"Udah kan semua? Mama udah urus semua administrasinya?" Tanya Matt yang mrmbuat Lian mengangguk singkat. Wanita itu sibuk dengan anak gadisnya yang sementara mencoba untuk berdiri. "Pelan-pelan aja dek" ujar Lian, Clarine mengangguk. Gadis itu menggigit pipi dalamnya ketika merasakan kram yang agak cukup menyakitkan di pergelangan kakinya.
"Kenapa Rin? Sakit?? Ayo duduk-duduk dulu" ucap Lian dengan nada khawatir. Clarine dengan cepat menggeleng. "Nggak papa ma, ini nggak terlalu sakit" ucap Clarine menenangkan. "Beneran kamu? Jangan bo'ong. Kalo masih sakit, kita perpanjang dulu rawat inap kamu" ujar Lian.
Mendengar itu Clarine semakin merinding. Ah... dia lebih baik bertahan dirumah hantu aja daripada disini."Arin gak papa ma, beneran. Lagian udah biasa kayak gini" ucap gadis itu tak sadar.
"Udah biasa Rin? Maksudmu??" Tanya Matt dengan nada terkejut.
Sh*t, dia keceplosan lagi."Itu pa... kalau kram-kram kayak gini, Cla udah biasa rasainnya, cuman sekarang emang agak sedikit sakit" bohong gadis itu.
Padahal, yang dia maksudkan itu... patah tulang dan lainnya itu sudah biasa dikehidupannya dulu, sudah banyak kejadian yang ia rasakan saat tulangnya tergeser ketempat yang tak seharusnya disana. Tapi bedanya sekarang kasusnya ia berada ditubuh seorang gadis yang tak pernah berolahraga dan exercise bela diri. Makanya ia rasa badan ini begitu lemah."Ohh... tapi beneran gak papa 'kan?"
Clarine mendesah lelah... dia sudah lelah mendengar kata 'tidak apa-apa' itu daritadi.
"Iya pa...".
"Oke, ayok pegang lengan papa" ucap Matt menawarkan lengannya untuk Clarine, membuat gadis itu tersenyum dan menerima tawaran pria tersebut.
****
"Besok kan libur... jadi istirahat dulu ya? Nanti masuk hari senin aja" ucap Matt, lalu mengecup dahi gadis tersebut dengan sayang. Lian pun sama, wanita itu membelai rambut Clarine kemudian mengecupnya.
"Good night honey...".Ketika Lian dan Matt sudah bangkit berdiri, tiba-tiba tangan Clarine memegang punca kaos Lian, membuat wanita itu menghentikan langkahnya.
Wanita itu menoleh, begitupun Matt, mereka berdua menatap wajah anak gadis semata wayang mereka dengan tatapan bertanya.
"Ma... kalau Clarine bilang ini... mama sama papa bakal keberatan gak?" Tanya gadis itu memulai basa-basi. Wajar ia begitu, ketika ia sudah menganggap seseorang sebagai keluarga/teman dekat, ia tidak langsung mengeksekusi perkataannya, tapi ia mau memulainya dengan pertanyaan ringan dahulu. Ia tidak mau menyakiti perasaan orang terdekatnya
Lian bukannya menjawab, ia malah menyenggol sikutnya Matt, seolah tidak langsung mengatakan, Matt saja yang lebih dahulu menjawab pertanyaan Clarine.
Matt mendesis karena sikutan Lian yang terlalu keras, membuat siku-nya agak kram.
"Eh, tidak kok sayang... kita gak akan keberatan..." ucap Matt dengan nada terdesak.
Clarine yang kurang yakin dengan pernyataan Matt mengangkat alisnya. "Yakin, pa?"."Iya, yakin Rin. Apa yang mau kamu bilang?" Tanya pria itu sambil mengusap-usap siku-nya.
"... Clarine mau pertunangan dengan Alvair dibatalin pa" ucap gadis itu langsung meng-eksekusi.
Matt dan Lian agak terkejut dengan permintaan anak gadis mereka yang bisa dikatakan cukup rumit.
"Kok tiba-tiba dek? Kenapa dengan pertunangan ini? Kamu gak suka? Atau Alvair macam-macam sama kamu?" Tanya Matt dengan nada yang sudah terdengar benar-benar serius.
Clarine menggeleng. "Nggak pa, ga ada yang salah dengan pertunangan ini. Alvair juga nggak macam-macam sama Ririn. Tapi..." gads itu menjeda ucapannya cukup lama, membuat Matt dan Lian terasa digantung bak jemuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)
Ficção Adolescente[DILARANG KERAS UNTUK COPYPASTE] (Amatured Novelist) Clarissa Dian, gadis nakal dengan minus attitude, sering ikut perkelahian antar geng, bahkan memegang kendali salah satu kelompok gang besar di Jakarta. Cantik, tentu saja. Tapi dibalik wajahnya y...