42.Dadaaaaa...

3.2K 238 14
                                    

Abang batagornya udah pulang, potek hati Gue. Lesu muka Gue saat memasuki unit, dengan kasar Gue menjatuhkan bokong ke sofa.

"Yan, Gue laper."

Minta ditraktir berkedok sakit.

"Sama."

Mission failed. Lian tetep sibuk sama ponsel.

"Gue males masak. Repot. Capek. Ribet."

Ayolah, Yan...pesen makanan! Peka dikit napa?

"Bukannya kulkas Lo penuh frozen food. Kenapa harus ribet?"

Mission failed again.

"Hih..."

Kesal? Gak usah ditanya. Tapi lelah Gue terkalahkan dengan lapar. Jadi, dengan males Gue berjalan ke dapur buat masak. Kalau mau dibilang masak ya gak juga sih, Gue cuma ngangetin bakmi frozen yang rutin dipaketin Mami 2 minggu sekali.

"Nih, buat Lo."

Gue menyodorkan mangkok berisi bakmi siap makan ke hadapan Lian yang entah sejak kapan ngejogrok di mini bar Gue. Unit Gue gak termasuk unit elite, tipenya lebih ke minimalis dan simpel. Gak elite kok ada mini bar nya? Itu karena gak ada space buat naruh kursi-meja makan jadi, dibuat ada mini bar nya biar hemat tempat.

Karena Gue lebih suka makan di sofa, akhirnya Gue berjalan melewati Lian yang telah memulai makannya. Eh ternyata Lian ngintil. Dia membawa mangkuk yang masih mengepul itu lalu meletakannya di meja depan sofa disusul dengan Dia yang duduk lesehan di karpet. Posisinya udah pas kalau disebut majikan sama ART.

"Gue nyalain TV ya Ai?"
"Hmm"

Pada dasarnya itu TV hanya sebagai pelengkap unit ini karena Gue gak pernah nyalain. TV ini nyala kalau ada tamu yang pengen nyalain kayak Siska atau Heni saat berkunjung ke unit Gue. Sisanya hanya berperan sebagai pernak-pernik. Entar kalau Gue gak punya TV dikira dhuafa lagi. Meskipun Gue gak pernah nolak traktiran dan tetep jadi penggemar diakonan tapi Gue gak semiskin itu sampai gak kuat beli TV.

Sound TV mulai terdengar, seorang reporter tengah menyiarkan sebuah berita.

Pandu Kartosuroso, CO sekaligus dokter di RS Sayang Anak ini, telah melaporkan Jeremy Dermawan, anak dari pengusaha sukses mantan Jendral TNI AD, Shofian Dermawan. Jeremy dilaporkan atas dugaan penipuan. Salah satu produk farmasinya diduga rusak sehingga merugikan pasien RS Sayang anak. Kini kasus tersebut tengah dilakukan penyelidikan.

Volume TV dilirihkan oleh Lian meskipun setelahnya Dia masih anteng menyeruput kuah bakmi yang sengaja tadi Gue pisah di mangkuk kecil.

"Kok ini bakmi persis bakmi langganan Gue ya. Lo beli frozen nya dimana?"
"Kiriman ibu Gue."

Lian cuma ngangguk-ngangguk aja.

"Emang bakmi langganan Lo dimana?"
"Di Bandung. Namanya Bakmi Mami."

Uhuk-uhuk... keselek dalam hati.
Itu warung punya Mami Gue, Yan.

"Buset...jauh amat Lo kalau makan bakmi."
"Waktu Gue sama dr.Evan ke Bandung gara-gara kasus Lo dulu, Gue diajak mampir makan bakmi dan ternyata cocok di lidah Gue. Alhasil kalau Gue longgar, Gue suka ke Bandung cuma buat makan bakmi."

Ha? Itu longgar atau gabut?

Untung Lian gak kenal Mami, bisa-bisa Gue diminta buat bikinin frozen bakmi. Lebih untung lagi Mami gak kenal Dia. Lian kan tipe mantu idaman emak-emak apalagi modelan Mami, sekali lihat bisa aja Gue di booking-in WO diem-diem.

"Btw, Lo gak ikut-ikutan kan sama ulahnya Pandu?"

Suara denting mangkuk yang diletakkan di meja menjadi pengiring pertanyaan Lian yang ditujukan ke Gue. Akhirnya, pertanyaan itu datang juga. Ternyata obrolan tentang bakmi tadi cuma sebagai pintu gerbang.

Spesialis ObgynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang