-Delapan-

593 31 4
                                    

komen di sini ya!!

Terima kasih sudah bersedia membaca dan mampir ke lapak ini. Cerita ini ada untuk di baca bukan untuk di plagiat! Ingat plagiat itu sangatlah tidak berkelas😉


Have fun dan selamat membaca🥰
*
L
O
V
E
*

Diki baru saja pulang bersama kedua orang tuanya. Syukurlah keadaannya masih baik-baik saja. Tidak ada masalah dengan kesehatannya.

Mereka tidak menemukan Dika di rumah, sepertinya dia belum pulang. Tentu saja mereka semua khawatir, walaupun Dika sering merasa di acuhkan di rumah ini. Pada kenyataannya mereka semua menyayangi Dika dan tentu saja apa yang mereka lakukan itu ada alasannya.

Bryan terus saja menelepon Dika, sedangkan Dina duduk di atas sofa dengan perasaan tidak tenang, karena putra keduanya belum pulang juga. Diki sudah masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Tentu saja dia juga khawatir.

Karena Dika tidak kunjung mengangkat teleponnya, Bryan hendak pergi keluar untuk mencarinya. Saat membuka pintu, Bryan di kagetkan dengan kehadiran Dika yang sudah babak belur dan sangat kacau.

"Dari mana aja kamu? Hah?" bentaknya marah. Bagaimana tidak marah, ketika melihat putranya babak belur seperti itu.

"Kenapa? Emangnya Papah peduli?"

Tiba-tiba saja Dina datang dan segera menghampiri Dika. Dia juga kaget ketika melihat keadaan Dika yang sangat kacau dan babak belur.

"Dika, kamu kemana aja, Nak?"

"Tadi ada urusan," ucap Dika singkat, kemudian masuk ke dalam.

Melihat itu, tentu saja Bryan menjadi murka. Dia sangat khawatir dan sekarang anaknya sudah pulang, tapi dia malah bersikap seperti itu.

"Kamu diam di sana, Dika!"

Dika langsung menghentikan langkahnya, tapi dia tidak berbalik. Bryan segera menghampiri Dika. Begitu juga dengan Dina yang setia mengikuti suaminya.

"Kamu habis tawuran? Iya?"

Dika tidak menjawab. Dia hanya diam dan menunduk.

"Jawab pertanyaan Papah, Dika!"

"Iya, Pah. Terus kenapa? Papah mau mukul aku, iya?"

Plakk

Bryan langsung menampar pipi mulus Dika dengan sangat keras. Kenapa anaknya kasar sekali.

"Bicara baik-baik sama Papah! Jangan teriak! Papah ini orang tua kamu,"

Mendengar itu, bukannya merasa takut, Dika malah tertawa. "Oh iya, aku hampir lupa kalau orang yang ada di depan aku sekarang itu adalah Papah aku."

Plakk!

Lagi-lagi Bryan menampar Dika, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Buktinya mulut Dika sekarang mengeluarkan sedikit darah. Dina yang melihat itu menutup mulutnya tak percaya. Dia tidak bisa melakukan apa-apa, karena dia juga takut dengan Bryan.

"Maksud kamu apa? Hah?"

Karena mendengar suara keributan, Diki menjadi penasaran dan langsung turun ke bawah untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata Dika sudah pulang, tapi dia malah ribut dengan Bryan.

"Ada apa ini?"

Suara Diki membuat semua orang yang berada di sana langsung menoleh ke arahnya. Apalagi Dika yang sudah menatap tajam Diki. Terlihat dari tatapannya, dia memang sangat membenci Diki.

Kembar tapi Berbeda (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang