninggalnya Kiki yang tragis.
"Kejadiannya kapan, Bang?" tanya Dea.
"Dua tahun yang lalu." Mamad yang menjawab.
Dea mengangguk. "Apa waktu itu ada pihak keluarga yang datang di acara wisuda? Ah, maksudnya, apa Kiki dapat ijazah?" tanya Dea penuh keingintahuan.
Ade dan Mamad kompak menggelang.
"Harusnya dapat. Kan Kiki udah lulus." Dea terlihat seperti bermonolog.
"Setuju. Harusnya orangtuanya tetap datang di acara wisuda. Harusnya ijazah Kiki tetap harus dikeluarkan," sahut Ade.
"Oh iya, ada hubungan apa antara Kiki dan Pak Arya? Soalnya saya pernah melihat Kiki mencium pipi Pak Arya. Tatapan Kiki untuk Pak Arya itu ... tatapan cinta," ujar Dea.
"Mereka itu suami istri. Kiki meninggal saat usia pernikahan mereka baru satu bulan. Sejak saat istrinya meninggal, Pak Arya masih betah jomblo," sahut Mamad.
Mamad dan Ade adalah tipe orang yang hobi bercerita. Sehingga mereka tidak canggung untuk bercerita pada Dea, walaupun sebenarnya mereka belum saling mengenal.
Dea mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Hantu Penghuni Kampus (Selesai)
HororPart masih lengkap. Dea memiliki keistimewaan bisa melihat makhluk halus, akan tetapi ia merasa sangat terganggu dengan keistimewaan tersebut. Pasalnya melihat makhluk halus yang bentuknya menyeramkan, cukup menganggu. Apalagi akhir-akhir ini Dea se...