Ah gila rasanya, di penghujung weekday seharusnya akan baik-baik saja seperti hari sebelumnya namun ternyata alam tak merestui Gue untuk hidup nyaman. Sebenernya Gue udah curiga selama hampir sepekan setelah licensi Gue kembali tidak ada kejutan sama sekali. Semua berjalan santai dan terkendali. Lhah ternyata kejutannya ada di akhir.
Tepat setelah pintu apartemen Gue tutup untuk berangkat kerja tadi, tiba-tiba ini usus besar koar-koar minta dikeluarin isinya. Emang sialan, Kenapa harus kebelet berak saat penampilan udah rapi sih? Karena ini pantat udah jerit-jerit, tanpa lepas sepatu Gue ngibrit masuk lagi ke apartemen dan lari ke toilet.
Alhasil Gue kepleset dengan badan bagian kiri yang mendarat duluan. Kalau Gue bayangin lagi, Gue berasa jadi atlet sky dadakan tadi pagi meski rem nya blong dengan posisi pendaratan gagal total. Atlet sky amatir, maksudnya. Lebih gak tahu malu lagi, ini pantat masih jerit-jerit tanpa tahu sikon.
Semuanya Gue paksain pada akhirnya. Gue terpaksa ngeden buat berak, Gue terpaksa ganti baju meski bahu kiri sakit dan terpaksa naik motor meski nyetir tangan satu. Kurang jantan apa coba?
Gak ada yang tahu kalau bahu kiri Gue sakit karena setelah sampai RS Gue langsung ganti scrub suit dan menuju OK. Waktu ganti ke scrub suit gak seberapa repot tapi saat ngelepas, alamak. Saat operasipun orang-orang juga gak sadar karena Gue sebagai operator pun bersikap profesional. Ya iyalah profesional, namanya juga cari cuan.
Gue pengen teriak saat mau melepas scrub suit dan ganti ke baju Gue setelah operasi, pasalnya ini baju gak ada bukaannya. Akhirnya Gue nyerah dan berfikir buat nanti aja ganti bajunya.
Saat Gue berjalan menuju nurse station, Lian sedang ngelihatin Gue. Gue sadar itu karena biasanya Gue yang petakilan berubah jadi Putri Solo dengan jalan super pelan kayak perlangkah itu berbayar.
"Lo lagi audisi Putri Solo?"
"Bisa gak sih itu lidah Gue potong ½?"Adegan selanjutnya adalah Gue yang ditarik paksa buat ngikutin Lian ke ruangannya. Meringis deh Gue, ngerasain badan kiri Gue yang harus mengimbangi gerakan Lian yang sehat wal'afiat.
"Ada yang salah sama badan Lo?"
Pertanyaan yang seharusnya tanpa bertanya Lian tahu jawabannya dari membaca ekspresi Gue. Secara dari tadi Gue cuma meringis kesakitan waktu Dia tarik.
"Gue kepleset di toilet tadi pagi."
Jawab Gue langsung ke intinya.
"Dan Lo masih bisa jadi operator?"
"Gue cuma cidera Yan, gak lumpuh."Ya, dengan pakaian Gue sekarang Lian pasti tahu kalau Gue abis ada tindakan di OK. Sebenernya emang gak baik sih jadi operator operasi saat badan gak mendukung. Tapi Gue bisa nunjukin ke-profesionalan Gue tanpa harus menunjukan ekspresi meringis saat operasi berlangsung. Meskipun maksa banget. Beresiko memang, tapi bersyukurnya operasi tadi berjalan lancar.
"Sini Gue cek!"
Si Lian dengan sifat pemaksanya, emang gak tahu sikon. Rabun kali itu mata, scrub suit kan gak ada kancing gak ada resleting. Terus Gue harus telanjang setengah badan gitu?
"Gue pakek scrub suit Yan."
Masih mode sabar Gue, berharap Lian sadar.
"Emang kenapa? Ada masalah?"
Emang gak guna ngomong sama Lian pakek bahasa halus. Bahasa halus bagi Lian adalah bahasa Mars.
"Lo mau lihat Gue kutangan doang?"
Ya, emang harus gitu bahasanya kalau ngomong sama Lian. Tapi itu hanya berlaku buat Gue, karena kalau ngomong sama yang lain otak Lian berubah genius dan kecepatannya ngalah-ngalahin 5G. Apalagi kalau ngadepin koas cewek emes dan bidan bahenol, dahlah otak cowok emang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spesialis Obgyn
ChickLitURUTAN PART AMBURADUL. AUTHORNYA G TAHU KENAPA. DIHARAPKAN KEBIJAKSANAAN DALAM MEMBACANYA (Diurutkan sendiri)! "Yan, gue butuh dipeluk." Lihatlah perbuatan lo, Airy... semua mata tercengang pemirsaaaah. Sedetik kemudian dada bidang itu udah nempel...