35. Gerandong

1.6K 212 47
                                    

Diam seperti bidadari, makan seperti kuli. Itulah Fairy.

.
.

Ruang rapat menjadi ruangan hening setelah beberapa menit yang lalu Tim Disipliner membersihkan nama Gue dan kembali undur diri. Entah siapa yang memanggil, nyatanya kini tak jauh dari Gue, duduk seorang berparas setengah blasteran bernama Manda. Tidak lupa Pak Pandu yang juga ada di ruangan sama menatap kami berdua secara bergiliran.

Hoy?? Ini ada apa? Cepetan ngomong kali! Ingin sekali Gue teriak kayak gitu. Ruangan yang bisa menampung 50 orang ini bahkan serasa pengap meski sekarang berisi 3 orang. Masalahnya dimana? Masalahnya adalah Gue gak betah berada di area perang dingin kayak gini terlebih berada diantara mantan suami-istri yang sedang reuni.

"Bisakah dipercepat? To the point saja! Saya lapar dan tidak betah berlama disini."

Tandasku pada akhirnya yang ditanggapi senyuman oleh Pak Pandu. Alamak... senyumannya... Sadar Ry! senyuman Pak Pandu gak bikin Lo kenyang!

"Manda... tidak adakah yang ingin Kamu katakan pada dr.Fairy? Atau haruskah Saya bertanya lebih dulu agar Kamu mau bicara?"

Kalimat Pak Pandu mengalun santai walau isi nya gak ada santai-santai nya sama sekali, bahkan lebih ke mendominasi.

"Apa yang harus Aku katakan Pandu? Mengakui bahwa semua kekacauan ini Aku yang buat? Lalu setelahnya Aku harus meminta maaf, seperti itu maumu?"

Wah wah wah... hebat sekali Anda, Manda. Bahkan disaat dipojokan Dia tidak mau kalah.

"Ah, jadi seperti itu poinnya. Jika Anda tidak berkenan, tidak masalah bagi Saya, Suster Manda. Toh, permintaaan maaf Anda tidak lantas membuat Saya kenyang atau juga pengakuan Anda juga tidak membuat gaji Saya naik 10x lipat, bukan?"

Lo pikir Gue peduli? Gak penting banget hoy. Toh, Gue makan gak minta sama Lo.

Gue masih bicara dengan tenang meski batin memaki keras.

"Naif sekali Anda."

Astaga. Ini orang dikasih usus minta ginjal. Pengen sekalian aja Gue kasih t*i.

"Saya hanya berfikir sesederhana mungkin, tidak ingin rumit seperti pemikiran Anda."

Ini Si Pandu malah lagi asyik nontonin. Gak tahu apa kalau cakar Gue udah mau keluar semua.

"Anda mengatakan Saya rumit? Tolong berkaca dahulu dr.Fairy!"

Btw, sol sepatu Gue keras lhoh, kalau melayang kena pala Lo. Setidaknya bukan cuma sakit yang Lo rasain tapi juga malu, Manda.

"Jika Saya salah Saya akan mengakuinya. Jika Saya merugikan orang lain Saya akan minta maaf. Sesederhana itu pemikiran Saya, Suster Manda, jika Anda ingin tahu. Bukan malah berbelit memutari bundaran HI."

Sekilas Gue lirik itu tangan Manda memcengkeram kursi sampai buku jarinya memutih. Esmosi Buk?? Yang Gue bilang bener 'kan? Dia ngomong muter-muter cuma karena gak mau minta maaf dan mengakui kelakuannya. Maksud Gue adalah, jika Dia gak mau ya sudah, bilang gak mau, it's simple.

"Saya rasa sudah cukup Saya disini, terlebih Saya tidak ingin terlibat pada acara reuni kalian."

Ini pantat udah beranjak dari kursi dan tiba-tiba interupsi Pak Pandu menghentikannya. Astaga...tolonglah! Gue laper dan males ikut acara reuni kalian yang terlihat seperti gencatan senjata.

"Saya minta maaf jika waktu dr.Fairy terbuang sia-sia disini. Saya tahu jika bukan permintaan maaf dan pengakuan yang dokter inginkan. Lantas, bolehkah Saya tahu keinginan dokter?"

Spesialis ObgynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang