Kanna turun dari motor Gama. Langkahnya langsung tertuju ke depan pintu rumah Gama. Kanna sangat tidak sabar ingin memasuki rumah Gama yang sangat jarang dia datangi. Sebenarnya ayah Gama memperbolehkan Kanna main kerumah kapan saja. Tapi Gama lah yang rese. Cowok itu selalu mengusir Kanna dengan kata kata kasarnya ketika Gama yang kebetulan membukakan pintu saat Kanna berkunjung.
"Gama cepetan dong!" Panggil Kanna gak sabaran.
Gama memarkirkan motornya dengan wajah kesal. Masih gak rela rencana pulang bareng Karra dibatalkan karena Kanna. Ditambah lagi Gama harus bersama Kanna beberapa jam kedepan. Sungguh buat Gama ini adalah mimpi buruk.
"Ayo Gama. Lama banget markirnya," kata Kanna saat Gama sudah hampir mendekat ke arahnya.
"Gak usah macem macem dirumah gue," Gama langsung memperingati. Lalu cowok itu membuka pintunya dan masuk, Kanna mengikutinya dari belakang.
Kanna tersenyum lebar saat melihat seorang laki laki paruh baya yang sedang turun tangga. Itu Bagas, ayah Gama. Bagas juga tersenyum senang saat melihat calon menantunya datang.
"Assalamualaikum Ayah Gama," sapa Kanna sopan. "Ayah apa kabar?" tanya Kanna, ini bukan basa basi, ini serius nanya, sebab sudah lama Kanna gak bertemu Bagas.
"Waalaikumsalam, Kanna. Aduh aduh tambah geulis aja nih anak Ayah," Bagas senyum sembari mengelus puncak kepala Kanna.
"Hehe, makasih Ayah Gama. Ayah gimana kabarnya? Kanna tanya loh belum dijawab sama Ayah," kata Kanna, memang sudah sangat akrab dengan Bagas sejak kecil.
"Baik, Kanna. Alhamdulillah Ayah sehat. Kanna gimana? Gama baik, 'kan sama Kanna?" jawab Bagas sekaligus bertanya.
Pertanyaan yang mudah namun sulit untuk dijawab. Kanna harus bohong nih? Gama liatin Kanna gitu amat dah.
Kanna melirik Gama sekilas, "Gama baik kok Ayah. Baik banget. Gama selalu jagain Kanna. Ngomong lembut ke Kanna. Pokonya Gama gak macem macem deh," jawab Kanna. Dalam hati dia berdoa supaya gak dosa karena membohongi orangtua.
"Bagus deh kalo gitu. Ngomong ngomong Kanna kesini mau main atau gimana?" tanya Bagas lagi.
"Bukan main, Yah. Kanna sama Gama mau belajar bareng disini. Kita berdua satu tim loh diolimpiade sains," ungkap Kanna bangga.
"Beneran? Wah Ayah seneng banget kalau gitu. Kalian berdua sama sama pinter. Pasti menang! Asal kompak dan kerjasama," kata Bagas sedikit berpesan.
"Eh freak. Mau ngobrol atau mau belajar? Waktu gue gak banyak," bisik Gama dengan suara dingin. Lalu cowok itu jalan ke meja dan menaruh buku buku dengan sedikit kasar sehingga menimbulkan suara suara.
"Ayah, pinjem Kanna nya dulu, ya. Gama mau belajar sama Kanna," ujar Gama pada Bagas.
"Kanna, belajar dulu, ya? Ngobrol sama ayahnya nanti aja. Sekarang kita belajar dulu. Biar kita menang pas olimpiade nanti," Gama mendadak berubah.
Gak, Kanna gak yakin ini Gama.
Kanna buru buru menghampiri Gama. Dia menaruh tangannya didahi Gama. Mengecek suhu tubuh Gama dengan sentuhannya.
"Normal kok," kata Kanna heran. "Tapi kok Gama berubah gini ngomongnya? Pasti ini bukan Gama," Kanna masih menyentuh dahi Gama.
"Ck. Gue udah bilang kalo didepan ayah gue kita itu pacaran. Bener bener kaya orang pacaran," bisik Gama dingin.
Kanna menarik tangannya dari dahi Gama. Entah kenapa Kanna merasa ada yang sakit dibagian dadanya saat tau Gama berbicara baik hanya karena ada ayah Gama. Gama sedang mengajaknya berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY NOT ME?
Teen FictionKanna Alaska. Di asingkan oleh keluarganya sendiri. Ibunya, Karin, mengabaikan Kanna seolah Kanna tak ada dalam hidupnya. Kanna punya kembaran, dimana kembarannya diperlakukan sangat baik oleh sang ibu namun dirinya tak pernah menerima perilakuan b...