-Dua puluh Lima-

542 23 3
                                    

Vote dan koment jangan lupa!

Diki merasa tidak tenang. Dia sangat gelisah dan tidak bisa tidur. Akhirnya, Diki memutuskan untu pergi ke kamar Dika dan meminta maaf kepada Dika. Entah siapa yang salah, tapi apa salahnya meminta maaf duluan dan memperbaiki semuanya.

Dengan perasaan agak ragu, Diki mengetok pintu kamar Dika. Lumayan lama Diki mengetok, hingga akhirnya pintunya terbuka bersama dengan sosok Dika yang membukanya.

"Mau apa?" tanya Dika masih datar seperti tadi.

"Gue mau minta maaf.." lirih Diki dengan suara parau.

"Gue tau kesalahan gue sama lo udah terlalu banyak, tapi gue mau minta maaf. Gue minta maaf atas semuanya. Jangan benci gue! Plis, maafin gue! Gue juga gak tau berapa lama lagi gue hidup. Tolong maafin gue! Gue mau baikan sama lo, gue mau kita kayak kakak adik lagi. Gue mau ngerasain itu semua sebelum gue mati. Gue mohon, maafin gue ya!" Diki menatap Dika dengan tatapan tulus. Dia sangat tulus meminta maaf kepada Dika.

Dika tertegun mendengar permintaan maaf yang tulus dari Diki. Bahkan, tidak ada kebohongan di dalam matanya. Diki sangat tulus dan serius saat mengatakannya.

"G-gue..." Dika bahkan menjadi gugup.

"Gue maafin lo." ucap Dika kemudian, setelahnya dia bernapas lega. Sebenarnya dia juga ingin memaafkan Diki dan akur kembali bersama Diki.

Tentu saja Diki merasa sangat-sangat senang dan bahagia sekarang. Doa nya selama ini, akhirnya terkabulkan juga. Dika memaafkannya, lalu Dia dan Dika kembali bersama layaknya Adik-Kakak di luar sana. Itulah yang Diki inginkan selama ini.

"Beneran? Lo gak bohong, kan?" tanya Diki mencoba memastikan.

"I-iya, tapi mulai besok aja. Untuk sekarang gue masih mau musuhan sama lo."

"Gak pa-pa, yang penting lo maafin gue sekarang."

!!!!

Bi Ijah tersenyum memperhatikan Dika dan Diki. Rasanya senang sekali melihat mereka akur seperti itu. Hari ini mereka sarapan bersama, untuk yang pertama kalinya seperti seorang Adik-Kakak

"Lo deket sama Afifah?" Dengan ragu-ragu Dika bertanya.

Diki langsung menghentikan aksi makannya. Dia menyimpan sendoknya di atas meja lalu menatap Dika. "Kenapa? Lo cemburu?"

"Apaan sih?" Dika kembali melihat ke depan dan melanjutkan memakan sarapannya.

"Lo suka ya sama dia?" Diki mencoba menggoda Dika.

"Enggak." Dika menjawab dengan nada malas.

"Masa?" Diki masih saja berusaha menggoda adiknya itu.

"Udah deh, Ki."

"Iya iya, lagian lo sama dia beda agama juga."

"Iya, kita gak akan pernah bersatu. Gue sama dia itu beda,"

"Tapi kalau kalian jodoh kalian pasti bersatu. Gak ada yang gak mungkin," Diki berucap sambil tersenyum, lalu melanjutkan aksi makannya.

Dika menatap Diki sekilas, kemudian ikut menghabiskan sarapannya. Setelah selesai memakan sarapannya, Dika dan Diki langsung pergi ke sekolah. Seperti biasa Dika menaiki motornya dan Diki menaiki mobilnya, tapi yang berbeda kali ini adalah Dika dan Diki pergi bersama menuju ke sekolah.

!!!!

"Masa sih? Dika, kan benci banget sama Diki."

Kembar tapi Berbeda (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang