Clarine seorang diri duduk ditempat makan yang tidak jauh dari orang tua-nya berada.
Pikirannya terlalu kacau sekarang.
Masuk dalam tubuh Clarine hanyalah sebuah kutukan baginya.Ah... Clarine.
Gadis itu kemarin muncul dan langsung menghilang begitu saja--Clarine tiba-tiba sadar dengan sesuatu
'Ah, tunggu dulu! Apakah dia sengaja memancingku keluar kemarin, agar...'
Sadar akan hal tersebut, dia langsung berdiri dari tempat duduknya dan pergi ketempat yang mempunyai cermin.
Liontinnya ia tinggalkan dirumah, dan tidak ada barang yang bisa memantul yang ia bawa.
Clarine masuk kedalam bilik kamar mandi, dan mengunci pintu kamar mandi tersebut dari dalam.
Ia berhadapan dikaca yang cukup besar.
Namun ia masih terdiam, dia tidak tahu bagaimana car--."Ada apa Clarissa?"
Suara yang sama dengan suaranya itu kini keluar dari cermin di depannya."Ada apa? Kau- ah bukan. Kenapa kau memanggilku keluar kemarin, jauh dari ruangan itu. Apa yang kau pikirkan??" Tanya Clarissa dengan cepat.
Pantulan gadis yang mirip dengannya itu masih mempertahankan raut wajahnya yang datar.
"Apalagi? Kalau tidak, kau akan mati. Karna sudah pasti Tera akan menembakmu" ucap Clarine.Clarissa menggigit bibir dalamnya.
"Jadi apakah harus seperti ini? Apakah Alva benar-benar akan mati?" Tanya Clarissa lagi.
Clarine mengatupkan bibirnya.
"Aku tidak tahu... kau sudah mengacaukan ceritanya, dan kini cerita ini sudah tidak memiliki happy ending atau sad ending. Karena semuanya berputar tanpa kendali dan tidak ada porosnya" ujar Clarine.
Clarissa memegang pinggiran wastafel ketika kepalanya terasa pening.
"Clarissa, satu hal yang perlu kau tahu. Dalam segala hal yang tidak mempunyai kendalinya... hanya sesuatu yang memiliki otoritas lah yang bisa memperbaikinya kembali".
"A-apa maksudmu?" Tanya Clarissa.
Clarine tersenyum, dan akhirnya ia menghilang digantikan dengan bayangan asli Clarissa a.k.a Clarine sekarang.
TOK
TOK
TOK"Apa ada orang didalam? Tolong bukalah!!" Ucap lantang seorang wanita diluar.
Clarine mengusap dahinya dengan kasar. Ah otoritas apaan? Dia tidak paham!.
Clarine langsung membuka pintu tersebut, dan keluar dari sana dengan cepat.
Gadis itu keluar dari kantin tersebut, berniat untuk pergi ketempat yang lebih tenang, untuk menenangkan pikirannya.
Namun saat dijalan ia melihat empat orang siswa yang berjalan kearahnya. Ketika salah seorang dari mereka menyadari dirinya, mereka berempat cepat-cepat langsung menghampirinya."Cla... astaga... gue gak tahu lo bakal kesini" ucap Zara, kemudian Rion dan Eldan menyusul gadis itu dari belakang dan menanyai kondisi Clarine.
"Lo gak apa-apa kan Cla?" Tanya Rion, Clarine mengangguk pelan lalu tersenyum tipis. "Iya gapapa" jawab seadanya.
Clarine mengerutkan keningnya ketika menyadari Damian yang berjalan agak lambat, cowok itu terus saja menatap tanah dibawahnya.
"Halo Cla" sapa Damian ketika dia sudah ada didepan gadis itu, Clarine bisa menyadari tampang frustasi diwajah cowok tersebut, dia tidak fokus dengan sekelilingnya.
"Kita masuk aja?" Tanya Zara mencairkan situasi yang tiba-tiba sepi itu.
"Gue mau bicara sebentar sama Damian... mungkin kalian bisa masuk dulu" ucap Clarine tanpa mengalihkan pandangannya ke cowok itu.
Zara, Rion dan Eldan yang mengerti, langsung masuk ketempat yang sudah dikatakan oleh Damian tadi, dan meninggalkan Damian dan Clarine yang masih terdiam satu sama lain.
Clarine mengajak Damian untuk duduk dibangku taman yang dikelilingi pohon yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri tadi.
Clarine jadi bisa melihat lebih jelas wajah cowok itu dengan seksama. "Dam... papa kemarin bilang apa ke lo?" Tanya Clarine. Cowok itu mengangkat kepalanya dan menggeleng "gak, Om Matt cuman nanya perihal latar belakangnya doang, katanya yang terpenting lo selamat..." ucap Damian mengecilkan nadanya pada kata terakhir.
Clarine tahu, cowok itu menyimpan sesuatu yang bahkan dia tidak tahu harus menanyakan dengan cara yang bagaimana.
"Lo cuman mau nanya itu? Lebih baik kita masuk dulu... kata mami, keadaan Alva udah parah banget, gue gak mau nyesal gak lihat dia hari ini" seperti gue nyesal ketika gue malah ngerasa senang waktu denger pertunangan kalian dibatalin.
"Dam..." panggil Clarine lagi, membuat mata yang biasanya berenergi dan tajam itu akhirnya terikat kontak dengan mata hazel gadis didepannya.
Clarine bisa melihat dengan jelas kantung mata cowok itu yang sudah berwarna gelap, memberi kesan lelah dalam dirinya yang tidak bisa diungkap dengan kata-kata.
"Lo... jangan mendam semua sendirian, kalo ada sesuatu yang mau lo bilang... bilang aja ke gue" ucap Clarine.
Damian tersenyum tipis, ia lalu mengangguk pelan.
Dan ketika Clarine sudah berdiri dari bangkunya, tiba-tiba dua kalimat yang keluar dari mulut Damian menghentikan langkahnya, membuat dirinya tidak tahu harus memikirkan apa lagi."Gue suka sama lo. Itu sesuatu-nya Cla".
Next?
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)
Teen Fiction[DILARANG KERAS UNTUK COPYPASTE] (Amatured Novelist) Clarissa Dian, gadis nakal dengan minus attitude, sering ikut perkelahian antar geng, bahkan memegang kendali salah satu kelompok gang besar di Jakarta. Cantik, tentu saja. Tapi dibalik wajahnya y...