"Aduh... anak itu kemana sihh?? Lagi kritis kayak gini juga!" Seru Zara dengan nada frustasi, ia sudah tidak bisa mengejar Clarine sampai keluar gedung, karena gadis itu sudah kehilangan jejaknya.
Zara membalikan tubuhnya, hampir saja ia berteriak namun ia tahan.
"Eh, lo kok ngikutin gue?" Tanya Zara menunjuk Eldan, sedang cowok itu hanya mengangkat satu alisnya."Ah, sudahlah, ayo masuk." ucap Zara, Eldan pun mengikuti gadis itu dari belakang. Tadi ketika ia melihat Zara yang mengejar Clarine rasanya ia juga penasaran dan mengikuti gadis itu.
'Clarine... dia bawa hape gak ya?' Pikir Zara dalam perjalanan kembali ke koridor ICU, kenapa gadis itu berlari seperti itu?. Apakah ada yang salah?.Ketika Zara kembali lagi di koridor, ia duduk disamping Rion, dan diikuti oleh Eldan, situasi masih sama, masih ada sesegukan dan tangisan kecil dari Marie, sementara Lian, wanita itu dengan langkah pelan menghampiri Zara, dan menanyai tentang Clarine.
"Clarine? Dia dimana?" Tanya Lian dengan nada khawatir, sementara Zara yang sementara mencari kontaknya Clarine menggeleng pelan. "Enggak tau tan, tadi Clarine lari cepat banget, ini kita mau coba telpon dia dulu" ujar Zara.Mendengar itu Lian langsung mengatakan perihal Clarine yang tidak membawa ponselnya.
Zara menghembuskan napasnya dengan gelisah.Damian yang baru selesai menenangkan bibinya pun segera menghampiri Zara dan menanyakan tentang apa yang terjadi.
"Clarine tad--"
CKLEK !!!
Tiba-tiba pintu bilik ICU Alvair terbuka, dan seorang suster dengan wajah penuh keringat segera berlari dan memanggil-manggil para tenaga medis disekitar koridor tersebut. Tidak butuh waktu lama para perawat laki-laki langsung membawa brangkar Alvair dengan cepat keluar dari sana untuk ke kamar operasi.
"A-apa yang terjadi??" Tanya Theo berusaha untuk mengejar langkah sang perawat wanita.
"Kita akan mencoba operasi sekali lagi pak, ini seperti mujizat, pasien memiliki potensi untuk bisa diselamatkan kembali. Jadi tolong menunggu disini ya pak" ucap perawat wanita itu.
Theo menutup bibirnya setengah tidak percaya, ia pun segera berbalik dan mengatakan kabar tersebut ke mereka semua.
****
Clarine berjalan dengan langkah cepat ke koridor yang agak membingungkan karena banyaknya belokan, entah bagaimana tadi ia bisa keluar dengan cepat.
Ketika ia sampai dikoridor dekat ICU, ia segera berlari menghampiri orangtua dan teman-temannya.
"Clarine!! Lo dari mana aja hahh!?? Bikin panik aja" ucap Zara dengan nada blak-blakan, lupa kalau disana ada mama dan papa gadis itu.
Clarine dengan sedikit kaku hanya menggaruk tengkuknya.
"Erm... gue tadi lagi... nyari udara segar?" Ucap Clarine dengan nada yang membingungkan.Lian memegang bahu gadis itu, dan menyuruhnya untuk duduk dahulu.
Clarine kemudian duduk disamping Zara disebelah kanannya dan Damian disebelah kirinya.
"Ra, ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Clarine, Zara dengan cepat mengangguk."Alvair punya potensi untuk kembali hidup, jadi tadi suster sama mantri bawa Alva ke ruang operasi lagi" ucap Zara.
Clarine pun meneguk salivanya, wah... benar-benar terkabul.Clarine menoleh kesampingnya, Damian masih sama ia masih lebih banyak diam dari tadi.
Oh iya... maksud perkataannya tadi apa?
Clarine merenung dengan kata terakhir yang Damian ucapkan. Ia belum sepenuhnya mengerti.Clarine pun hanya bersender di dinding dan menunggu, sementara Zara dan yang lain melihat ke ponsel mereka gadis itu lebih memilih untuk memejamkan matanya.
****
"Rine... Clarine..." merasa terganggu karena seseorang yang menowel-nowel pipinya, Clarine langsung membuka matanya perlahan.
"Y-ya, kenapa?" Tanya Clarine. "Alva selamat" ucap Zara, namun wajahnya masih datar, Zara mendekatkan dirinya dengan Clarine dan berbisik "tapi katanya dia amnesia".
Deg.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl Transmigration (! Slow Update !)
Teen Fiction[DILARANG KERAS UNTUK COPYPASTE] (Amatured Novelist) Clarissa Dian, gadis nakal dengan minus attitude, sering ikut perkelahian antar geng, bahkan memegang kendali salah satu kelompok gang besar di Jakarta. Cantik, tentu saja. Tapi dibalik wajahnya y...