Hari - H (acara sekolah).
Gadis berambut pendek sebahu itu masuk kekelasnya dengan telinga yang tersumpal dengan earpod, ia berjalan ketempat duduk mengabaikan beberapa tatapan kagum dari para murid cowok yang memuji penampilannya sekarang yang berbeda.
'Gimana ya? Kesannya Cla beberapa hari ini udah berubah gitu gak sih? Dia jarang make up tebel-tebel, berubah bener tu anak. Tapi gue punya teori nih, jangan-jangan perubahan drastis Clara ini berkaitan dengan penyelidikan tentang alien di flori--'.
'Ck, lo bisa gak diam aja??? Gak ada yang namanya alien!!' Celutuk salah satu temannya.
Clarine yang mendengar semuanya itu hanya mendengus tak percaya dengan pemikiran random dua orang cowok dibaris samping tempat duduknya.
Fyi, sekarang gadis itu duduk sendirian lagi, Zara, gadis itu pagi ini langsung mengikuti latihan Voli untuk lomba nanti.
"Ekhem..."
Clarine membuka ponselnya, mematikan lagu di playlistnya.
"Ekhem!"
Gadis itu kemudian dengan santai membuka earpodnya dan memasukannya dalam kotak khusus tempat earpod itu.
"Ekheeemmm!!!!"
"Lo bisa diam ga?" Dengan wajah kesal gadis itu mengangkat kepalanya menatap cewek dengan tampak bossy dihadapannya. "Haaa??? Apa lo bilang!??" Tanya gadis itu dengan suara cemprengnya.
"Heh, Cla. Lo kok dah sombong banget keliatannya belakangan ini? Diem-diem aja, mau ningkah sok suci lo??" Timpal cewek yang satunya lagi, dua gadis ber-make up tebal itu mengangguk menyetujui.
Gadis yang bernama Tefa a.k.a si ketua Queen squad maju, dan membelai rambut Clarine.
"Hm, jangan bilang lo... udah nyerah sama si Al, sampe lo udah gak gabung sama kita lagi." ucap Tefa, sementara Clarine hanya terus-terusan diam dan menopang wajahnya dimeja."Gak jawab berarti iya sihhh. Tapi gini ya Cla, dengan lo bukan fans beratnya Alvair sekarang, tapi lo masih anggota Queen ya, gaboleh mundur 'kay?" Bujuk Tefa dengan mata berbinarnya. Clarine menggeleng. "Nggak. Gue out" ujar gadis itu akhirnya. Wajah Tefa memerah karna marah. Namun ia menahannya. Menahan tangannya agar tidak menjambak gadis arogan didepanya itu.
Tapi gimana dong ya? Soalnya ia salah satu penonton kejadian brutal Clarine dikantin... jadilah ia menahan amarahnya sekarang, malu-maluin banget kalo sampe dia juga kena imbas kemarahan Clarine. Kasih pelajarannya nanti aja.
"Heh!! Lo cuma--"
"Udah Ta, ayo" ucap Tefa dengan tenang lalu langsung pergi dari meja Clarine, dan mereka bertiga menghampiri gadis yang duduk di barisan kedua seberang Clarine.
"Lucky bener ya lo Na, bullier lo udah pensiun sekarang. Tapi tenang aja, kita gak bakal bikin hidup lo keenakan terus kayak sekarang. Siap-siap untuk kejutannya yang lain babe" ujar Tefa sambil tersenyum jahat.
Clarine diam seperti biasa dan hanya mendengar.
Ia menutup matanya dan....
Ia terlelap.****
"Beneran deh! Ini enak Na! Lo harus coba. Buka mulut, aaaaak, yahh! Aduh sorry Na..."
"Heh!! Rion sialan! Gak bisa suapin yang bener kek!! Sini mana sendoknya. Ayo Na, buka mulutnya. Aaa--"
Clarine mengerjapkan matanya beberapa kali, ia mengangkat kepalanya dan mengucek matanya sekilas. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Banyak murid yang sudah keluar kelas. Dikelasnya sendiri hanya ada dia, Rana dan ketiga pangeran kodoknya gadis itu.
Disaat ia mengangkat kepalanya, keempat orang itu langsung menoleh kearahnya.
"Eh! Si gadis karate dah bangun! Ohayou mbak!!" Sapa Rion.
Clarine menoleh sekilas dan bangkit dari kursinya. Ia mau menemui Zara sekarang. Mungkin gadis itu sedang dalam persiapan."E-eh!! Mau kemana elah!! Sini dong gabung" ujar Rion, Alden menyikut lengan cowok itu.
"Ngapain lo manggil cewek yang sering ngebully Rana, gak usah. 'kan Na?".Rion mendengus, tanpa diperkirakan Rion bangkit dari kursi dan menarik pergelangan tangan gadis itu dan memaksanya untuk duduk disampingnya.
"Nah, iya duduk disini dulu" ucap Rion dengan senyuman lebarnya.Gadis yang merasa jadi sandraan tiba-tiba itu hanya berdecak kesal dan menatap Rion yang tampaknya sudah puas tertawa.
Dengan adanya Clarine disitu, tentu saja sudah membuat satu meja itu diam. Ya terkecuali Alvair dia memang diam dari tadi.
"Gue mau liat Zara dulu" ucap Clarine dengan nada dingin, berniat untuk berdiri, tapi Rion cowok itu tidak membiarkannya untuk pergi, ia sudah terlebih dahulu memegang tangan gadis itu.
"Gak. Ayo makan dulu. Nih Rana dia bawa makanan yang banyak, lo ketiduran tadi, jadi lewatin jam istirahat pasti lo dah laper" ucap Rion, Clarine menatap Rana yang menunduk malu. Gadis itu sedikit merasa tidak enak kalau makan semeja dengan Rana.
Sementara disamping Rion, Alvair hanya menatapnya tanpa ekspresi. Dan Alden, yah..... ahh! Pokoknya dua cowok itu sudah menatapnya dengan kesan mengusirnya untuk segera pergi.Clarine melepaskan genggaman Rion, dan tersenyum tipis "sorry, gue mau makan dikantin aja, makasih udah tawarin" ucap Clarine dengan senyuman lagi, menambah kesan cool gitu.
Tapi...Kruuuuyuuuuk...
Mata Clarine membesar, sementara Rana dan tiga cowok disana langsung mencari sumber suara yang sangat... ukh, Hancur sudah reputasi gue!!
"Eh, itu suara perut lo Yon?" Tanya Eldan.
"Gile lu! Bukan! Gue gak merasa ya!, lo kali Dan!"
"Bukan gue!! Alvair mungkin?" Eldan menatap Alvair yang hanya diam.
"Ah, gak mungkin sih dia. Balik lagi. Pasti lo Yon!!"
"Bukan gue!! mungkin Cla--" baru saja Rion mau membantah dan menunjuk Clarine, ia terkejut, dan bersusah payah menelan salivanya melihat wajah gadis itu yang memerah menahan malu.
Ah!! Aku gak malu!! Tapi kenapa kulit gadis ini gampang banget memerah sih!??
Eldan juga sama, entahlah ada sesuatu yang lain yang memancar ketika melihat gadis itu seakan tidak dapat berkata apa-apa dan hanya diam dengan wajah yang merah sampai ke telinga.
Matanya yang besar menatap semua orang dimeja itu, dan lalu pamit untuk langsung pergi.
"Maaf, gue pergi dulu" ya sih, ucapannya masih cool gitu, tapi wajahnya masih sangat merah sampai dia tak bisa menahannya."Eh-eh Cla!!" Panggil Rion.
"CLA!!" Panggil cowok itu lagi ketika pundak gadis itu sudah tidak kelihatan lagi.
"CLA!! LO IMUT!!" Teriak Rion dengan keras sambil tersenyum.
"Ha... lega gue ucapinnya..." ujar Rion dengan senyum yang makin lebar. Eldan menatap Rion dengan penuh pertimbangan.
"Jangan bilang..." celutuk Alden menggantungkan kalimatnya menatap Rion dengan mata menyipit. Rion langsung mengangguk santai.
"Hm, i think she kinda cute tho... Jadi gue suka. Well tapi..." Rion menatap Rana disampingnya. "Gue juga masih suka Rana kok" ucap cowok itu sambil tersenyum manis.
"BUAYA!!" Timpal Alden, lalu melanjutkan makanannya.
Alvair disampingnya masih diam memikirkan sesuatu.
Clarine dulu memang sering nampilin ekspresi kayak gitu, tapi sekarang... semuanya, dari wajahnya sifatnya semuanya terasa berbeda.
***
.... Author kehilangan ide saat nulis :((
Tapi gpp lah ya, masih bersambung kok, jadi tenang hehe. See u in the next chap CGT'ers 🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)
Teen Fiction[DILARANG KERAS UNTUK COPYPASTE] (Amatured Novelist) Clarissa Dian, gadis nakal dengan minus attitude, sering ikut perkelahian antar geng, bahkan memegang kendali salah satu kelompok gang besar di Jakarta. Cantik, tentu saja. Tapi dibalik wajahnya y...