"Tenang aja, selama kita punya dua tank, we'll be fine " ucap Eldan menenangkan beberapa orang cowok yang sudah sedikit trauma dengan kejadian beberapa hari yang lalu di SMA Virex.
"Tapi tetep aja! Lo liat kan Dan, bagaimana bringasnya anak-anak teknik Virex kemarin gimana!? Mereka gak takut lempar botol kaca didepan gerbang yang ada satpamnya!!" Ucap Dion dengan nada frustasi.
Eldan diam, tak menanggapi ocehan cowok didepannya. "Denger..." bisik Eldan sambil mendekati cowok tersebut.
"Satu markas Virex aja bisa Alva bungkam semuanya sampe ke leadernya . Tapi lo.... langsung nyerah pas cuman liat jumlah mereka" ujar Eldan dengan nada merendahkan.
"... cemen" ucap Eldan sambil melayangkan tatapan merendahkannya membuat Dion dan beberapa orang diruangan itu diam tak bersuara lagi.
Eldan tidak mau meninggikan Alva sebenarnya. Namun disituasi seperti ini, ia butuh menenangkan anak-anak Jupiter, kalau mereka bakalan aman-aman saja jika Alva ada dipihak mereka."Ck, terus apa yang harus kita siapin nanti... gimana kalau mereka nyerang Jupiter lagi?" Tanya Leo, sahabat Dion. Eldan kembali duduk ditempatnya dan menyalakan pematik apinya.
"Liat api ini?" Eldan mengangkat tangannya membuat pematik itu bisa dilihat jelas oleh semua orang diruangan itu, beberapa dari mereka mengangguk.
"Kalo kalian bisa liat api ini tujuannya hanya keatas kan? Kalo kena angin, baru dia bakal berkobar kelain arah. But when this pointed in one direction, maksud gue disini, keatas... kalian taruh jari kalian aja diatas api ini tanpa menyentuhnya, pasti kalian bakal rasain panasnya. Nah gitu juga Jupiter. Kalo Jupiter punya semangat kayak api yang bersatu demi satu tujuan, tanpa goyah karena angin desas-desus yang kurang konkrit. Kita pasti bakal kayak api ini, belum disentuh aja, damage nya udah kerasa..." jeda Eldan dengan tampang cool-nya menjelaskan hal yang menurutnya cemerlang kepada sepuluh orang murid cowok ditempat itu.
"Sampe sini paham?" Tanya Eldan.Serentak sepuluh cowok itu dengan tampang polos menggeleng tidak paham.
Eldan yang melihat itu berdecak kesal sambil mematikan pematik api ditangannya dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Sialan, dia baru ingat yang dia kasih penjelasan ini itu ke murid cowok yang rata-rata minus wawasan. Ancur sudah ke-cool-an nya!.
"Pokoknya intinya Bersatu Kita Teguh! Bercerai Kita Runtuh!!" Ucap Eldan dengan nada kesal
Clap-clap-clap!!
Seisi ruangan bertepuk tangan atas usulan Eldan yang menurut mereka cemerlang.
"Gosah tepuk tangan! Terlambat!" Ucap Eldan lalu langsung berjalan keluar dari markas.
Sepuluh orang cowok itu saling berpandangan, 'apa mereka salah ya?'.
*****
"Aduhh ma--sakit!" Alvair berdesis karena merasa pedih. Mamanya seperti sengaja menekan kuat kapas yang sudah dilumurkan dengan alkohol itu keluka yang ada di-dahinya.
"Rasain! Biar kapok sekalian! Siapa suruh berantem sampe lupa diri!" Ucap Marie dengan nada bringas-nya. Alvair sampai dibuat bungkam karena nada ibunya yang sudah berubah.
Wanita itu kemudian menoleh kebelakang. "Kamu juga Dam, udah besar masih juga berantem. Sini gantian" titah Marie, membuat Damian kesusahan menelan salivanya. Suasana dikamar ini rasanya sudah amat mencengkam bagi dirinya. Mulai dari tatapan suram si Alva kepada dirinya, belum lagi mami-nya yang dari tadi mengomeli mereka.
"Eh... itu mi, Dam bisa obatin sendi--"
"Udeh diem-! Sini cepat!" Damian menggaruk leher belakangnya, lalu mengangguk cepat sambil menghampiri mami-nya dengan gerak-gerik tubuh yang awkward "i-iya mi".
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)
Teen Fiction[DILARANG KERAS UNTUK COPYPASTE] (Amatured Novelist) Clarissa Dian, gadis nakal dengan minus attitude, sering ikut perkelahian antar geng, bahkan memegang kendali salah satu kelompok gang besar di Jakarta. Cantik, tentu saja. Tapi dibalik wajahnya y...