38.'KA-YAK-NYA'

2.4K 246 25
                                    

Setelah 3 hari mengheningkan cipta di pulau seberang akhirnya Gue kembali ke rutinitas. Hari ini Gue akan melakukan pengakuan dosa, dimana? di ruangan Pandu Karosuroso.

Ting...

Denting lift berhenti, lantai 37.

"Pagi Fa, sudah baikan?"

Pandu Kartosuroso tersenyum menampakan deretan giginya yang rapi. Pesonanya selalu membawa kaum hawa terpikat tapi dengan kesadaran penuh Gue menjamin bahwa Gue masih dalam batas kagum tidak lebih. Segera Dia berjalan ke mini pantry nya dan kembali dengan 2 cup ice cream.

"Ini masih pagi, tapi karena Kamu suka ice cream jadi kita makan ice cream. Ada masalah?"
"Tentu tidak."

Di pagi kayak gini Dia udah punya ice cream? Ini orang agen frozen food kali ya?

"Good. Makanlah dulu baru bicara!"

Gue gak nolak. Dah nurut aje! Ini RS juga bakal punya Dia.

Setelah menghabiskan setengah, Gue menaruh cup ice cream ke meja. Tarik nafas kemudian mengutarakan maaf karena menjual nama Pak Pandu. Entah keberanian dari mana, Gue tanpa ragu berkata jujur seperti itu.

Gimana ceritanya? Semua berawal saat di Batam, Gue ketemuan sama Mas Feri yang orangnya ternyata good looking dan supel. Entah kebaikan apa yang ditanem sama ortu Gue dulu sehingga anaknya bisa dikelilingi cowok-cowok up stairs (istilah Gue sendiri). Kebetulan yang menguntungkan, Dia sedang ditugaskan oleh perusahaannya di anak cabang Tanjung Pinang.

Terang-terangan Gue minta bantuannya lagi dan tanpa keluar uang sepeserpun, bahkan kalaupun mau Gue transfer, Dia menolak. Semua lancar dengan token bernama "Bambang". Hubungan apa yang terjalin antara mereka? Masih menjadi misteri, yang pasti Mas Feri sangat menghormati keluarganya Bambang.

Mas Feri mengatakan jika apa yang Gue utarakan kemarin sedikit sulit dan membutuhkan 'tumbal' untuk melancarkannya. Nama Bambang tidak cukup kuat di dunia bisnis sehingga dengan songongnya Gue mengajukan nama Pandu Kartosuroso sebagai oli pelicin.

"Tentu Kamu tahu kan jika Saya bukan orang yang suka gratisan?"

Kesadaran Gue ditarik paksa dengan pertanyaan Pak Pandu. Pertanyaan yang terdengar seperti todongan.

Pak Pandu dengan elegan meletakkan cup ice creamnya kemudian tersenyum lembut. Itu berbanding terbalik dengan kata-katanya yang horor di kuping Gue. Seketika bulu tengkuk Gue berdiri mendengar suara Pak Pandu yang dalam.

Kan... kan...kan.... Gue udah duga kalau manusia satu ini spesies langka yang gak suka gratisan atau diskon promo dan sejenisnya. Keberanian Samson yang tadi menggebu-gebu seolah terpatahkan oleh kalimat Pak Pandu yang gak doyan diskon.

"Nanti makan siang sama Saya, Rea dan Manda, bisa?"

To the point.

"Reuni lagi Pak?"
"Bisa dibilang."

Pak Pandu menyandarkan tubuhnya pada sofa dengan santai meski wajahnya gak ada santai santainya sama sekali. Terlihat raut wajah Pak Pandu yang dipaksakan untuk tersenyum. Reuni sama mantan yang gak akur itu emang gak nyenengin, apalagi kalau embel-embelnya demi buntut bernama Rea.

Kasian sih... lagian, Gue juga gak bisa nolak.

"dr.Fairy... tindakan laposkopi diagnosis endometriosis level ringan. Segera di OK 1."

Instruksi mendadak yang dibarengi dengan dobrakan itu keluar dari mulut tak bersahabat Lian. Ini masih pagi hoy... kenapa harus repot-repot cari ribut sih?

Untuk kedua kalinya makan ice cream Gue di ruangan Pak Pandu terkendala kek penerbangan kena badai.

"Bisa kan ketuk pintu dulu?"

Spesialis ObgynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang