[6]. Why?

11.2K 867 15
                                    

Mata Clarine yang sembab menatap mata cowok itu yang bersinar dalam kegelapan.

"Gue disini" ucap suara tersebut, yang terdengar sangat menenangkan.

_________________________



Cowok itu terdiam sekilas ketika mendapati wajah Clarine yang sudah sangat berantakan itu. Memang gelap, tapi dapat ia lihat mata gadis itu pasti sudah sangat merah.

"Ayo keluar" ucapnya lalu mengulurkan telapak tangannya.
"Bisa berdiri?" Tanya cowok itu lagi. Clarine menunduk, dan tidak menerima tangan cowok itu. Ia menopang tubuhnya lewat meja disampingnya.

Bruk!

"Gue udah kasih pertolongan gak diterima, akibatnya lo yang susah sendiri" ujar Alvair dengan kesal. Sementara Clarine, egonya sangat kuat, membuat gadis itu tetap berusaha berdiri. Karena saking takutnya tadi kakinya sudah seperti jeli sekarang. Sampai ia kesusahan untuk bergerak.

"Agh!"

Bruk!!

"Ck. Lo keras kepala banget ya!?" Ucap Alvair, lalu melepaskan tasnya dan menggendongkannya didepan. "Sini, naik" ucap cowok itu membelakangi Clarine.
"Lo mau apa?" Tanya Clarine kebingungan.

"Lo bisa gak, lakuin aja apa yang gue suruh? Pak Ray nunggu kita didepan tuh" ujar Al, sementara Clarine hanya berdecak kesal dan berusaha menggapai pundak cowok itu dan memeluk lehernya.

Ck, salah banget dia hari ini. Kenapa bisa-bisanya ia kedapatan dengan keadaan tidak profesional seperti ini!?
Untuk pertama kali dalam sejarah. Clarissa digendong oleh seorang cowok. Dan untuk pertama kalinya juga Clarine digendong oleh crush-nya sendiri.

"Udah? Pegangan yang kuat" .

"Udah".

Cowok itu pun berdiri, seperti beban dipundaknya tidak pernah ada, dan dengan langkah panjang ia berjalan keluar kelas dan mengunci pintu itu.
"Lo berat" ucap singkat Alvair, Clarine memilih untuk tidak menggubrisnya. Bodoh amat.

Dengan beban gadis 17 tahun dipundaknya, Alvair berjalan di sepanjang koridor kelas 11. Dia sudah tidak membuka percakapan lagi dengan gadis itu.

Sementara diujung koridor terlihat pak Ray yang sudah gelisah menunggu mereka berdua daritadi.

"Nih pak kuncinya" ucap Alvair meyerahkan kunci kelas kepada Pak Ray, sementara pria paruh baya itu mengecek keadaan Clarine dibelakang. "Aduhh, non Clarine... maaf ya non, bapak nggak lihat non Clarine tadi" ucap Pak Ray. Clarine menggeleng. "Iya pak, nggak apa-apa".

"Oke pak, kita pergi dulu ya, makasih" ucap Alvair dengan sopan, lalu langsung melangkahkan kakinya pergi dari sana dan menuju ke tempat parkir.

"Coba lo berdiri, mungkin udah bisa" ucap Alvair kepada Clarine, gadis itu mengangguk pelan. Ia pun dengan perlahan memijakkan kakinya di tanah, Al memegang telapak tangan gadis itu membantunya berdiri dan akhirnya pun ia bisa berdiri dengan baik.

"Oke, ayo masuk" ucap Alvair. Clarine menghela napasnya lalu masuk ke dalam mobil tersebut. Alvair menutup pintu disamping Clarine, lalu berputar dan masuk lewat pintu disisi yang lain.

Clarine menaruh tasnya di pangkuannya, dan melihat pemandangan keluar jendela, tanpa memedulikan Alvair disampingnya.

"Mama lu khawatir banget sama lo tadi. Mana ditelpon gak diangkat-angkat lagi".
Clarine mengerutkan keningnya dan menoleh kearah cowok itu.

"Mama gue? Telpon lo?" Tanya Clarine kebingungan. Alvair beralih fokus ke spion mobilnya, untuk keluar dari tempat parkiran.
"Hm" jawabnya seadanya.

'Why?'.

****

"Udah sampe" ucap Al menyadarkan lamunan gadis itu, sementara Clarine hanya menghembuskan napasnya mewakilkan banyak pikiran diotaknya.

"Okay, thanks Al" ucap gadis itu, masih dengan wajah datar, ia lalu keluar dari mobil tersebut sambil menyeret tasnya.
Namun anehnya, cowok tersebut juga ikut keluar dari mobilnya, membuat Clarine sekali lagi kebingungan.

"Aduh, non darimana aja? Ayok masuk non, dek Al juga. Ibu Lian sudah nunggu di dalam" ucap Bi Rusti, pembantu di mansion Clarine.

Lho?.

Tring!
Tring!

Dan disinilah mereka berdua berakhir, dimeja makan keluarga Wang. Clarine kebingungan setengah mati, kenapa ibu dan ayahnya mengenal Alvair dengan baik, seperti sudah lama cowok itu kenal dengan mereka.

"Ohh, jadi kamu nunggu hujan berhenti dikelas? Trus ketiduran?" Tanya Lian dengan wajah menahan tawa. Clarine mengangguk lemah.
Sementara Alvair terus makan dengan tenang.

"Tapi untungnya sih ada Al. Makasih ya Al" ucap Matt, Alvair menengadah dan mengangguk sopan ke pria tersebut.

"Mama papa kok bisa kenal Al?" Tanya Clarine langsung, tanpa berpikir kedua kali. Pikiran dalam otaknya sudah amat menyiksanya dengan banyak pertanyaan tersebut.

Satu ruang terdiam. Lian menatap putrinya dengan kernyitan didahinya.
"Rin? Kamu lupa? Al ini kan calon tunanganmu" ucap Lian lagi. Membuat bola mata Clarine terbuka dengan lebar.

"H-HAH!?" Pekiknya tak percaya.
Astaga!! Kenapa dia bisa melupakan hal ini!??.

"Eh, kamu kok sekaget itu? Masa kamu lup--"

"Bisa dibatalin aja ma?" Tanya Clarine lagi. Kini Alvair yang sudah mengangkat kepalanya menatap gadis itu.

Matt dan Lian saling tatap. Dan menatap Alvair dengan senyuman awkward mereka. "Maaf ya Al. Clarine emang suka error anaknya" ucap wanita tersebut, kemudian langsung mebatap putrinya itu dengan tatapan tegas.

"Kok Clarine bicara kayak gitu. Bukannya dulu Clarine senang banget dengar kabar ini? Kok mau dibatalin?" Tanya Lian, Clarine hanya terdiam seribu bahasa.
Jika bisa memilih novel, lebih baik dia dipindahkan saja di novel Harry Potter daripada disini.

Tapi untuk membuat keadaan menjadi normal kembali gadis itu tersenyum paksa, dan mengangguk. "Iya... maaf ma, Al juga. Clarine lupa. Mungkin karena efek lelah aja hari ini, Cla butuh istirahat kayaknya" ucap gadis itu kemudian.

"Kalo gitu Cla permisi dulu ya" ucap gadis itu sabil berdiri dari kursi tempat ia duduki. "Al, makasih ya udah anterin gue sampe sini" ucap gadis itu, lalu pergi meninggalkan piringnya yang sudah kosong.

Tiga orang itu masih menatap kepergiannya dari ruang makan. Sementara Matt hanya mengusap-usap dagunya, dan beralih menatap Alvair dengan tatapan khawatir.

"Al, apa ada hal yang terjadi pada Clarine belakangan ini?" Tanya Matt, sementara cowok itu terdiam beberapa saat, dan kemudian menggeleng pelan. "Nggak om".

Dilantai atas gadis itu segera membaringkan tubuhnya, dan menerawang lebih dalam lagi, dalam banyaknya peristiwa dalam hidup Clarine lama.

"Gue pusing..." keluhnya lalu langsung memijit kepalanya karena tidak bisa mengontrol pikiran-pikiran yang berputar dengan liar diotaknya.

"Lama-lama bisa gila gue".












Kaget? Sama kok author juga TwT

Btw senang ga, double up? ^^

Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang