[22]. Unknown Girl

4.1K 336 4
                                    

"Serahkan ini semua ke orang dewasa aja" ujar Eldan sebagai satu-satunya tim netral disana.

Alvair masih diam, ia berusaha berpikir jalan keluar yang tepat. Namun alih-alih berpikir jalan keluar, banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya, Kenapa Rana bisa diculik 'mereka'. Secara beberapa hari ini ia dirumah saja. Dan... suara tadi, rasanya tidak asing ditelinganya, dan ia memiliki insting yang kuat tentang lokasi dimana Rana berada.

"Iya!! Pasti ada jalan keluar lain! Ayo kita minta bantuan orang dewasa saja!" Ucap Zara setuju dengan usulan Eldan tadi. Keputusan seperti ini tentu saja ini tidak adil untuk Clarine.

Clarine hanya mengatupkan bibirnya, matanya bergerak melihat jam dikantin. Kalau dia terlibat disana, pasti orangtuanya akan khawatir juga. Benar kata Zara, ini tidak adil baginya. Namun ia juga tidak bisa diam saja mendengar Rana disekap oleh... dia belum tahu siapa.

"Ra, sorry" ujar Clarine sambil menepuk bahu gadis itu. Gadis itu maju kearah Alvair, ia menatap cowok tersebut dan berucap. "Muka lu beda dari yang tadi. Ayo kita pergi waktu kita makin sedikit" ucap Clarine. Alvair mengeraskan rahangnya. Sial, ia tidak tahu apa yang benar yang harus dilakukan. Apakah ini pilihan yang tepat?.

"....Al, lo terlalu lama respon gue. Itu kelemahan lo. Jangan buang-buang waktu, kalo gak mau menyesal" ucap Clarine. Membuat cowok itu terdiam. "Tenang aja, gue punya rencana" tambah gadis itu.

"Kalian jangan pergi sendiri, gue ikut" ucap Damian. Rion juga ikut bersuara, "gue juga ikut!".

Clarine terdiam rasanya melihat mereka sekarang ini membuatnya merasa  deja vu. Ia teringat dengan sahabat-sahabat gengnya dulu.

"Gu--"
"Lo tinggal dulu, kalau ada apa-apa disana, nanti lo yang bakal panggil anak-anak yang lain" potong Damian, membuat Eldan menghembuskan napasnya kecewa. "Fine".

"Ra, tenang aja. Gue bakal balik lagi" ucap Clarine, ah seperti dia mau ke medan tempur aja.
"Gue janji" tambah gadis itu lagi, membuat Zara mengangguk pelan. "Oke, gue pegang janji lo".

Mereka berempat pun langsung menuju keluar kantin. Tidak ada guru-guru yang menghalangi, mungkin karena mereka tidak berani juga.

Alvair sudah lebih dahulu berjalan ketempat parkir, ia mengambil helm dimotornya dan menyodorkannya pada Clarine.
Baru saja gadis itu mau mengambilnya, Damian juga sudah menyodorkan helmnya pada gadis itu, sembari menatap Alvair dengan tatapan sinis.

Clarine mengernyitkan keningnya, 'kenapa dengan dua orang aneh ini?' Tanyanya dalam hati.

Rion yang tidak mau kalah dengan kedua orang cowok itu dengan cepat langsung mengambil satu helmnya dan menyodorkannya pada gadis itu. Clarine tersenyum tipis, ia menghampiri Rion dan mengambil helm yang dia sodorkan.
"Cuma Rion yang punya helm lebih, sedangkan kalian cuman punya satu. Jadi gue bareng Rion aja" ucap gadis itu.

Alvair langsung memasang helmnya dikepalanya, begitu pula dengan Damian.
"Rion, hati-hati" ucap Damian dengan penuturan yang dingin kepada cowok yang baru saja mau menaiki motornya, Rion mengangguk "oke kak".

Mereka berempat pun langsung melaju keluar sekolah, tanpa memikirkan konsekuensi yang akan mereka terima nantinya. Toh, para guru juga tidak begitu peduli.

***

"Mereka sebentar lagi pasti bakal kemari, lo masuk saja diruangan itu" ucap seorang cowok berbadan kekar. Sementara sang gadis yang mulutnya diperban hanya memutar bola matanya malas.

"HAHAHA, lo mahh, gitu amat ke adik sendiri" ujar cowok disampingnya, cowok kekar itu tidak meresponnya.
Biar saja, selagi dendamnya terbalas. Semuanya akan berjalan sesuai rencana.

Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang