[7]. Bad Decision

10.8K 749 2
                                    


Flashback, 2 bulan yang lalu.

"Zar, lo pulang naik apa??" Tanya Clarine, wajah gadis itu sedari sampai kesekolah, wajahnya terus-terusan tersenyum manis. "Biasa. Bareng Raka. Lo?" Tanya Zara balik. Clarine lagi-lagi tersenyum lebar, kali ini senyumannya lebih lebar dari biasanya.

"Gu--"

"Lo kenapa sih dari tadi senyum mulu. Kayak baru dapat pahala 1 milyar aja lu dari langit" tutur Zara, Clarine menampilkan ekspresi kesalnya pada gadis itu. "Ini lebih berharga dari 1 milyar Ra!" .
"Iya buat lo, 1 milyar udah segala-galanya buat gue. Noh terus, apa yang buat lu se bunga-bunga ini?" Tanya Zara, Clarine mendekat kearah gadis itu, tanpa melunturkan senyumannya ia membisikan apa yang membuatnya bahagia sekali hari ini.

"HA!? SERIUSAN!?" Pekik Zara tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Clarine mengangguk mantap. "Sebentar nanti, gue bakal pulang bareng Al. Supaya kita bisa bareng juga nanti sampe di restonya" ujar Clarine.

Yang ia katakan pada Zara tadi, bahwa hari ini akan ada acara makan keluarga bersama keluarga-nya Alvair.
"Tapi, kok...." Zara yang memang sedang memperhatikan sesuatu dibelakang juga tidak sengaja menangkap sosok Alvair yang mengangkat tasnya Rana, dan memegangnya. Sementara gadis itu hanya mengekorinya dari belakang.
"...Alvair kayak bakal pulang sama Rana, bukan lu" ucap Zara, yang langsung membuat Clarine menolehkan kepalanya, dan mendapati dua orang tersebut sudah pergi keluar dari kelas.

Clarine langsung menggertakan giginya kesal, lalu mengejar kedua orang tersebut.

"AL!!" Panggil Clarine, membuat cowok didepannya itu menghentikan langkahnya, ia lalu menoleh kebelakang. Clarine dengan langkah cepat menghampiri cowok tersebut, dan merampas tas gendong milik Rana, dan menyodorkannya pada gadis itu.

"Lo pulang sendiri aja! Gue pulang bareng Al hari ini!" Ucapnya dengan nada tak terbantahkan. Sementara Rana yang mendengar hal itu hanya menunduk gelisah.

"Lo punya hak apa ngatur-ngatur gue buat pulang bareng lo?" Tanya Al, Clarine mengernyitkan keningnya dan menatap cowok tersebut dengan tatapan bingung. "B-bukannya kita harus pulang bareng? Lo taukan hari ini ada pertemuan keluarga??" Tanya Clarine membuat Al mengambil tas gendongnya Rana dari pemiliknya dan berkata. "Kalo gitu lo pulang sendiri aja. Gue tetap bareng Rana. Apa bedanya" ucap cowok itu lagi. Sementara Clarine hanya diam ditempatnya menahan rasa cemburunya yang kian memperparah perasaannya.

"Ayo, Na".

"T-tapi, Cla--"

"Ayo".

****

"Oke, karena semuanya udah ada disini, jadi saya akan langsung menyampaikan hal ini" ucap Theo, ayah dari cowok yang berada disamping Clarine sekarang.

"Jadi, untuk menjalin persahabatan yang lebih erat lagi dan juga untuk menguntungkan kedua perusahaan Vair's Group bersama Matt's Group. Maka saya akan mengambil keputusan untuk menjodohkan anak-anak kita, Alvair bersama dengan Clarine" ucap Theo. Mata Clarine mendadak membesar, ia terkejut namun tak bisa ia bayangkan rasa bahagia di dalam hatinya saat ini seperti apa.

Ia kemudian menatap wajah Alvair disampingnya. Ia mendesah kecewa mendapatkan fakta bahwa wajah cowok itu tidak menunjukan ketertarikan dengan perjodohan ini, sementara dirinya adalah kebalikannya.

"Tapi, kalau ada salah satu pihak yang kurang setuju dengan perjodohan ini, maka sebelum hari-H sepuluh bulan kedepan, maka perjodohan ini bisa dibatalkan" ucap Theo lagi, menatap Alvair dan Clarine secara bergantian.

Clarine menggigit pipi dalamnya. Ia tidak mau kesempatan berharga seperti ini menjadi sia-sia.

"C-Clarine mau kok! Clarine setuju!" Ungkap cepat gadis itu. Mendengar kespontanan-nya, Theo langsung menatap Matt, dan sedetik kemudian tawa mereka pecah, begitu juga dengan Lian dan Marie istrinya Theo.

"Apa anakmu memang se-spontan ini Matt?" Tanya Theo masih tidak berhenti tertawa. Matt menggaruk belakang lehernya. "Mungkin ya, ya karena putramu lebih tampan dari dirimu sendiri" ucap Matt, telak, pikir Clarine.

"Bisa-bisanya kau mengejek orangtua dari anaknya Matthew" ujar Theo melepas kacamatanya dan mengusap air matanya yang keluar karena tertawa.

Sedang Matt sudah menatap Alvair yang sedaritadi hanya diam saja. "Jadi... kalau Al bagaimana? Apa kau setuju?" Tanya Matt. Theo menatap putranya itu, "sudah kubicarakan dengan dia kemarin. Dan dia setuju" ucap Theo lagi, sementara Clarine langsung menoleh, menatap cowok itu dengan mata yang bersinar.

Matt menyipitkan matanya dan menatap Theo. "Kau tidak memaksanya 'kan?" Theo hanya tertawa singkat kemudian menggeleng. "Tentu saja tidak".

"Ayo kita pergi keluar sebentar" ucap Alvair kepada Clarine dengan suara pelan. "Oke, ayo"  terima gadis itu lalu mengikuti Alvair.

"Hei, tunggu dulu. Kalian mau kemana??" Tanya Theo, "udahlah Theo, biarkan mereka berdua berbicara. Ini pertemuan pertama mereka juga bukan?" tutur Marie, membuat Theo menatap anaknya itu dengan tatapan tak terbacakan.

"Gue sebenarnya nggak setuju dengan perjodohan ini" ucap Alvair, menatap mata Clarine yang membesar. "Kenapa??".
"Karena lo bukan pilihan gue" jeda cowok itu.

"Jangan katakan yang terjadi hari ini pada siapapun. Gue gak mau dengar gosip tentang ini disekolah" ucapnya lagi.

Clarine meremas jarinya dengan perasaan kesal dan... sakit hati.

Entah kenapa ia merasa, dengan adanya perjodohan ini, jaraknya dengan Alvair semakin dan semakim terasa jauh sekali.
Ia benci dengan fakta dimana ia tidak bisa menjadi salah satu orang yang berharga didalam hati cowok tersebut.

Ia benci. Sangat benci dengan dirinya sendiri.

"Jika perjodohan ini dilaksanakan gue yakin bakal ada banyak pihak yang disakiti salah satunya lo. Jadi gue mau lo ikut rencana gue buat batalin perjodohan ini" ucap Al. Sementara Clarine hanya diam seribu bahasa.
Iya, dengan ada atau tidaknya perjodohan, tetap saja hanya dialah orang satu-satunya yang akan tersakiti akhirnya.

"...baiklah. gue mau" ucap gadis itu dengan nada lesuh. Terserah saja kedepannya akan seperti apa.





Clarine menghela napasnya ketika semuanya itu sudah dapat ia ingat lagi. Tangan kanannya mengambil sebungkus permen karet dari dalam saku seragamnya dan menguyahnya.
Ribet banget yah ternyata tokoh si Clarine ini?.

Pasti kalau membaca cerita ini, akan ada banyak pembaca yang mengkritik dan membenci sosok Clarine Wang tanpa tahu latar belakang tokoh. Mungkin saja semua tokoh antagonis juga memiliki nasib yang sama. Dibenci tanpa ada yang mengerti.

Dia hanya berharap besok akan menjadi hari yang baik. Hari ini ia benar-benar sudah membuat energinya terkuras habis.







****

______________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


______________________________

Ehehe, maaf Cla dah buat kamu lelah sepanjang beberapa eps wkwk. Padahal baru satu hari tapi episodenya udah kebanyakan awokwaok ><

Oke, lanjut nanti 》》
_______________________________

Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang