"Gak bisa ya?"
Lian selalu mengambil kesimpulan kurang dari 1 menit. Entah karena Dia terlalu pintar atau sudah terlatih kali waktu buat makalah kuliah bab penutup.
Kesimpulan itu terlontar bersamaan dengan senyum sayu. Lian memutar badannya untuk kembali ke sofa. Namun entah refleks dari mana Gue mendahului gerakannya untuk melangkah, kemudian dengan sok berani menghadang dengan tubuh Gue yang kalah tinggi.
"Sini Gue peluk!"
Lo habis nelen petasan lebaran, Ry?
Atau Lo mau eksperimen buat nyalain petasan isi nitrogen pakek mulut Lo?Mengabaikan isi kepala yang sedang semangat mengajukan berbagai pertanyaan, Gue memilih untuk maju satu langkah dan berjinjit melingkarkan tangan Gue di leher Lian.
Bener-bener udah hilang akal Gue.
Rasa hangat menjalar akibat kulit tangan Gue yang bergesekan dengan kulit leher Lian. Aroma mint menguar, menyusup ke indra penciuman Gue.
Gak bisa dibiarin! Kalau kelamaan kontak fisik sama Lian, bisa hilang kesadaran ini.
Tubuh Lian kaku atau Gue yang kekencengan meluknya? Pasalnya, itu tubuh not responding hoy...
Wah...gak beres! Harga diri Gue anjlok. Ya kali cewek kek Gue yang cantik, pinter nan bahenol gak dapet respon sama sekali.
Gue berusaha rilex, lebih tepatnya adalah mengalihkan rasa malu sih dan membuang jauh pikiran negatif. Pelan-pelan Gue tepuk-tepuk punggung Lian. Pelan-pelan banget kek lagi nge-puk puk pantat bayi kalau mau tidur.
"Bad luck, but it's not your fault."
Sok bijak banget Lo, Ry! Hussst...astaga pikiran Gue...kalau ngehina nge-jleb banget.
Tiba-tiba pundak Gue kek ketiban batu bata rasanya yang ternyata adalah dagu Lian yang bersandar. Gerakan dadakan itu dibarengi dengan tangan Lian mendekap punggung Gue. Ngedekapnya biasa aja masih longgar, Gue masih bisa nafas lega. Jangan bayangin ngedekapnya erat sampek engap kek di film lebay!
"Ai..."
"Hm..."Dalam hati bilang 'badan Lo berat, Yan' yang keluar cuma dua huruf 'hm'. Nasib orang yang gak enakan gini amat.
"Parfum Gue enak gak baunya?"
Ngelag Gue.
"Ai...Lo gak lagi mabok ngehirup parfum Gue 'kan?"
Iya Yan Gue mabok saking enaknya, bahkan kalau boleh, Gue pengen minta baju bekas Lo yang kena semprot parfum buat Gue kelonin. Batin Gue menjerit.
"Boleh. Kalau Lo mau, pilih aja di keranjang laundry Gue."
"Ha?"Perlahan eh-bukan lebih tepatnya Gue melepas pelukan Lian dengan kilat-setengah ngedorong. Karena Gue pikir omongan Lian semakin gak nyambung. Kenapa juga ngomongin keranjang laundry yang isinya baju kotor?
"Lo ngomong apaan sih, Yan?"
"Lah...bukannya tadi Lo ijin buat minta baju bekas Gue yang kena semprot parfum."
"Ha?"Tidak ada tanda-tanda Lian berbohong. Bahkan Dia menjelaskan dengan wajah polosnya.
Astaga...
Bau-bau pengkhianatan neuron mulai tercium.
"Buat apa?"
Gue masih menggali informasi. Kali aja ada celah kalau Lian sedang ngarang. Itu pikiran positif yang lagi Gue bangun.
"Buat Lo kelonin."
Naah...bener kan...Gue udah curiga sama neuron otak Gue. Emang gak bener nih neuron, main merintah aje sama mulut buat ngomong. Mana Gue gak sadar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spesialis Obgyn
ChickLitURUTAN PART AMBURADUL. AUTHORNYA G TAHU KENAPA. DIHARAPKAN KEBIJAKSANAAN DALAM MEMBACANYA (Diurutkan sendiri)! "Yan, gue butuh dipeluk." Lihatlah perbuatan lo, Airy... semua mata tercengang pemirsaaaah. Sedetik kemudian dada bidang itu udah nempel...