Spam komen di sini ya!!
Terima kasih sudah bersedia membaca dan mampir ke lapak ini. Cerita ini ada untuk di baca bukan untuk di plagiat! Ingat plagiat itu sangatlah tidak berkelas😉
Have fun dan selamat membaca🥰
*
L
O
V
E
*
Dika dan para sahabatnya sedang berjalan menuju kantin. Tentu saja banyak pasang mata yang melihat dan mengagumi mereka. Selain tampan dan kaya, mereka juga selalu melindungi SMA Lindarga. Seperti tameng pelindung. Jika, ada yang akan melawan SMA Lindarga, mereka akan maju paling depan dan melindunginya. Jadi, tidak heran kalau mereka berlima sangat di kagumi dan di sukai oleh kebanyakan orang di SMA Lindarga ini. Jangan, kan, murid SMA Lindarga. Murid dari SMA lain juga banyak yang menyukai mereka."Ada yang kasih kode merah nih, Ka." Leo memberitahu Dika. Kalau ada musuh yang memberi kode merah.
"Iya, dari SMA sebelah." Ujar Gino ikut menimpali.
"Enaknya di apain ya?" Rizal ikut menimpali, sambil pura-pura berpikir.
"Kita urus nanti pas pulang sekolah," akhirnya Dika menjawab dengan ekspresi tenang.
"Siap Bos."
Mereka berlima melanjutkan kembali perjalanan mereka yang tertunda. Saat di tengah jalan, mereka melihat Diki yang sedang duduk di bangku taman sekolah, seorang diri. Sasaran empuk untuk di jadikan hiburan. Tanpa berkata-kata mereka berlima langsung menghampiri Diki.
"Lagi ngapain?" ucap Rizal bertanya. Sekedar basa-basi.
"Baca buku," jawab Diki.
"Sendirian aja, temen lo yang songong itu mana?"
Diki hendak bangkit dan pergi dari sana. Namun, Dika menahannya. Dia tidak akan membiarkan Diki pergi dengan tenang begitu saja. "Mau kemana?"
"Lepasin gue!"
"Gak mau,"
"Kita mau main dulu,"
Gino, Leo dan Rizal menyeret Diki ke arah gudang. Entah apa yang akan mereka lakukan, tetapi Dika tidak melarang dan mengikuti mereka. Begitu juga dengan Rafael.
Dika tidak pernah melarang teman-temannya saat mereka menganggu Diki. Dia punya dendam tersendiri kepada Diki, jadi untuk apa menolongnya. Diki juga tidak pernah menolongnya dulu, biar saja dia merasakan bagaimana sakitnya jika tidak di perhatikan. Bahkan seringkali Dika lah yang menyakiti dan merundung Diki sendiri.
"Lo gak akan pernah bisa lari!"
"Mau gue atau kalian?" tawar Dika kepada para sahabatnya.
"Lo aja deh!"
Diki lebih memilih diam saja, saat Dika memukul dan menendangnya. Dia tidak akan melawan, dia merasa bersalah kepada Dika. Karena, dulu Dika sering merasakan ini. Namun, Diki tak penah membelanya.
"Lo harusnya sadar diri,"
"Ini emang pantes buat lo,"
"Dasar culun,"
Mereka terus saja menendang dan memukuli Diki sampai akhirnya mulut Diki mengeluarkan darah. Baru mereka semua berhenti.
"Sekian untuk hari ini,"
"Sampai jumpa di lain waktu,"
"Semoga kita ketemu lagi,"
Mereka meninggalkan Diki sendirian di gudang itu.
Dengan perlahan, Diki bangkit dan merapikan seragamnya. Dia menerima semua perbuatan ini, agar Dika merasa puas dan berhenti menjauhinya.
Dengan perlahan, Diki berjalan menuju kelasnya. Di dalam perjalanan, dia malah bertemu dengan Rama.
"Lo kenapa, Ki?" Rama bertanya dengan raut wajah khawatir.
"Ini, tadi gue habis jatuh."
"Oh,"
Mereka berdua berjalan bersama menuju ke kelasnya. Sebenarnya Rama tau apa yang terjadi, tetapi dia lebih memilih diam. Karena itu kemauan Diki sendiri.
"Hai, kalian darimana aja?" Sapa Afifah sekaligus bertanya ketika melihat Diki dan Rama masuk ke dalam kelas. Afifah itu selalu bersama mereka, karena tidak ada yang mau berteman dengannya selain Rama dan Diki.
"Dari Jongol,"
"Apaan sih? Gue serius nanya juga."
"Kantin,"
Mendengar itu Afifah hanya ber-oh ria saja dan segera duduk di bangkunya.
"Berkasnya udah di tanda tanganin?" Diki bertanya kepada Afifah.
"Oh iya, udah kok. Nih berkasnya,"
"Makasih,"
"Iya,"
"Jadi anggota OSIS. Memang penuh kesibukan ya?" Rama kembali bergidik mengingat betapa sibuknya jika mengikuti organisasi itu.
"Lo tau? Dari dulu gue pingin banget jadi produser." Rama bercerita tentang impiannya kepada Diki.
"Bagus,"
Saat bel pulang berbunyi, Diki langsung pulang ke rumahnya. Hari ini adalah jadwalnya dan Diki yakin pasti kedua orang tuanya sudah pulang ke rumah. Karena, Diki tau mereka tidak mungkin membiarkan Diki pergi sendiri.
Benar saja, saat Diki memasukkan mobilnya ke dalam bagasi. Dia melihat mobil orang tuanya sudah berada di sana. Diki langsung masuk dan di sambut oleh kedua orang tuanya. Pertanyaannya adalah dimana Dika berada? Kenapa dia belum pulang? Diki belum melihatnya lagi setelah kejadian istirahat tadi. Tapi, Diki juga bersyukur karena Dika tidak akan tau apa yang terjadi.
"Mamah sama Papah udah pulang?"
"Iya dong, kita gak akan lupa sama jadwal kamu. Kita langsung pergi aja atau gimana?"
"Bentar, Mah! Aku mau ganti baju dulu."
Dina mengangguk dan membiarkan putra sulungnya lewat. Baru beberapa langkah Diki berjalan, pertanyaan dari Bryan langsung menghentikan langkahnya.
"Dika mana?"
"Kayaknya dia belum pulang deh. Mau aku telepon?"
"Udah, gak usah. Kamu siap-siap aja dulu, kita pergi sekarang! Dika udah gede, dia bisa pulang sendiri,"
Mendengar itu Diki hanya bisa mengangguk dan segera berbalik pergi menuju kamarnya.
"Semoga Diki baik-baik aja,"
"Iya, semoga aja kali ini keadaannya membaik."
!!!!
Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi. Jika murid yang lain sudah pulang semua. Tidak untuk Dika dan para sahabatnya. Mereka malah menunggu siswa-siswa SMA yang lain untuk tawuran. Seperti yang mereka rencanakan sejak tadi. Jika ada yang berani mengeluarkan kode merah, bearti mereka menantang Dika dan ke empat sahabatnya.
Gino, Rizal dan Leo sudah bersiap-siap di tempatnya dengan senjata yang selalu mereka pakai, jika ada tawuran seperti ini. Sedangkan Dika dan Rafael diam di tempatnya tanpa memegang senjata apa pun. Mereka lebih ahli menggunakan tangan daripada senjata.
###
Halo Fren, bagaimana kabarnya? Pasti baik dong.
Makasih buat yang udah baca😙Jangan lupa vote dan komen juga ya😉
Karena satu vote dari kalian itu berharga banget buat aku.
Jangan lupa follow ig aku
@wtpdnissa07
Akun Tik tok: Aulianissa151Spam 'Next' di sini ya!
Follow juga akun wp aku biar kalian tau kalau nanti aku up.
Sampai jumpa di part selanjutnya see you.
![](https://img.wattpad.com/cover/291987844-288-k121145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar tapi Berbeda (END)
Teen Fiction~Memaafkan dapat membuat kita kembali bersatu~ •Kembar tapi Berbeda• (Sudah selesai revisi!) °°° Dika dan Diki adalah saudara kembar yang sangat berbeda. Dari mulai penampilan, tingkah laku dan keyakinan mereka berdua benar-benar berbeda. Maka dari...