-Tiga Belas-

485 27 4
                                    

Aku sengaja post ulang lagi biar banyak yang baca dan mungkin pada baca ulang lagi😁 jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberi vote dan komen ya!


Spam komen di sini ya!!

Terima kasih sudah bersedia membaca dan mampir ke lapak ini. Cerita ini ada untuk di baca bukan untuk di plagiat! Ingat plagiat itu sangatlah tidak berkelas😉

Have fun dan selamat membaca🥰
*
L
O
V
E
*

Dika bangun lebih pagi hari ini, karena kemarin dia tidurnya kesorean, jadilah bangun kepagian. Selesai mandi dan memakai seragam sekolah, Dika segera turun ke bawah untuk sarapan. Mumpung masih pagi, Diki pasti masih bersiap-siap di kamarnya, jadi Dika bisa lebih leluasa sarapan sendiri.

Dika menghentikan langkahnya saat mendengar suara mesin mobil yang berhenti tepat di depan rumahnya, juga pintu ruang utama yang di buka oleh seseorang. Dika bernafas lega saat mengetahui kalau yang datang itu adalah orang tuanya, tapi sepertinya mereka tidak melihat keberadaan dirinya. Buktinya, mereka langsung berlari melewati Dika begitu saja.

Tak mau terlalu memikirkan itu karena sudah biasa. Akhirnya Dika lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju dapur dan sarapan.

Bryan dan Dina berlari menuju kamar Diki dengan tergesa-gesa. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Diki, makanya mereka pulang untuk mengecek keadaan Diki.

"Diki!" teriak Bryan sambil menggedor-gedor pintu kamar Diki.

"Diki! Buka pintunya, Nak!" Dina juga ikut berteriak dengan nada lembutnya.

"Diki sayang, buka pintunya ya! Ini Mamah sama Papah." 

Karena mendengar suara dan gedoran yang sangat keras, akhirnya Diki membuka pintu kamarnya dan terkejut saat melihat kedua orang tuanya datang dengan raut wajah khawatir.

"Mamah, Papah. Kenapa pulang?" tanya Diki bingung.

"Kamu gak pa-pa, Diki? Tadi Dokter Reno telepon, katanya kemarin dia minta kamu datang ke rumah sakit." Bryan bertanya dengan raut wajah cemas.

"Iya, Diki. Kamu gak pa-pa?" Dina ikut bertanya dengan wajah cemas juga.

Diki tersenyum dan mengangguk. "Iya, Mah, Pah. Diki gak pa-pa kok, cuman di suruh istirahat sama jaga kesehatan aja, kok."

"Beneran? Atau kamu gak usah ke sekolah aja," ucap Dina memberi usulan.

"Iya, kamu istirahat di rumah aja ya!"

"Gak pa-pa, Mah, Pah. Diki cuman harus jaga kesehatan aja sama jangan terlalu capek juga. Diki pingin sekolah ya, Mah, Pah." Diki berucap meyakinkan.

Bryan dan Dina sedikit bimbang, namun akhirnya mereka mengangguk setuju. "Yaudah kalau gitu, tapi kamu harus jaga kesehatan ya!"

"Inget! Jangan capek-capek!"

"Iya, Pah, Mah."

Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk turun dan sarapan.

Mereka sempat kaget karena melihat Dika sedang sarapan di meja makan sendirian. Melihat itu, tentu saja Bryan dan Dina merasa bersalah. Mereka terlalu khawatir dengan Diki sampai melupakan keberadaan Dika.

"Dika, gimana kabar kamu?" Dina langsung duduk di hadapan Dika.

"Kamu harus perbaiki nilai kamu! Jangan sampai anjlok lagi!" Bryan ikut duduk di samping Dina.

Kembar tapi Berbeda (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang