Aku sengaja post ulang lagi biar banyak yang baca dan mungkin pada baca ulang lagi😁 jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberi vote dan komen ya!
Spam komen di sini ya!!
Terima kasih sudah bersedia membaca dan mampir ke lapak ini. Cerita ini ada untuk di baca bukan untuk di plagiat! Ingat plagiat itu sangatlah tidak berkelas😉
Have fun dan selamat membaca🥰
*
L
O
V
E
*"Ki, gue minjem pulpen!" Rama menepuk bahu Diki sembari berbisik, agar tidak terdengar oleh Pak Joko yang sedang mengajar.
"Gue cuman bawa satu," jawab Diki ikut berbisik. Dia tidak menoleh ke arah Rama.
"Fah, gue pinjem pulpen!" lirih Rama hampir berteriak. Untung saja Pak Joko sedang fokus menjelaskan, jadi dia tidak melihat Rama yang sedang berbalik arah.
"Hah? Oh nih! Jangan lupa balikin!" Afifah melemparkan pulpennya ke bangku Diki. Diki langsung mengambilnya dan memberikannya kepada Rama.
"Iya iya. Keliatannya lo lagi seneng banget nih. Ada apa?" Rama berbisik dengan sedikit teriakan, agar Afifah bisa mendengarnya.
"Kepo! Udah sana nulis! Entar Pak Joko ngamuk lagi," Afifah kembali melanjutkan aksi menulisnya.
"Oke," Rama kembali fokus ke depan dan menulis apa yang di jelaskan oleh Pak Joko, sedangkan Diki hanya bisa tersenyum saat mendengar suara bisikan kedua sahabatnya itu.
Afifah masih menulis dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.
Mengetahui Dika peduli padanya, membuatnya menjadi salah tingkah dan baper. "Ternyata Dika peduli sama gue." lirihnya.
"Apa lo bilang?" tanya Diki ketika tidak sengaja mendengar lirihan Afifah tadi.
"Hah? E-enggak kok. Gue gak bilang apa-apa," Afifah jadi gugup sendiri.
"Oh," Diki kembali menghadap ke depan dan melanjutkan aksi menulisnya. Afifah langsung bernapas lega dan kembali fokus menulis dengan senyuman yang selalu mengembang di wajahnya.
Tak terasa akhirnya bel istirahat berbunyi, mendengar itu semua murid yang ada di kelas langsung bersorak heboh dan berhamburan keluar kelas. Diki dan Rama juga akan pergi ke kantin. Mulai sekarang Diki akan lebih sering makan di kantin daripada di ruang OSIS.
"Fah, lo mau bareng kita gak ke kantinnya?" tanya Rama mencoba menawarkan.
"Gak. Kalian duluan aja! Gue mau ke kelas Dika dulu." tolak Afifah, sekarang dia harus bersama dengan Dika.
"Huh dasar bucin, ke kelas si Dika mulu." sahut Rama kesal. Selalu saja Dika. Sepenting itukah Dika di mata Afifah.
"Bodoamat terserah gue, wlee." Afifah menjulurkan lidahnya ke arah Rama dan berlari keluar untuk pergi ke kelas Dika.
"Tuh anak udah bucin tingkat akut,"
"Biarin lah. Suka-suka dia aja. Lagian gue juga bakalan setuju banget kalau Dika sama Afifah," Dika keceplosan saat bilang menyetujui jika Afifah bersama Dika.
"Apa?" Rama bertanya saat mengetahui ada yang aneh.
"Gak," Diki menjawab dengan nada santai.
"Kalau menurut gue sih, mereka gak akan pernah bersatu. Secara, kan, mereka beda agama." ucap Rama ketika dia baru menyadari perkataan Diki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar tapi Berbeda (END)
Teen Fiction~Memaafkan dapat membuat kita kembali bersatu~ •Kembar tapi Berbeda• (Sudah selesai revisi!) °°° Dika dan Diki adalah saudara kembar yang sangat berbeda. Dari mulai penampilan, tingkah laku dan keyakinan mereka berdua benar-benar berbeda. Maka dari...