-Tiga-

1.1K 49 8
                                    

Aku sengaja post ulang lagi biar banyak yang baca dan mungkin pada baca ulang lagi😁 jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberi vote dan komen ya!

Spam komen di sini ya!!

Terima kasih sudah bersedia membaca dan mampir ke lapak ini. Cerita ini ada untuk di baca bukan untuk di plagiat! Ingat plagiat itu sangatlah tidak berkelas😉

Have fun dan selamat membaca🥰
*
L
O
V
E
*


Diki masih berada di ruang OSIS, mengerjakan berkas-berkas yang masih menggunung di sana. Di temani dua bungkus roti coklat dan satu kotak susu coklat. Beginilah kalau jadi ketua OSIS. Capek dan sibuk. Tapi tak apa, Diki cukup senang mengerjakannya.

Diki sangat sibuk dengan berkasnya sampai tak menyadari kalau Rama sudah masuk dan duduk di hadapannya.

"Lagi ngapain Pak Ketu?" ucap Rama tiba-tiba, membuat Diki sedikit tersentak.

"Astaga. Lo ngagetin aja, kalau datang itu ketok dulu." sahut Diki sambil memegangi dadanya.

"Gue udah ngetok, tapi lo nya aja yang gak denger," sahut Rama memasang muka sebalnya.

"Kenapa lo ke sini?" tanya Diki. Matanya masih fokus menatap berkas-berkas di depannya.

"Cuman pingin aja," jawab Rama malas.

"Oh,"

"Gue ke sini karena dari tadi bel udah bunyi. Tapi, lo belum juga ke kelas. Makanya, gue susul lo ke sini sebelum Guru datang,"

"Oh,"

"Ah oh, ah oh aja. Buruan kita ke kelas!" teriak Rama heboh. Tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

"Iya iya, bentar dulu." Diki mebereskan berkas-berkasnya, sebelum akhirnya keluar bersama Rama.

Diki dan Rama segera keluar dari ruang OSIS menuju ke kelas mereka. Sepanjang perjalanan, Rama terus saja mengoceh tentang Dinda--orang yang dia sukai. Tapi, sayang nya Dinda tidak menyukai Rama. Sungguh kasihan. Diki hanya membalas ocehan Rama seperlunya saja.

Brukk

Seseorang tiba-tiba saja menabrak Diki hingga membuat Diki terjatuh dan berkas-berkas yang di bawanya jatuh berhamburan di lantai. Orang yang menabrak Diki adalah Leo--sahabat Dika dan juga ketiga sahabatnya, Gani, Rizal dan Rafael. Mereka kini menatap Diki dengan tatapan sinis dan tidak suka.

"Sorry, sengaja. Makanya jalan itu liat-liat," ucap Gani menatap sinis Diki yang terjatuh.

"Jalan itu pake mata biar liat," sahut Rizal yang juga menatap sinis Diki.

"Jalan pake kaki kali ya kali pake mata. Gimana jalannya?" Rama menjawab sewot.

"Diem lo! Gue gak ada urusan sama lo,"

"Lo udah bikin sahabat gue jatuh. Itu jadi urusan gue,"

Diki memilih diam dan merapikan berkas-berkas yang berhamburan tadi, lalu mengajak Rama untuk pergi ke kelas. Dia tidak mau meladeni sahabat adiknya itu, bukannya takut cuman terlalu malas saja.

"Ayo, Ram! Kitaa ke kelas aja!"

"Tapi, Dik-" Diki memberikan tatapan tajamnya.

"Oke oke,"

"Kita gak mau cari masalah," ucap Diki memukul pelan sebelah bahu Gino, lalu berlalu pergi begitu saja. Di susul Rama yang menatap sinis mereka semua.

"Hah, sok berani banget tuh orang." Gino menatap kesal Diki dan Rama yang baru saja melewatinya.

Kembar tapi Berbeda (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang