-Sembilan Belas-

466 22 3
                                    

Aku sengaja post ulang lagi biar banyak yang baca dan mungkin pada baca ulang lagi😁 jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberi vote dan komen ya!


Spam komen di sini ya!!

Terima kasih sudah bersedia membaca dan mampir ke lapak ini. Cerita ini ada untuk di baca bukan untuk di plagiat! Ingat plagiat itu sangatlah tidak berkelas😉

Have fun dan selamat membaca🥰
*
L
O
V
E
*

Hari ini Dika kembali sekolah, padahal dia belum sembuh. Diki, Bryan dan Dina sudah berkali-kali melarang Dika agar tidak bersekolah dan istirahat di rumah. Tapi, Dika malah menjawab 'Bosen tau di rumah, mending ke sekolah aja.'

Dan mau tidak mau, mereka mengizinkan Dika pergi ke sekolah. Dengan catatan, Dika tidak boleh terlalu capek dan juga harus membawa bekal dari rumah. Mau tidak mau, Dika juga harus menurutinya. Kenapa mereka semua tiba-tiba peduli kepada Dika coba? Aneh sekali.

Bryan dan Dina kembali pergi ke kantor, karena Dika sudah lumayan sehat. Kali ini, mereka tidak akan pulang selama 1 bulan, karena mereka akan pergi keluar kota untuk urusan bisnis.

Mereka menitipkan pesan kapada Diki di antaranya: Pertama, Diki harus menjaga Dika. Kedua, Diki harus lebih banyak istirahat. Ketiga, karena kali ini mereka tidak bisa mengantar Diki ke rumah sakit jadi Diki harus pergi sendiri. Dan terkahir, jika ada apa-apa Diki harus dengan segera menghubungi mereka dan tentu saja Diki akan melaksanakan itu semua.

Diki dan Dika sudah sampai di halaman sekolah. Kali ini mereka pergi bersama. Karena apa? Karena Diki yang memaksa. Takut-takut jika Dika pingsan di tengah jalan. Mau tidak mau Dika menurut saja, daripada harus berdebat dengan Diki, Ribet.

Untungnya mereka pergi pagi-pagi sekali, jadi sekolah masih sangat sepi dan belum terlalu banyak murid yang datang.

"Gue masuk duluan, lo jangan ngikutin!" Dika langsung saja pergi meninggalkan Diki yang masih diam di tempatnya.

"Terserah lo aja."

Dika dikagetkan oleh sosok Afifah yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya. "Astaga. Lo bisa gak sih gak usah ngagetin! Kayak setan aja."

"Huaaa... Dika kamu kemarin kemana aja? Aku kangen sama kamu lo. Kamu sakit?" Afifah tidak menghiraukan ucapan Dika dan malah memasang wajah sedihnya di depan Dika.

"Bukan urusan lo," Dika hendak pergi dari hadapan Afifah. Namun, Afifah malah menghadangnya dan langsung menempelkan telapak tangannya ke dahi Dika.

"Tuh, kan anget. Kamu sakit ya? Kalau sakit gak usah ke sekolah aja." ucap Afifah cemas.

"Gue bilang bukan urusan lo," Dika hendak menyingkirkan tubuh Afifah. Namun, Afifah malah menahannya dengan sekuat tenaga.

"Minggir!"

"Gak mau,"

"Minggir gak!"

"Gak mau," karena tenaga Dika jauh lebih besar, pada akhirnya tubuh Afifah terhempas begitu saja dan hampir terjatuh. Untung dengan sigap Afifah menyeimbangkan dirinya.

Tak mau berhenti begitu saja, Afifah langsung menyusul Dika dan menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki Dika.

"Kamu tenang aja, aku bakal rawat kamu." ucap Afifah sambil tersenyum meyakinkan.

"Gue gak butuh perawatan dari lo," Dika menjawab dengan sangat dingin.

"Gak pa-pa, aku pasti tetep bakalan rawat kamu sampai sembuh."

Kembar tapi Berbeda (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang