Vote Poo! Maksa loh.
Ingat plagiat itu sangatlah tidak berkelas😉
Have fun dan selamat membaca🥰
*
L
O
V
E
*Seperti permintaan Diki tadi pagi. Sepulang sekolah, Afifah dan Rama langsung membawa Diki menuju Masjid, agar Diki bisa mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk islam.
"Asyhadu..."
"Asyhadu..." Diki menuruti perkataan yang di ucapkan seorang Ustad di depannya.
"An laa"
"An laa,"
"Ilaaha."
"Ilaaha."
"Illalaahu."
"Illalaahu."
"Wa asyhadu annaa."
"Wa asyhadu annaa."
"Muhammadar rasullullah."
"Muhammadar rasullullah."
"Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah."
"Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah."
"Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah."
"Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah."
Semua yang ada di sana mengucapkan hamdalah dan syukur. Diki juga merasa sangat senang dan bahagia, karena dia telah menjadi seorang muslim sekarang.
"Alhamdulillah, Ki. Lo udah jadi saudara muslim kita sekarang."
"Iya, Ki. Gue bener-bener seneng banget sekarang. Coba aja kalau Dika juga di kasih hidayah sama Allah dan masuk islam. Mungkin perjuangan gue gak berat banget,"
"Dika lagi, Dika lagi yang di pikirin. Sekarang itu hari paling bahagia untuk kita, karena si Diki udah jadi muslim sekarang. Kalau lo masih mikirin si Dika mending lo jadi biduan aja sono, sambil nyanyi tentang kesedihan cinta lo dan Dika!"
"Apaan sih lo? Gak jelas banget."
"Hidup lo tuh yang gak jelas,"
Diki hanya bisa tertawa dan geleng-geleng kepala saat melihat kedua sahabatnya kembali berdebat untuk masalah tidak penting. Perasaan Diki sangat senang dan tenang sekarang. Keraguannya sudah hilang sepenuhnya dan Diki yakin akan pilihannya. Dia tidak akan pernah menyesalinya.
"Eh iya, Ki. Lo udah bisa Sholat belum? Maksud gue, Sholat lo udah lancar?" Rama bertanya, karena memang terakhir kali Diki sudah bisa melaksanakan sholat.
"Kayaknya belum lancar deh. Gue juga masih belajar. Nanti gue belajar lagi, kalau boleh sih lo juga bantuin gue tiap hari."
"Oh siap. Kalau itu mah gue pasti siap membantu. Mau belajar kapan? Sekarang? Besok? Apa lusa?"
Diki nampak berpikir sebentar, kemudian dia teringat Dika. Bagaimana keadaanya sekarang? Apakah dia sudah mendingan? Diki menjadi cemas seketika.
"Besok aja deh. Gue mau pulang dulu ya, ada sesuatu di rumah."
"Hah, sesuatu apaan?"
"Ada aja," Diki segera pergi dari sana, namun baru juga beberapa langkah Diki sudah kembali berbalik dan berkata. "Assalamualaikum,"
Mendengar itu Afifah dan Rama seketika langsung tersenyum. "Waalaikumsalam,"
Diki segera pulang ke rumahnya, tapi sebelum itu dia sempat mampir ke apotek dan membeli obat untuk Dika.
"Assalamualaikum." lirih Diki hampir tak bersuara.
Diki langsung pergi menuju kamar Dika untuk memeriksa keadaannya. Betapa terkejutnya Diki, saat melihat Dika yang sedang asyik bermain game, sambil mengemil beberapa makanan. Tidak tahukah Dika kalau kakaknya sangat-sangat khawatir.
"Nih! Obat buat lo! Lo udah makan belum?" Diki melempar begitu saja obat yang di belinya.
"Ini, gue lagi makan." Dika menjawab acuh, sambil sibuk memainkan ponselnya.
"Lo sebenarnya sakit apa enggak sih?"
"Gak tau, lo cek aja sendiri!"
"Gue udah bilang ke Guru kalau lo lagi sakit."
"Emang gue lagi sakit."
Diki menghela nafasnya pelan, kemudian menempelkan lengannya ke dahi Dika. Masih panas, bahkan lebih panas dari yang tadi pagi.
"Lo masih sakit, kenapa malah main hp? Lo harus istirahat!"
"Gue gak lebay kayak lo,"
"Lo istirahat sekarang!"
"Apaan sih ngatur banget."
"Istirahat, Dika!"
"Iya iya, bawel."
Dika segera mematikan gawainya dan berbaring di kasurnya. Dia juga mengangkat tinggi-tinggi selimutnya. Entah untuk apa.
Setelah memastikan Dika benar-benar istirahat, Diki segera keluar dari kamar Dika dan menghubungi kedua orang tuanya. Setidaknya mereka harus tau kalau Dika sedang sakit.
"Mah, Pah. Dika sakit."
"Apa? Dika sakit? Mamah sama Papah bakal cepetan pulang, kamu jaga dulu adek kamu ya, Diki!"
"Iya, Pah, Mah."
Sambungan telepon terputus begitu saja. Terkadang, Dika sering berpikiran kalau Bryan dan Dina tidak menyayanginya dan itu adalah kesalahan besar. BryanMcumaM saja menyayangi kedua anak. Hanya saja cara memberikan kasih sayangnya yang berbeda.
Diki pergi ke dapur untuk menemui Bi Ijah. "Bi, Dika lagi sakit. Jadi usahain masakin bubur ya, Bi!""Oh iya, Den. Siap,"
Diki hanya mengangguk dan pergi dari sana. Tidak lama setelah itu, terdengar suara mesin mobil yang berhenti di perkarangan depan rumah. Diki sudah bisa menebak mobil milik siapa itu.
Dugaan Diki terbukti benar, Bryan dan Dina langsung masuk dengan raut wajah cemas dan khawatir.
"Diki, gimana keadaan Dika?" tanya Dina khawatir.
"Masih panas, Mah. Sekarang Dika lagi istirahat di kamarnya."
"Kenapa Dika bisa sakit?"
"Gak tau, Mah. Mungkin kecapean,"
"Iya, dia, kan suka pulang malem. Anak itu memang susah di atur." Bryan berucap marah bercampur khawatir.
"Ayo, kita ke kamar Dika, Pah!"
"Iya, ayok!" Bryan dan Dina segera menaiki tangga menuju kamar Dika. Mereka sangat khawatir sekarang.
Diki hanya bisa tersenyum senang dan geleng-geleng kepala saja. "Mamah sama Papah itu sayang banget sama lo, Ka." Gumam Diki sebelum akhirnya menyusul pergi ke kamar Dika.
###
Halo Poo, bagaimana kabarnya?
Vote dan komen juga ya😉
Karena satu vote dari kalian itu berharga banget buat aku.
Jangan lupa follow ig aku
@Wtpdnissa07Follow juga akun wp aku biar kalian tau kalau nanti aku up.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar tapi Berbeda (END)
Teen Fiction~Memaafkan dapat membuat kita kembali bersatu~ •Kembar tapi Berbeda• (Sudah selesai revisi!) °°° Dika dan Diki adalah saudara kembar yang sangat berbeda. Dari mulai penampilan, tingkah laku dan keyakinan mereka berdua benar-benar berbeda. Maka dari...