"CLA!! KAK DAM!!" Teriak Zara berlari kearah mereka berdua.
Clarine yang masih mencerna ucapan Damian tadi langsung teralihkan perhatiannya, dan langsung berlari menjemput Zara yang matanya sudah berkaca-kaca."Tante Marie pingsan... dan... dan... Alva, Alv-" Zara sudah tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi, karena Damian sudah berlari cepat kedalam ruangan IGD yang berjarak 20 meter dari taman.
Zara langsung menarik tangan Clarine. "Ayo Cla!" Ucapnya dengan nada bergetar. Clarine masih bingung, seperti orang linglung ia mengikuti Zara begitu saja.
Sesampainya mereka didalam koridor, tampak Lian sedang menepuk-nepuk pipi Marie, sedang wanita itu dengan wajah pucat itu masih setia menutup matanya, sementara Theo, pria itu hanya menyenderkan tubuhnya di tembok, dan menutupi matanya, namun bisa dilihat dengan jelas kalau pundaknya bergetar.
Clarine mengatupkan bibirnya.
Matanya kemudian melayang kearah Damian yang mendorong salah satu perawat laki-laki sampai jatuh karena berniat untuk menerobos masuk kedalam ruangan tempat Alvair berada. Bukan, mungkin saja dia sudah tidak ada lagi disana ...Zara menutup bibirnya, dia tidak bisa menahan tangisnya, situasi di koridor sangatlah menyayat hatinya.
Sedang Clarine hanya bisa diam, dia tidak sering berhadapan dengan situasi seperti ini.
ta dimata kirinya terlebih dahulu jatuh, dia masih diam, menahan semua gejolak emosi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya didadanya. Rasanya sesak, apakah saat ia mati ditembak dulu, semua orang juga menangisinya seperti ini?."ALVAAAAAA!!!" Teriak Marie dengan suara parau , ia sudah sedikit sadar, tadi dia berharap semuanya hanya sebuah mimpi saja. Namun kenyataannya ia terjebak dalam mimpi buruk yang nyata.
Mendengar teriakan tangisan wanita itu, air mata dimata kirinya jatuh begitu saja, namun Clarine dia masih diam, menahan semua gejolak emosi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya didadanya. Rasanya amat sesak. apakah saat ia mati ditembak dulu, semua orang juga menangisinya seperti ini?.
Eldan dan Rion hanya duduk dikursi mereka, membungkuk menatap lantai.
Ia tidak mau situasi menjadi seperti ini. Ia harus lakukan sesuatu!
Clarine menggigit bibirnya dengan gusar ketika jiwa dalam dirinya meronta protes dengan situasi yang kacau seperti sekarang. Namun sungguh, apa yang terlintas dalam benaknya begitu beresiko, takut apa yang akan dilakukannya nanti menjadi musibah bagi dirinya sendiri.
Kalau benar ada sebuah sistem di dunia ini, maka dia mau menemui pembuat sistem itu sendiri!.
Gadis itu berlari meninggalkan Zara, membuat Zara berteriak memanggilnya dari belakang, namun Clarine tetap berlari dengan cepat.
Kalau benar ada sistem didunia ini, maka walaupun cerita bisa diacak, namun tokohnya tetap bertahan seperti itu 'kan? Para karakter akan tetap tinggal, walaupun akan ada satu orang yang mati. Jumlah karakter yang tinggal tidak dapat dikurangi lagi.
Karena jika demikian, maka mungkin saja cerita akan hancur.Clarine menggigit bibirnya, air mata di pipinya sudah kering dan menjadi dingin.
Ia memang benci Alvair, cowok itu memang br*ngs*k, namun ia tidak mau melihat akhir plot yang seperti ini. Orangtua Alvair tidak pantas mendapatkan semua kesedihan seperti ini. Tidak lagi.Clarine terus berlari, keluar dari perkarangan rumah sakit, menuju ke jalan raya.
Kalau begitu, biarkan ia mengacau sekali lagi.
Kali ini ia mau melakukannya dengan benar.Ia akan mengurangi karakter dalam cerita. Dan itu adalah dirinya sendiri. Bukan, bukan Clarissa, namun Clarine.
'Apa yang mau kau lakukan?!!' Teriak suatu suara, ketika kaca dari motor melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)
Teen Fiction[DILARANG KERAS UNTUK COPYPASTE] (Amatured Novelist) Clarissa Dian, gadis nakal dengan minus attitude, sering ikut perkelahian antar geng, bahkan memegang kendali salah satu kelompok gang besar di Jakarta. Cantik, tentu saja. Tapi dibalik wajahnya y...