-Sembilan-

587 34 3
                                    

Aku sengaja post ulang lagi biar banyak yang baca dan mungkin pada baca ulang lagi😁 jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberi vote dan komen ya!


Spam komen di sini ya!!

Terima kasih sudah bersedia membaca dan mampir ke lapak ini. Cerita ini ada untuk di baca bukan untuk di plagiat! Ingat plagiat itu sangatlah tidak berkelas😉

Have fun dan selamat membaca🥰
*
L
O
V
E
*

Hari ini hari minggu. Sudah menjadi kebiasaan keluarga Bryan, jika hari minggu mereka akan pergi bersama-sama ke Gereja. Diki tidak pernah ikut dan selalu mencari alasan, agar dia tidak ikut. Seperti sekarang ini, Diki berpura-pura tidak enak badan agar tidak ikut dan di paksa untuk ikut. Diki tidak percaya dengan tuhan dan agamanya. Dia ragu. Entah kenapa, tapi dia ragu.

"Kamu gak pa-pa kan di rumah sendirian? Kalau ada apa-apa telepon ya!"

"Iya, kalau keadaannya parah langsung telepon aja ya!"

Diki hanya diam dan mengangguk pelan. Bryan dan Dina langsung keluar dan menutup pintu kamar Diki dengan sangat rapat. Bryan dan Dina segera menghampiri Dika yang sedang menunggu mereka di depan mobil.

"Ayo! Kakak kamu kayaknya gak ikut lagi." ucap Dina yang sudah menghampiri Dika.

"Kenapa sih Diki gak ikut terus? Apa dia udah ngelupain amanat Kakek?"

"Udahlah! Mungkin dia emang lagi gak enak badan. Kamu gak boleh ngomong kayak gitu!" ujar Bryan menegur.

Dika tidak menjawab dan langsung saja masuk ke dalam mobil menunggu kedua orang tuanya masuk. Melihat itu tentu saja Bryan merasa kesal dan marah, tapi dia berusaha untuk bisa bersikap sabar dan mengontrol emosinya. Bryan dan Dina akhirnya masuk ke dalam mobil.

Setelah mendengar suara mobil pergi, Diki langsung bangun dan berdiri dari kasurnya. Dia berjalan ke arah jendela dan membukanya. Apakah salah jika dirinya sedikit ragu dengan agamanya. Jujur, Diki itu sering melihat teman-temannya sholat dan mengaji, hingga dia penasaran dan tertarik dengan agama islam. Dia mulai membeli dan mempelajari buku-buku tentang sejarah islam secara diam-diam. Tanpa di ketahui oleh orang-orang di rumahnya, kecuali Bi Ijah yang sudah tau dan sering mengajarinya serta memberitahu apa yang Diki tidak tahu.

Diki sudah mulai tertarik dengan agama islam, tapi dia masih ragu untuk meninggalkan agama lamanya. Diki masih bingung dan bimbang, dia masih butuh waktu untuk memikirkan segalanya. Termasuk orang tuanya yang mungkin akan kecewa dengan keputusannya, apalagi Dika.

"Tolong berikan keyakinan pada diri hamba, jalan yang benar." gumam Diki sambil melihat kalung salib yang dia genggam sedari tadi.

!!!!

Mobil hitam keluarga Bryan akhirnya sampai di tempat tujuan. Sebuah gereja yang sering mereka kunjungi untuk beribadah. Mereka semua turun dari mobil dan segera masuk ke dalam.

Seperti biasanya, mereka akan berdoa dengan keinginannya masing-masing. Mereka berdoa dengan sangat sungguh-sungguh, juga melakukan ritual-ritual lainnya.

Setelah selesai melakukan semua kegiatannya dan berdoa, mereka semua langsung bergegas pulang. Tentu saja Bryan dan Dina khawarir dengan keadaan Diki. Tidak mau terlalu lama meninggalkan Diki, sedangkan Dika tentu saja kesal dengan orang tuanya yang selalu terburu-buru untuk pulang. Padahal, kan dia ingin lebih lama bersama kedua orang tuanya.

Kembar tapi Berbeda (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang