"Jadi gitu..." setelah menjelaskan perihal pertemuannya dengan Clarine. Zara dan Eldan mengangguk-angguk. Sementara Rion hanya mengernyitkan keningnya dengan kesal.
Beruntung banget!! Minggu depan gue bakal beli tanah disamping mansionnya Cla! Liat aja lu Dam!!. Komitmennya dalam hati, tenang saja... dia tidak serius."... Kak Dam saudaraan ya sama Alva?" Tanya Rana yang seperkian detiknya langsung membuat Rion dan Eldan mematung, berkeringat dingin? Oh iya tentu!.
Pertanyaan yang sangat dihindari oleh orang yang mengetahui masa lalu kedua orang itu, kini dengan tanpa bebannya keluar dari mulut Rana. Rana sebenarnya sudah tahu bahwa Damian dan Alva sepupuan, tapi... dia ingin bertanya langsung ke orangnya.Sedangkan Alvair, cowok itu masih membelakangi orang-orang disana, ia menyibukkan dirinya dengan berkutat dengan beberapa buku yang ditaruh di rak depan.
Damian yang pertamanya diam langsung menyunggingkan senyumannya, dan berdiri dari duduknya, dia berjalan kearah Alvair, dan langsung merangkul pundaknya.
"Iya, dia ini... adik sepupu gue" ucap cowok itu dengan nada friendly, para gadis diruangan tersebut mengangguk-angguk mengerti. Sedangkan Rion dan Eldan, mereka berdua cukup tahu dan peka...
Bahwa ada hawa yang menusuk didepan sana.
Alvair menghembuskan napasnya, lalu melepaskan rangkulan cowok tersebut. "Gue ke warung makan dulu"."Ah, aku juga... mau ikut" ucap Rana dengan cepat berdiri dari tempat duduknya. Alvair mengangguk, dan menunggu gadis itu menghampirinya. Sementara Rion dan Eldan sudah saling sikut-menyikut.
"A-Al!! Kita juga dong, ikut" Ucap Eldan, ia sudah berdiri dari tempat duduknya.
Berada satu ruangan dengan Damian, ugh. Dia lebih baik satu ruangan dengan dua Alvair sekaligus daripada cowok itu."Tinggal." Ucap Al dengan dingin, ia berbalik dan menatap mata Eldan dan Rion dengan tajam. Jaga. Mereka seolah dapat menangkap maksud tatapan itu yang menyuruh mereka menjaga gadis itu sampai cowok itu kembali.
Eldan dengan terpaksa duduk kembali dikursinya. 'Alvair sial*n, suka banget seenaknyaaa!!'.
"Haha, kalian hebat ya sebagai sahabat " ujar Damian kembali ke kursinya lalu duduk.
"Kita bukan sahabat, tapi rival" koreksi Eldan dengan cepat.
Canggung.....
Oh, yaa. Soal mama Clarine, wanita itu sekarang sedang pergi ke bank terdekat untuk melakukan perpanjangan deposito, jadi hanya ada empat orang diruangan tersebut yang menjaga Clarine.
Zara yang merasa tidak enak dengan situasi canggung yang diciptakan oleh tiga cowok itu, langsung berdiri dan mengambil buah apel diatas nakas, dan membuka tas yang membungkusnya.
"Yon, apel bagus ini 'kan?" Tanya Zara, yang mencubit harga diri cowok itu.
"Trus lo kira gue kasih apel busuk gitu?" Tanya cowok itu dengan agak kesal."Habis... gue pernah dengar lo suka banget simpen apel setengah busuk dilaci meja, waktu sedang razia seangkatan" ucap Zara dengan entengnya, Rion memelototkan matanya. 'Njir, sampai heboh!?' Teriak Rion dalam hati.
"I... itu Sebenarnya karena gue lupa naroh apel disitu, jadi gue kira hilang, jadi kebiar disitu sampe busuk" ucap Rion mencoba membela harga dirinya dengan alasan yang cukup masuk akal.
"Iya dehh, serah-serahh, bentar ya guys, gue cuci apel Cla dulu" ucap Zara, lalu segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Tiga cowok tersebut mulai diam, tidak berkeinginan untuk membuka suara mereka. Damian masih duduk dengan santai, sementara Rion dan Eldan sudah kurang nyaman dengan atmosfer ruangan tersebut.
Rion dan Eldan mulai fokus dengan pemikiran mereka saat ini.
'Pasti si Al udah rebut start gue dengan makan bareng Rana. Ck, gue ketinggalan start!!' Tutur Eldan dalam hatinya.Sementara Rion, cowok itu hanya menyender dikursinya dengan pemikiran yang makin berkecamuk yang sangat... random
'Bagaimana perihal apel itu bisa heboh sampai satu angkatan?'
'Trus kenapa ni Dam liatin Cla terus!? Naksir? Langkahin dulu kuburan ayam gua!'
'Ah, gue... gue perlu ngenalin diri gue besok ke mamanya Clarine lagi. Dengan jelas!'.
Rion menggenggam telapak tangannya dan mendesah berat. Dia sudah seperti tante-tante penagih utang aja, banyak pikiran!.
Ohiya, Clarine gadis itu tanpa memedulikan situasi sekitarnya, hanya membuka buku catatan Rana dan membaca materi yang ia lewatkan, satu persatu dengan teliti.
Rion tersenyum tanpa sadar melihat wajah gadis itu yang tambah cantik ketika sedang serius membaca. Alis tipis yang saling bertautan karena berpikir itu membuat Rion tak bisa mengalihkan pandangannya lagi. Pantesan si Dam natep Cla terus daritadi!.
Cklek!!
"Yon!! Dan!!" Panggil Zara yang langsung membuat dua orang cowok itu menoleh.
"Itu... Rana tadi pingsan!, gue sempat lihat Alvair masuk lagi ke lobby sambil gendong Rana" Ucap Zara dengan cepat, Eldan segera berdiri dari tempat duduknya, begitupun Rion. Kok bisa?.
Clarine sendiri pun ikut kaget karenanya. Seketika ia merasa mau pergi ikut dengan Eldan dan Rion yang tanpa kata, langsung melesat pergi begitu saja.
"E-eh! Cla, mau kemana??" Tanya Zara memegang pundak Clarine untuk membuatnya tetap beristirahat. "Gue cuman mau lihat kondisi Rana" ucap gadis itu.
"Enggak usah Cla, liat dulu diri lo sendiri. Jangan nyibukin diri lo sekarang" ucap Damian menambahkan. Diserang oleh dua orang itu sekaligus, membuat Clarine mendesah berat, kakinya juga belum sepenuhnya sembuh...
Gadis itupun memilih melanjutkan kegiatannya seperti tadi, namun pikirannya sudah tidak dibuku yang ia baca. Seperti ada sebuah rasa yang mengganjal dalam hatinya. Dan ia tidak tahu apa itu.*****
"Sudah Cla, aduh berapa kali sih lo nanyain Rana mulu. Udah diantar pulang sama Alvair juga tadi" ucap Zara. Sekarang sudah waktu istirahat pasien, itu artinya jam berkunjung sudah selesai. Zara segera mengambil tas sekolahnya dan pamit kepada Clarine dan ibunya diruangan tersebut. Sementara Damian... dia memilih untuk tinggal dulu disitu.
"Okay tante, Cla, gue pulang dulu ya. Get well soon babes" ucap Zara sambil mengacak-acakan rambut pendek gadis itu, membuat wajahnya kesal. Zara menyunggingkan senyum nakalnya dan melambaikan tangannya kepada gadis itu. "Dahh, see you next week Cla " ujar Zara. Iya, menurut dokter yang merawat Clarine. Besok dia sudah dianjurkan untuk pulang, bersekolah pun sudah bisa. Tapi lebih dianjuran untuk naik mobil dahulu dan tidak melakukan olahraga selama kurang dari dua bulan, untuk meningkatkan kesembuhan pada kakinya.
"See ya " balas gadis itu, kemudian ia sudah tak melihat bayangan Zara lagi.
Ia tersenyum dan menyenderkan pundaknya dibantal dengan nyaman, ibunya sedikit membantunya untuk mendapat posisi yang lebih nyaman lagi.
"Dek, istirahat ya... Dam, tante boleh minta tolong gak? Ke kamu?" Tanya Lian, Damian segera mengangguk. Wanita itu kemudian mengambil sebuah tas diatas nakas, dan memberikannya kepada Damian.
"Itu... kamu bisa tolong kembalikan tas Alvair, tadi kayaknya dia lupa" ucap Lian.
Damian tampak terdiam beberapa saat, lalu beberapa detik kemudian ia mengangguk pelan.
"Oke tan, bentar Dam anter dulu" ucap cowok lalu langsung menggendong tas itu dipundaknya dan keluar dari ruangan itu.MAAPKEUN AUTHOR YANG JARANG UPDATE YA PARA READERS, KADANG AUTHOR PUNYA BANYAK KESIBUKAN MABA, MUNGKIN KALIAN YANG UDAH RASAIN KERASNYA HIDUP MAHASISWA BARU YANG DIWAJIBKAN IKUT ORGANISASI PASTI MERASAKANNYA JUGA.
SO, AUTHOR BAKAL TETAP UPDATE DAN MENYESUAIKAN DENGAN WAKTU LUANG DARI AUTHOR SENDIRI.Btw gimana nih eps selanjutnya. Kalian maunya ada war/biasa" aja?.
Komen yaaThankyou udah support author, dan menjadi pembaca setia CGT ini. See you guys on the next episode 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)
Fiksi Remaja[DILARANG KERAS UNTUK COPYPASTE] (Amatured Novelist) Clarissa Dian, gadis nakal dengan minus attitude, sering ikut perkelahian antar geng, bahkan memegang kendali salah satu kelompok gang besar di Jakarta. Cantik, tentu saja. Tapi dibalik wajahnya y...