[5]. His Eyes

11.5K 912 20
                                    


"Duhh, anjir lama banget ni orang datangnya!!" Gerutu Zara dari tadi, sementara Clarine disampingnya hanya fokus pada pesanan ojol yang sedari tadi meng-cancelnya tanpa alasan yang pasti. Padahal sudah terlihat jelas diatas sana, langit biru sudah tertutupi dengan awan gelap, yang tandanya sedikit lagi hujan.

"Nah! Itu dia!" Pekik Zara senang ketika mendapati kakak sepupunya datang dengan motornya dan berhenti tepat didepan mereka berdua.

"Eh tunggu, Cla, lo gimana?sisa berapa menit?" Tanya Zara. Clarine menunduk melihat menit yang tertera di layar handphone-nya itu. 6 menit.

"Udah dua menit lagi, gak lama lagi sampe. Lo duluan aja" ujar gadis itu berbohong.

"Oke, gak apa-apa gue tinggal 'kan?" Tanya Zara, Clarine mengangguk.
"Okay deh, byee Cla. See you tomorrow" pamit Zara sementara motor kakaknya mulai berjalan.
"See ya" balas Clarine singkat.

Gadis itu tetap berdiri di gerbang tersebut, sampai lima menit setelahnya ia mendapat suara notifikasi yang menyebalkan itu lagi.

Yang benar saja, ia sudah rela menunggu lama disini dan sedari tadi ia di cancel terus!?

"Ugh, apakah situasi bisa lebih sial aja dari sekarang?" Gerutu gadis itu menggantikan Zara yang sudah lama pergi, baru saja ia mau menekan tombol kembali. Tetesan-tetesan hujan yang sedikit demi sedikit mulai keras sudah berjatuhan. Gadis itu menoleh kiri kanan untuk mencari tempat yang kering.

Tidak ada.

Terpaksa gadis itu kembali lagi masuk sekolahnya dan berkumpul dengan satu dua murid yang menunggu juga disana.

Hari ini Zara dan Clarine dipanggil bu Heni, guru Biologi mereka untuk mencetak beberapa kertas diruang komputer, dan itulah yang membuat mereka terjebak disekolah selama sau setengah jam lebih lamanya.

Gadis itu melirik jam di handphone-nya.
5 sore....

Ia mendengus lelah. Sudah lelah ia berdiri sedari tadi. Mau pesan gocar pun uangnya tidak cukup karena lupa meminta uang jajan pada ibunya tadi pagi, uangnya sekarang pun hanya sisa dari hari jumat.

Ia pun berjalan menuju kelasnya dilantai dua, ketika sudah masuk. Ia mendapati kelas tersebut kosong. Ia pun merasa sangat lega. Ia menutup pintu kelas dari dalam, dan menuju tempat duduknya disamping jendela.

Jendela disampingnya ia buka sedikit agar air hujan tidak mengenai tempat duduknya. Angin  dingin yang masuk lewat jendela tersebut dengan tajam menyentuh kulit wajahnya, membuat gadis itu merinding sesaat dan mengusap-usap pipinya yang dingin.

Gadis itu memandang langit kelabu diatasnya. Ia sangat menyukai hujan sebenarnya. Tapi mungkin saat ini ia membencinya sesaat karena hujan menyulitkannya untuk pulang.

Dulu hujan sering membatunya dalam banyak hal. Ia sangat suka merasakan dinginnya air itu turun ke wajahnya ketika wajahnya sudah penuh dengan bekas luka habis berkelahi. Ia seperti tidak membutuhkan obat lagi, hujan sudah menyembuhkannya saat itu juga.

Gadis itupun menggeser tasnya dan menyandarkan kepalanya diatas meja. Perlahan gadis itu menutup matanya sampai ia tidak menyadari apa-apa lagi.

PTARRRRR!!!

Suara guntur yang cukup kuat mengagetkan gadis itu, sehingga ia terperanjat dalam tidurnya. Ia melihat situasi di sekitarnya. "Astaga. Gelap sekali!!"

Ah sial, dia sangat benci dengan kegelapan!

Dengan cepat ia menarik tasnya dan menuju kearah pintu. Di hp-nya jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh malam. Itu artinya pasti mama dan papa-nya sudah mencari nya.

Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang