29.Pahit

1.3K 195 21
                                    

Dari sekian tuduhan dikepala Lo, pernah gak terlintas pikiran buat tanyain kabar gue dulu, Yan?
_Fairy

.
.
.

Tatapan Lian benar-benar menguliti gue. Sorot mata itu dingin, nusuk sampai kulit. Walaupun gitu, gue gak akan nyerah, dia pikir cuma ditatap kayak gitu terus gue menciut gitu? Big no.

"Ada apa?"

Tenang Ry! Harus ada yang bersikap tenang sekarang. Kalau gak gitu, bisa kebakar ini RS gara-gara amukan Lian.

"Bisa ya Lo masih bersikap kayak gitu
Sabar. Dengerin aja dulu! Kalau udah diluar batas gantian bakar aja Lian.

"Lo hampir jadi pembunuh, Fairy. Itu semua gara-gara kecerobohan Lo. Lalu Lo-..."

Cukup.

"Kalau Lo mau ceramah, sorry Yan gue gak ada waktu buat dengerinnya."

Cukup. Lian udah mau mecahin gendang telinga gue dengan tuduhan-tuduhnnya dan gue gak sanggup buat mendengarkannya lebih lama. Lebih baik ke kantin dan makan.

"Mau kemana Lo?"

Lian masih berulah setelah omongannya gue potong. Kasarnya dia nahan lengan gue.

"Sopan santun Lo udah ilang?"

Apa lagi ini?

"Denger ya Ry! Bagaimanapun Lo tetep bawahan gue. Hargai gue kalau ngomong."

Ah-perut gue makin laper.

"Baik dr.Lian. Agaknya saya barusan melupakan satu hal itu. Maaf atas kelancangan Saya."

Pegangan Lian di lengan gue terasa mengendur. Sorot matanya tidak semurka tadi. Apa harus gue bersikap seperti tadi baru dia ngerti? Gue baru tahu kalau Lian juga kenal dan lebih parahnya menerapkan sistem senioritas. Ini tahun berapa hoy? Masih aja pakek yang gituan.

"Dari sekian tuduhan dikepala Lo, pernah gak terlintas pikiran buat tanyain kabar gue dulu, Yan?"

Fairy gak boleh nangis! Apa lagi didepan orang yang berani nuduh Lo sembarangan. Teriak gue dalam hati.

Pegangan Lian benar-benar lepas dari lengan gue. Raut wajahnya terlihat lebih teduh daripada awalan tadi.

Bedebah dengan ekspresi itu. Toh tadi dia udah nuduh gue tanpa hati.

"Ah-seperti Saya lancang lagi. Maaf atas omongan Saya barusan. Saya pamit, permisi."

Ogah gue lama-lama sama Lian didepan OK. Kenapa? Entar gue luluh lagi. Dasar lemah. Gue kan emang lemah kalau lagi laper.

Sebelum ke kantin gue mampir ke nurse station. Untungnya, tadi Lian gak nahan gue lagi. Kalau iya, mungkin perut gue udah bunyi di depannya. Kan tambah malu.

"Mbak Reni, gimana kondisi Ny.Tita?"
"Belum sadar Mbak, tapi tekanan darahnya sudah membaik."
"Syukurlah."

Gue masuk ke nurse station buat ngetik terapi untuk Ny.Tita.

"Mbak Reni, saya sudah ketik terapinya buat Ny.Tita. Tolong dicheck dan diberikan ya!"
"Baik dok."

Selesai dengan urusan di nurse station gue keluar. Tidak disangka Suster Manda datang, entah dia mau ngapain.

"Suster Manda, bisa ikut saya sebentar?"

Tanpa menjawab Si Manda ngikut gue.

"Saya mau tanya, apa suster sempet ngobrol sama Mbak Heni sekitar pkl.09.00 pagi tadi?"
"Oh, waktu Mbak Heni mau operasi ya dok?"
"Benar."
"Sempet ngobrol sebentar. To the point saja dok!"

Spesialis ObgynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang