-Dua puluh Tujuh-

863 24 3
                                    

Di parkiran sekolah, Afifah terus saja menganggu Dika dan memohon-mohon, agar Dika mau mengantarnya pulang. Ke-empat sahabat Dika hanya bisa geleng-geleng kepala dan tersenyum melihat Bosnya di ganggu oleh Afifah.

"Ya ampun, Fah. Sampai segitunya, kalau pulang ya pulang aja sana! Ngapain mohon-mohon ke Dika buat anterin lo pulang?"

"Iya, Fah. Angkot sama ojek masih banyak kok,"

Afifah langsung menatap tajam Gino dan Leo. "Gue gak punya urusan sama kalian. Mending kalian pulang aja sana!"

"Emang kita mau pulang,"

"Iya, ngapain juga di sini?" Leo merangkul pundak Gino dan berjalan bersama keluar gerbang.

Rizal dan Rafael hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kedua sahabatnya itu. "Kita duluan ya, Fah, Ka."

"Iya, hati-hati ya!" Afifah melambaikan tangannya ke arah Rafael dan Gino, sedangkan Dika hanya tersenyum dan mengangguk saja sebagai jawaban.

"Dika, anterin aku pulang ya! Pliss! Pliss!" Afifah menunjukkan wajah memelasnya, membuat Dika berdecak dan mengangguk pasrah.

"Terserah lo aja,"

"Yess," Afifah bersorak senang. Tiba-tiba saja, Dika melemparkan sebuah helm yang entah dia dapat darimana.

"Pake! Kalau lo mau nebeng sama gue!"

"Siap," Afifah memberi hormat kepada Dika dan langsung memakai helmnya dengan senyuman yang terus mengembang di wajahnya.

Dika mengabaikan Afifah dan segera menaiki motornya, lalu mulai memundurkannya secara perlahan.

"Naik!" titah Dika setelah berada tepat di hadapan Afifah.

Afifah mengangguk dan segera naik ke atas jok motor Dika. Masih dengan senyumannya yang terus saja mengembang. Dia sangat bahagia sekarang.

Setelah memastikan Afifah benar-benar sudah naik dan berada di jok belakang. Dika segera melajukan motornya ke arah rumah Afifah. Tenang saja, Dika sudah tau alamat rumah Afifah. Karena waktu itu, dia pernah menolong dan mengantar Afifah ke rumahnya.

Dika dan Afifah sudah sampai di depan rumah Afifah. Walaupun masih mau bersama Dika, Afifah mau tidak mau harus turun dan masuk ke dalam rumahnya. 

"Makasih ya, Dika." Afifah memberikan helmmya kepada Dika.

"Hmm," Dika langsung  menerima helm itu.

Afifah segera melangkah masuk ke dalam rumahnya. Namun, tiba-tiba saja Dika memanggilnya.

"Afifah!" Panggil Dika.

Dengan perasaan sangat senang, Afifah segera berbalik dan menghadap ke arah Dika. "Kenapa?" tanyanya.

"Gue mau nanya. Pesantren itu apaan sih?"

"Oh, pesantren itu adalah tempat di mana para santri belajar dan menuntut ilmu tentang agama islam. Di dalam pesantren, kita banyak belajar dan memperdalam agama islam. Kira-kira kayak gitu,"

"Jadi, yang ada di pesantren itu cuman orang islam?"

"Iya, makanya pesantren itu beda dari yang lain. Para santri yang ada di sana itu nginep dan banyak memperdalam agama islam. Mereka juga belajar pelajaran umum dan pergi ke sekolah."

Kembar tapi Berbeda (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang