-Lima Belas-

474 19 3
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberi vote dan komen ya!


Spam komen di sini ya!!

Terima kasih sudah bersedia membaca dan mampir ke lapak ini. Cerita ini ada untuk di baca bukan untuk di plagiat! Ingat plagiat itu sangatlah tidak berkelas😉

Have fun dan selamat membaca🥰
*
L
O
V
E
*


Seperti perkataan Afifah tadi siang. Hari ini akan ada pertandingan basket antara SMA Lindarga dan SMA Laksana. Mereka mengadakan pertandingan di lapangan sekolah SMA Laksana.

Afifah tentu saja datang dan duduk di barisan paling depan. Tak lupa dia juga membawa poster kesanyangannya. Supaya bisa lebih menyemangati Dika lagi. Padahal nyatanya, Dika sangat terganggu dengan kehadiran poster itu dan juga Afifah.

Dika beserta tim nya sedang berkumpul untuk membuat siasat mengalahkan musuh, begitupun dengan tim lainnya. Walaupun tim Dika sudah berkali-kali mengalahkan tim SMA Laksana, tetapi mereka perlu waspada, bukan?

Setelah selesai melakukan rapat tim, pertandingan langsung di mulai. Kedua tim bermain dengan sangat sengit. Meski begitu, Dika sudah berulang kali mencetak poin pada babak pertama. Afifah tak henti-hentinya berteriak dan mengangkat tinggi posternya. Jika, waktu latihan basket kemarin Diki melihat Dika bermain. Maka untuk kali ini tidak. Sepertinya Diki sedang pergi bersama Rama.

Bukankah seharusnya Diki menonton pertandingannya bukannya latihannya. Aneh memang.

"Ayo, Dika semangat! Semangat!"

"Uhuuu... My prince semangat!"

"Ayo, Dika!"

Semua orang langsung menatap aneh Afifah. Ada yang menatap aneh, iri dan juga benci kepada Afifah, tapi Afifah tak peduli. Moto hidupnya adalah jangan pernah peduli dengan orang lain.

"Itu cewek berisik banget,"

"Iya, mana dengan pd-nya teriakin nama Dika lagi."

"Gak tau malu banget,"

Afifah langsung berbalik dan menatap tajam ketiga orang yang tadi membicarakannya. "Heh! Maksud lo apa ngomong gitu, Hah? Kenapa? Iri sama gue?" ucapnya dengan nada sinis.

"Siapa juga yang iri. Lo sama gue aja masih cantikan gue,"

Afifah langsung tertawa mendengar itu. "Kayaknya lo belum pernah ngaca ya? Makanya ngaca dulu sebelum ke sekolah. Atau lo gak punya kaca ya? Entar gue beliin deh kaca buat lo, biar lo bisa sadar dan liat terus muka jelek lo itu."

"Apa maksud lo, Hah?"

Afifah tidak peduli dengan mereka semua dan tetap menyemangati Dika. "Dika, semangat!"

Dika tidak menghiraukan teriakan Afifah dan kembali melanjutkan pertandingan basketnya.

!!!!

"Jadi, ini pasantren Bokap lo, Ram? Gak terlalu jauh." tanya Diki ketika mereka berdua berada di depan sebuah pondok pasantren.

"Iya, yakali jauh. Maksud lo di semenanjung gitu?" Rama berucap dengan nada kesal.

"Ya gak gitu juga kali,"

Rama sedikit berdecak, kemudian kembali tersenyum. "Gimana? Bagus gak?"

Diki nampak memperhatikan sekelilingnya dan mengangguk-anggukan kepalanya. "Lumayan,"

Kembar tapi Berbeda (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang