31.Circle Setan

1.5K 197 20
                                    

Option setelah masuk circle setan, nekat keluar tanpa nyawa atau tetap di dalam dengan mati perlahan.

.
.
.

"Bang Rakaaaaa..."

Gue harus minta Bang Raka ngedongeng tentang Lian-Manda-Pandu secara gue ngerasa sedang kejebak di circle-setannya mereka. Penting buat gue tahu semua tentang mereka.

"Apaan sih Ry? Budeg gue."
"Jelasin circle antara Lian-Manda-Pandu!"
"Kenapa gue harus ngedongengin Lo tentang mereka?"

Duh, ini orang perlu disogok biar lidahnya gak kaku.

"Caramel macchiato grande."
"Deal."

Yaelah, giliran disuguhin starbucks gercep bener.

"Sialan Lo Bang, Lo gak tahu apa kalau sebulan yang akan datang gue jadi pengangguran."
"Lo mau masa pengangguran Lo damai gak?"
"Kampret."

Bergulirlah cerita Bang Raka sampai ojol konfirm sudah didepan RS mengantar pesanan gue. Dua caramel macchiato ukuran grande gue tenteng ke ruangan Bang Raka. Itu orang ngelihat starbucks udah kayak lihat tanggal muda, mesam-mesem mulu.

"Bang, circle nya gak bisa disederhanain dikit? Itu circle udah kayak circle setan."

Bang Raka cuma menceritakan garis besarnya karena dia tahu kalau gue orangnya gak suka didongengin lama-lama. Misal gue bayi terus dibacain buku cerita mungkin itu buku langsung gue buka halaman terakhirnya, biar cepet.

"Gue gak tahu alasan Manda ninggalin Lian yang udah dipacarin bertahun-tahun bahkan udah tunangan dan beralih ke Pandu."
"Jadi, sejak saat itu mereka perang dingin, Bang?"
"Yup."
"Tapi kan setelah Rea lahir Si Manda juga ninggalin Pak Pandu? Duh ribet amat sih."
"Udah, kalau ribet gak usah di masukin otak."

Gue berdecih saat lihat Bang Raka dengan nikmatnya nyeruput caramel macchiato. Itu orang udah kayak gak minum minuman starbucks berabad-abad.

"Bang, terakhir Lo minum di starbucks kapan?"
"Sebelum nikah."

Byuuuur... gue udah kayak dukun yang nyembur pasiennya. Bedanya si pasien bernama Raka ini punya refleks menghindar yang bagus jadi gak klincir-klincir amat.

"Biasa aja kali, Ry!"

Sungut Bang Raka merespon semburan gue.

"Lo kan DSA(dr.Sp.A) Bang. Sekali konsul ratusan ribu, pasien Lo juga banyak, masak gak mampu beli starbucks."
"Gak gitu konsepnya dodoool."

Bang Raka menjitak jidat gue karena gak terima gue katain gak mampu.

"Lo bayangin, 1 cup grande kek gini uangnya bisa buat beli pempers isi 44 pcs. Gue gak sampek hati buat belinya. Mending gue beli 3 paket ayam geprek 15k, gue bungkus, bisa sekeluarga yang makan."
"Bang, udah berapa lama sih gue gak ketemu Lo? Kok pikiran Lo tambah waras aja."
"Sialan Lo. Makannya nikah, biar tahu rasanya."

Kalau dipikir penghasilan Bang Raka itu cukup buat ngidupin keluarga kecilnya. Udah punya apartemen, mobil lunas dan istrinya juga kerja malah udah punya brand cosmetics sendiri. Tapi Bang Raka hidupnya tetep sederhana banget malah tambah sederhana mendekati pelit.

"Istri Lo kan juga kerja Bang."
"Gue dan istri itu kerja buat sama-sama ditabung Ry, untuk beli rumah. Kita gak mau kalau Gendhis besar tinggalnya di apartemen yang kanan-kiri depan-belakang ketemunya tembok."

Duh, omongan Bang Raka makin berat di otak gue yang tinggal 20% buat mikir tentang rumah tangga. Berat karena gue yang notabene nya belum menikah, tahu nya cuma nyenengin diri sendiri gak ada embel-embel pasangan apalagi buntut yang butuh pempers.

Spesialis ObgynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang